Skip to main content

Bismillah.. Banyak manusia yang secara sengaja atau tidak sengaja merusak, menyiksa atau mendzalimi usus halus yang selalu dibawanya kemana-mana. Usus halus juga setia menemani dimanapun seseorang berada sebagai organ penting yang menyerap, menghaluskan makanan setelah melewati lambung. Lalu proses menjadi sari pati untuk kemudian dirubah menjadi ragam enzim dan bahan baku darah sebagai sumber energi tubuh.

Tindakan merusak usus yang dilakukan manusia bisa diamati dari tingkat kesehatannya. Bila seseorang baik anak-anak maupun dewasa sering mengalami gangguan kesehatan, diantaranya bisa diduga kuat kondisi ususnya (organ pencernaannya) tidak sehat atau bermasalah. Sebaliknya bila usus atau organ pencernaan seseorang sehat, InsyaAllah dia tidak banyak mengalami gangguan kesehatan. Sejak 15 abad silam Rasulullah ﷺ menjelaskan dalam hadist riwayat Abu Hurairah yang artinya:

“Lambung itu kolamnya badan dan urat-urat berjalan kepadanya, apabila lambung sehat urat-urat keluar dengan sehat dan jika lambung sakit urat-urat keluar dengan sakit.”

Usus dan organ pencernaan merupakan pintu gerbang kesehatan. Namun juga bisa menjadi sumber bencana bila seseorang tak berhati-hati dan mengabaikan akhlaknya menjaga serta merawatnya. Karena itu Nabi Muhammad ﷺ bersabda yang artinya : “Lambung itu rumah penyakit”

Mungkin banyak juga yang tidak menyadari bahwa perbuatan kita sehari-hari yang diharapkan dapat menjaga kesehatan ternyata berdampak sebaliknya, yakni menyiksa dan memporakporandakan sistem tubuh yang telah ditata rapi oleh Allah SWT. Diantara perbuatan yang berhubungan erat dengan menjaga kesehatan atau merusak usus adalah makan dan minum.

Memasukan segala sesuatu ke mulut merupakan kesibukan yang disukai manusia, apalagi saat membutuhkan atau bergejolaknya selera. Jikalau manusia bisa menyaksikan langsung aktivitas organ pencernaan saat menampung semua makanan yang telah dikunyah dan minuman untuk ‘dimasak’ dilambung, lalu dihaluskan lagi sampai menjadi partikel kecil sekali di usus sebelum menyebar ke organ lain, niscaya tidak akan henti-hentinya bertakbir, bertasbih dan memuji kekuasaan Allah SWT. Selanjutnya kita akan berusaha menjaga dengan sungguh-sungguh agar organ tersebut tidak cedera atau rusak.

Ikhtiar menjaga kesehatan organ pencernaan, termasuk usus besar adalah sebuah perjuangan untuk mempertahankan hidup dari berbagai ancaman gangguan kesehatan.

Peringatan Rasulullah ﷺ bahwa maidah (perut) adalah rumahnya penyakit, merupakan petunjuk penting dalam memperhatikan muara kesehatan dan problemnya. Sehingga bagi kaum muslimin, apabila kalangan aktivis Thibbun Nabawi akan menempatkan masalah ini dalam mengamati derajat kesehatan, terutama sebelum melakukan tindakan pengobatan.

Karena itu para pakar kedokteran Islam dimasa Rasulullah ﷺ, diantaranya Harits Bin Kildah menyerukan bahwa pangkal kesehatan dan pengobatan terbaik adalah menjaga (hamiyyah). Lebih dari itu dia mendefinisikan makna pengobatan adalah “Tidak memasukan makanan ke dalam makanan,” artinya hakikat obat terbaik bagi tubuh adalah mengatur pola makan sebagai kebutuhan pokok tubuh.

Para ulama kedokteran Islam juga memberikan perhatian besar dalam urusan maidah, sekaligus memberikan peringatan-peringatan atas perbuatan yang membahayakan organ pencernaan, serta memberikan arahan tentang cara menjaga kesehatan organ tersebut. Hal itu mereka lakukan dalam rangka menindaklanjuti/ mendalami perintah Al-Qur’an dan Hadist tentang keutamaan menjga kesehatan organ pencernaan.

Ibnu Muflih (Abu Abdillah Al Maqdisi Al-Hambali) dalam kitabnya 50 Pasal dalam Thibbun Nabawi mengutip hadist Rasulullah ﷺ :

“Sesungguhnya jikalau Allah mencintai seseorang, maka Dia akan melindunginya dari dunia sebagaimana salah seorang diantara kalian melindungi orang sakit dari makanan dan minuman.”

Merbaknya Tifus (Tyfus/tyfeus/typhoid), penyakit yang menandakan kerusakan usus halus (Al-Am’aau Ad daqiiqah/intestinum tenue). Tifus berbeda dengan typhus (tha’un). Kalau tha’un sebagaimana diterangkan oleh Rasulullah SAW adalah wabah penyakit mengerikan dengan tanda kulit melepuh, demam, pening dan lainnya.

Sejak lama tifus cukup ditakuti karena dianggap salah satu penyakit mematikan. Korban penyakit ini mendekati angka 1% dari 100 ribu penduduk, yakni sejumlah data yang menyebutkan penderitanya setiap tahun pada kisaran 700 sampai 1000 orang. Tidak sedikit proses pengobatan menghantarkan pasien tifus kepada kematian. Maraknya tifus merupakan bukti nyata betapa kerusakan organ pencernaan di tengah masyarakat semakin mengkhawatirkan, sekaligus menandakan rendahnya pengetahuan maupun keteladanan menyelamatkan usus.

Sebelum membahas tentang pengobatan tifus ada baiknya kita mempelajari hal-hal yang berpotensi merusak usus halus. Sebab kedokteran Islam (Ath-Thibbun Nabawi) tidak hanya berhenti pada teori-teori pengobatan saja, melainkan mengupas berbagai masalah mendasar tentang cara hidup sehat serta menanggulangi sakit. Adapun kerusakan usus halus hampir bisa dipastikan bukan hanya dipicu oleh kuman, melainkan buruknya sikap manusia dalam pola makan dan minum sehingga mengacaukan organ pencernaan serta sistem pengetahuannya.

Kekecauan sistem pertahanan di area pencernaan inilah yang memungkinkan masuk dan berkembangnya bibit penyakit melukai usus.

Perut & Usus

Dalam kitabnya Ath-Thibbun Nabawi, ulama Kedokteran Islam Muhammad bin Ahmad bin Usman bin Qaimaz Adz-Dzahabi Syamsudin Abu Abdullah (Imam Adz Dzahabi) menjelaskan perkataan Ali bin Hasan (Pakar Kedokteran di Masa Khalifah Harun Al-Rasid) bahwa Allah menggabungkan pengobatan (kedokteran) semuanya dalam setengah ayat dalam surat Al-A’raf, 7:31 yang artinya:

“Makan dan minumlah dan jangan berlebihan…”

Sebuah hadist yang diriwayatkan dari sahabat Anas RA dan Ibnu Mas’ud, Rasulullah ﷺ bersabda:

“Asal setiap penyakit adalah al-Baradah.” (Menurut Imam Adz-Dzahabi, Baradah adalah pencernaan yang jelek). Baradah adalah jeleknya pencernaan, yang dapat menurunkan semangat nafsu makan.

Setelah Al-Qur’an dan Hadist memeberikan penjelasan dan pendidikan sangat berharga tentang pentingnya meyelamatkan organ pencernaan (usus), kalangan tabi’ut tabi’in dan para ulama berbondpong-bondong menelaah, meneliti dan merumuskan pendapat-pendapat brilian atas cermin keimanannya.

Pendapat mereka juga bersifat pencegahan (preventif) serta pengobatan (kuratif), sangat mudah dicerna hati dan akal. Tidak sedikit pendapat tokoh kedokteran konvensional yang senada dengan uraian kalangan ulama kedokteran Islam dalam memberikan perhatian terhadap kesehatan, khususnya organ pencernaan.

Imam bukhari dan Muslim meriwayatkan hadist dari Ibnu Umar RA secara marfu, bahwa Rasulullah ﷺ bersabda :

“Seorang mu’min makan dalam satu usus sedangkan orang kafir makan dalam tujuh usus.”

Imam Adz-Dzabani menyetakan, Perut Besar (Al Maidah) atau lambung adalah organ urat syaraf berongga seperti dadu yang lehernya panjang, kepalanya yang bagian atas disebut al-mari’ (tenggorokan) yang padanya makanan dan minuman turun, bagian bawahnya dinamakan al-bawwab (pintu gerbang) yang darinya makanan berat turun ke perut.

Mulut perut dinamakan al-fu’ad (hati) dan di dalamnya terdapat khumul (sabut) yaitu tengah-tengah perut yang merupakan rumah penyakit jika perut sebagai tempat mencerna yang pertama, karena di dalamnya makanan dimasak dan turun ke hati, dan perut menjadi kuat agar dapat mengembang ketika banyak makanan dan tidak terputus.

Berikutnya ada 3 usus halus: Pertama, dinamakan usus 12 panjangnya 12 jari. Kedua, dinamakan usus shaim (puasa) karena pada kebanyakan waktu kosong. Ketiga, usus panjang melingkar halus yang disebut lafayifi. Setelah usus yang tiga ini ada usus yang keras, pertama disebut al-‘awar yang luas tidak ada di dalamanya tempat keluar di sisi lain di dalamnya kotoran menjadi busuk, kedua disebut qulun kolon). Selanjutnya, disebut al-mustaqim ujungnya tersembunyi. Ini jumlahnya 6 usus, dan lambung ini menjadi 7 usus yang dihitung oleh Rasulullah ﷺ.

Perut dan isinya merupakan pangkal yang sangat menentukan atas kualitas kesehatan manusia. Untuk itu selayaknya sahabat wellagree benar-benar berupaya menjaga dan merawat kesehatan organ pencernaan. Insya Allah dengan perawatan yang baik, organ pencernaan kita baik pula, yang pada gilirannya seseorang menjadi sehat dan tak mudah diterpa bencana kesehatan.

Namun ada baiknya kita juga mengetahui apa saja yang berpotensi menusak kawasan organ pencernaan, termasuk yang memicu gangguan usus halus (Tifus).