Skip to main content

Sebuah studi terbaru yang diterbitkan di Journal of Marketing Research menunjukkan bahwa menikmati aroma makanan cepat saji setidaknya selama dua menit bisa membantu orang membuat pilihan makanan yang lebih sehat. Dalam serangkaian percobaan, para peneliti menemukan hubungan yang mengejutkan antara aroma sekitar dan pilihan makanan.

Dari waktu ke waktu, peneliti menemukan bahwa orang yang mengendus makanan yang memanjakan, seperti piza atau kue, sebenarnya lebih kecil kemungkinannya untuk memilih atau membeli makanan yang tidak sehat daripada mereka yang mencium pilihan makanan bergizi, seperti apel dan stroberi, dikutip dariĀ Time, Rabu (23/1).

Peneliti mengonfirmasi fenomena ini dengan menggunakan nebulizer untuk memompa aroma ke berbagai lingkungan. Termasuk kantin sekolah menengah, toko kelontong dan laboratorium.

Ketika aroma piza dirilis ke kafetaria yang melayani sekitar 900 siswa misalnya, 21 persen dari pembelian makanan pada hari itu adalah pilihan yang tidak sehat seperti keripik, hot dog, dan ayam goreng. Tetapi ketika aroma apel dirilis pada hari lain, hampir 40 persen siswa membeli makanan tidak sehat. Triknya adalah mencium makanan cukup lama untuk mendorong keinginan awal Anda.

Dalam satu percobaan laboratorium, para peneliti mengekspos sekitar 250 orang pada aroma kue atau stroberi dalam waktu yang berbeda-beda, kemudian bertanya kepada mereka makanan mana yang lebih mungkin mereka pilih. Hampir 45 persen orang yang terpapar aroma kue kurang dari 30 detik mengatakan mereka akan memilih suguhan stroberi. Tetapi hanya 22 persen dari mereka yang terpapar lebih dari dua menit memilih untuk pilihan junk food. Kebalikannya berlaku untuk orang yang terpapar aroma stroberi, tetapi perbedaannya tidak signifikan secara statistik.

Dalam eksperimen lain, menggunakan aroma piza dan apel, para peneliti kembali menemukan bahwa paparan yang lebih panjang menjauhkan orang dari pilihan makanan yang tidak sehat. Hasil ini menunjukkan bahwa aroma yang lezat dapat membangkitkan keinginan, tetapi seiring waktu, itu juga cukup untuk memuaskannya, para peneliti berteori.

“Kami mengusulkan bahwa ini terjadi karena aroma yang terkait dengan makanan yang memanjakan memenuhi sirkuit otak, yang pada gilirannya mengurangi dorongan untuk konsumsi aktual makanan yang memanjakan,” kata mereka.

Sumber : Antara
Republika.com