Tag: pencegahan virus corona

  • Herbal Penunjang Daya Tahan Tubuh

    Sahabat, dengan situasi COVID-19 yang belum mereda hingga saat ini, ditambah adaptasi kebiasaan baru yang saat ini diterapkan membuat kita semua semakin berani beraktivitas diluar. Tidak ada salahnya, dengan syarat tentu tetap menerapkan protokol kesehatan COVID-19 dan melakukan juga tindakan-tindakan pencegahannya. Salah satunya dengan menjaga daya tahan tubuh kita, ditambah mulainya kembali aktivitas tentu tubuh pun butuh penyesuaian.

     

    Mengutip dari laman CNN Indonesia, Ada beberapa rempah yang bisa Anda konsumsi untuk menambah daya tahan tubuh.

    1. Kunyit
    Kunyit merupakan salah satu rempah yang memiliki warna kuning yang khas. Rempah satu ini memiliki manfaat sebagai bumbu dapur, bahan pewarna kuning alami juga bahan ramuan jamu.

    Menurut Profesor Amir Soebandrio, Direktur Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, kandungan kurkumin pada kunyit secara umum bisa meningkatkan kesehatan tubuh.

    “Karena ada beberapa kajian bahwa kurkumin punya efek misalnya menurunkan peradangan, ada yang menyebut efek antioksidan, itu semua pada intinya untuk meningkatkan kesehatan, daya tahan tubuh,” jelas Amir melalui sambungan telepon kepada CNNIndonesia.com beberapa waktu lalu.

    Anda bisa mengonsumsi kunyit dengan diparut dan diambil ekstraknya. Ada pula cara praktis dengan menyeduh kunyit bubuk atau tablet ekstrak kunyit yang tersedia di pasaran.

    2. Jahe
    Cuaca tak menentu kadang membuat tubuh mudah terserang penyakit. Jahe bisa Anda manfaatkan untuk membantu menjaga daya tahan tubuh.

    “Senyawa gingerin pada jahe bisa untuk antiinflamasi atau radang flu, demikian juga beberapa antioksidan pada rempah untuk imunitas tubuh,” kata Profesor Dodik Briawan, ahli gizi masyarakat IPB lewat pesan singkat, Senin (2/3).

    Cukup rebus beberapa ruas jahe lalu minum air rebusannya. Selain memberikan efek hangat, jahe bisa meredakan batuk dan melegakan hidung tersumbat akibat pilek.

    3. Temulawak
    Seperti kunyit, temulawak juga mengandung kurkumin yang memberikan warna kuning pada rempah ini. Konsumsi temulawak pun diyakini bisa menyehatkan sekaligus meningkatkan daya tahan tubuh.

    Anda tentu masih ingat resep jamu ala Presiden Jokowi. Resepnya sederhana, cukup merebus temulawak, kunyit dan jahe. Selain menjaga daya tahan tubuh, temulawak juga mampu melindungi organ hati.

    4. Kayu manis
    Aroma khasnya membuat kayu manis banyak dimanfaatkan sebagai campuran masakan maupun kudapan. Kayu manis banyak mengandung kalsium, serat, vitamin B6, magnesium, zat besi, vitamin A, karbohidrat dan vitamin C.

    Kayu manis juga dikenal kaya akan antioksidan, antimikroba dan antiinflamasi sehingga rempah ini bisa meningkatkan daya tahan tubuh. Jenis rempah ini biasa dikonsumsi dalam bentuk serbuk sebagai campuran minuman atau makanan. Kayu manis utuh pun bisa sebagai campuran pada rebusan jamu.

    5. Sereh
    Daun sereh berkaitan dengan kesehatan. Daun yang kerap dijadikan pelengkap bumbu masakan ini mengandung vitamin B, magnesium, kalium dan zat besi.

    Sereh bisa membantu meningkatkan daya tahan tubuh. Kandungan antioksidannya berperan melawan radikal bebas. Sereh memiliki beberapa jenis antioksidan seperti asam klorogenat, isoorientin, dan swertia japonin.

     

    Jadi Sahabat, tetap perhatikan apa yang kita konsumsi, kemana kita berkunjung, dengan siapa kita berinteraksi, selama masa adaptasi kebiasaan baru. Karena kita tidak pernah tahu ancaman ini tetap ada atau kapan ia berakhir, maka teruslah berikhtiar semoga Allah limpahkan kesehatan untuk kita semua.

     

    Referensi : CNN Indonesia

  • Apa Itu Herd Immunity, dan Mengapa Bisa Sebabkan Kematian Massal?

    Pemerintah mengizinkan warga berusia 45 tahun ke bawah untuk kembali beraktivitas meski pandemi Covid-19 di Indonesia belum berakhir. Hal tersebut dilakukan sebagai upaya agar warga berusia produktif tidak kehilangan mata pencaharian. Namun, sebagian orang menilai keputusan ini sebagai pintu masuk dalam teori herd immunity. Ini bukanlah hal bagus.

    Pemikiran ini bisa bermasalah. Saat ini saja rumah sakit dan tenaga kesehatan sudah kewalahan menghadapi banyaknya pasien positif corona. Bila herd immunity dijalankan makin banyak pasien corona yang tidak bisa ditangani dengan baik oleh rumah sakit.

    Selain itu, belum ada bukti yang menyatakan bagaimana imun tubuh bekerja dalam menghadapi virus corona.

    Apa itu herd immunity?

    Herd immunity adalah upaya menghentikan laju penyebaran virus dengan cara membiarkan imunitas alami tubuh. Sehingga, daya tahan atau imunitas diharapkan akan muncul dan virus akan reda dengan sendirinya. Hal itu diungkapkan oleh Ketua Umum Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI), Dr dr Sally A Nasution, SpPd, K-KV, FINASIM, FACP. “Pada kondisi terinfeksi virus, tubuh kita otomatis membentuk antibodi. Siapa yang akan membentuk antibodi? Yaitu orang-orang yang imunitasnya baik, pada usia produktif sekitar 18-50 tahun,” tutur Sally kepada Kompas.com beberapa waktu lalu.

    Namun, tidak semua orang usia produktif memiliki imunitas yang baik. Kelompok ini juga tidak terlepas dari risiko kemungkinan perburukan yaitu Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS). Pada kenyataannya, Covid-19 yang disebabkan oleh virus corona jenis SARS-CoV-2 bisa berakibat fatal terhadap usia tersebut.

    Sebabkan kematian massal

    Sally menjelaskan, Indonesia dengan jumlah penduduk terbanyak keempat di dunia memiliki jumlah usia produktif sebanyak 64 persen dan lansia 9,6 persen. Ditambah banyaknya penyakit penyerta yaitu kardiovaskular 1,5 persen, diabetes 10,9 persen, penyakit paru kronis 3,7 persen, hipertensi 34 persen, kanker 1,8 persen per 1 juta penduduk, dan penyakit autoimun sebesar 3 persen. “Jika usia produktif saja memiliki imunitas yang baik, jumlah populasi yang berisiko terkena infeksi melalui herd immunity akan berjumlah fantastis,” tutur Sally.

    Jika pemerintah mengizinkan warga berusia 45 tahun ke bawah untuk kembali beraktivitas, bukannya tidak mungkin Indonesia bisa kehilangan satu generasi muda yang produktif. “Itu merupakan perhitungan kami dari sisi epidemiologi dan keilmuan mengenai daya tahan tubuh manusia. Bagaimana sistem imunitas merespon terhadap suatu infeksi dari wabah seperti ini,” paparnya.

    Jadi bagi sahabat semua, yuk pikirkan kembali dengan bijak sebelum memutuskan untuk keluar rumah! Jaga kesehatan mu dan keluargamu, jangan sampai rasa sayang terhadap keluarga malah menjdi boomerang karena abai terhadap pandemi yang berlangsung.

     

    Referensi : kompas.com

    cnbcindonesia.com

  • Tetap Harus Bekerja di Luar Rumah Saat Pandemi COVID-19? Terapkan Ini agar Tidak Tertular

    Kekhawatiran akan tertular COVID-19 mungkin menyelimuti para pekerja yang hingga kini masih harus beraktivitas di luar rumah. Agar tetap aman berada di luar rumah atau di kantor, terapkanlah langkah pencegahan COVID-19 yang benar dan efektif.

    Untuk menghentikan penyebaran virus Corona, pemerintah menyerukan agar masyarakat menerapkan physical distancing dan melakukan aktivitas dari rumah saja, termasuk bekerja. Namun, tidak sedikit orang yang masih harus bekerja di luar rumah, baik karena tuntutan profesi atau kebutuhan ekonomi keluarga.

    Cara Mencegah COVID-19 bagi Orang yang Bekerja di Luar Rumah

    Kementerian Kesehatan Indonesia mengimbau para pekerja yang masih harus beraktivitas di luar rumah untuk selalu waspada dan menerapkan langkah pencegahan COVID-19.

    Berikut ini adalah hal-hal yang perlu kamu lakukan saat bekerja di luar rumah agar tidak terinfeksi virus Corona:

    1. Selalu kenakan masker

    Selalu kenakan masker saat berada di tempat umum, termasuk dalam perjalanan menuju tempat kerja atau pulang ke rumah, dan selama berada di tempat kerja.

    Kamu cukup menggunakan masker kain untuk aktivitas sehari-hari di luar rumah. Pilihlah masker yang ukurannya pas dengan wajahmu, serta dapat menutup mulut, hidung, dan dagu dengan sempurna.

    2. Hindari menyentuh benda-benda di tempat umum

    Sebisa mungkin hindari menyentuh benda-benda yang banyak disentuh orang, misalnya tombol lift, gagang pintu, atau mesin finger print.

    Untuk menyiasatinya, kamu bisa menggunakan siku atau pulpen saat menekan tombol lift. Kamu juga bisa membuka pintu menggunakan siku atau bahu, bukan dengan tangan.

    Selain itu, rajin-rajinlah membersihkan meja kerja dan peralatan kantor yang sering kamu pakai, seperti keyboard, mouse, dan handphone, menggunakan cairan disinfektan.

    3. Jaga kebersihan diri dengan baik

    Bawa selalu hand sanitizer yang mengandung setidaknya 60% alkohol, sehingga dapat kamu gunakan untuk membersihkan tangan dalam perjalanan bila tidak ada sarana cuci tangan. Sesampainya di kantor, cuci tangan dengan air mengalir dan sabun.

    Selama bekerja pun, cucilah tangan atau gunakan hand sanitizer sesering mungkin, setidaknya setiap 4 jam. Jangan lupa juga untuk mencuci tangan setelah menyentuh peralatan kantor yang sering digunakan bersama-sama, misalnya mesin fotokopi.

    4. Jaga jarak dengan rekan kerja

    Pastikan kamu menerapkan physical distancing, yaitu menjaga jarak dengan orang lain sejauh 1–2 meter, baik dalam perjalanan maupun di tempat kerja. Hal ini perlu dilakukan untuk mencegahmu menghirup percikan ludah orang lain saat mereka bicara, batuk, atau bersin.

    5. Gunakan kendaraan pribadi bila memungkinkan

    Di masa pandemi COVID-19 ini, sebisa mungkin gunakan kendaraan pribadi dan hindari bepergian dengan commuter line, busway, atau transportasi umum lainnya yang padat penumpang. Berada di tengah kerumunan orang banyak bisa meningkatkan risikomu tertular virus Corona.

    Bila kamu harus naik kendaraan umum, lindungi diri dengan mengenakan masker kain dan tetap menjaga jarak dengan orang lain. Gunakan hand sanitizer untuk membersihkan tangan setelah menyentuh benda-benda di angkutan umum dan jangan menyentuh wajah sebelum tangan dibersihkan.

    Sesampainya di rumah, segera lepaskan pakaian yang kamu kenakan dan taruh di tempat baju kotor. Setelah itu, langsung mandi dan kenakan pakaian yang bersih. Pastikan kamu tidak bersentuhan dengan orang-orang yang ada di rumah, sebelum kamu mandi dan berganti pakaian.

    Cuci pakaian dan masker kain menggunakan deterjen. Jika dirasa perlu, kamu juga bisa membersihkan tas, sepatu, atau handphone dengan disinfektan.

    Hal penting yang juga tidak boleh kamu lupakan adalah menjaga daya tahan tubuh tetap prima dengan mengonsumsi makanan bergizi, tidur yang cukup, rutin berolahraga, serta menghindari stres.

    Meski masih harus bekerja di luar rumah selama pandemi ini, kamu tetap bisa menjaga dirimu dari virus Corona, kok. Terapkan langkah-langkah di atas agar kamu tidak tertular atau menularkan virus ini ke orang lain. Dengan begitu, penyebaran COVID-19 dapat dihentikan.

    Jika kamu sedang merasa kurang sehat, sebaiknya jangan dulu pergi ke kantor atau bekerja di luar rumah. Bila kamu merasakan gejala COVID-19, segara lakukan isolasi mandiri dan hubungi hotline COVID-19 di 119 Ext. 9 untuk mendapatkan arahan lebih lanjut.

     

     

    Sumber : alodokter.com

  • Tips Berbelanja Bahan Makanan Selama Pandemi COVID-19

    Di tengah wabah virus Corona, Anda dianjurkan untuk melakukan physical distancing dengan tidak keluar rumah, kecuali untuk hal yang penting, misalnya berbelanja bahan makanan. Namun, hal ini juga perlu dilakukan dengan hati-hati. Simak tips berbelanja bahan makanan selama pandemi COVID-19 berikut ini.

    Sejak pemerintah memberlakukan aturan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), hampir seluruh aktivitas bekerja, belajar, dan beribadah dilakukan di rumah. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk menekan penyebaran virus Corona.

    Meski demikian, tempat penjualan kebutuhan pokok, seperti pasar, supermarket, minimarket, dan toko bahan pangan, tetap diizinkan untuk beroperasi selama pandemi COVID-19. Masyarakat juga masih diperbolehkan untuk pergi ke tempat-tempat tersebut untuk membeli persediaan bahan makanan dan kebutuhan sehari-hari.

    Meski begitu, Anda perlu tetap waspada dan melakukan langkah-langkah pencegahan COVID-19 agar tidak tertular virus Corona saat berbelanja.

    Tips Berbelanja Bahan Makanan dengan Aman

    Untuk mencegah penularan virus Corona, berikut ini adalah tips berbelanja bahan makanan selama pandemi COVID-19:

    1. Pastikan diri sendiri sehat

    Sebelum pergi ke luar rumah untuk berbelanja bahan makanan, pastikan diri Anda dalam keadaan sehat. Jika Anda menderita gejala COVID-19, yaitu demam, batuk, pilek, atau sesak napas, disarankan untuk tidak keluar rumah dan menjalani isolasi mandiri.

    Untuk berbelanja bahan makanan atau kebutuhan sehari-hari, gunakanlah aplikasi belanja online atau layanan pesan antar. Selain praktis, cara ini dapat meminimalkan kontak dengan orang banyak sehingga mengurangi risiko Anda tertular atau menularkan virus Corona.

    2. Hindari berbelanja di jam sibuk

    Hindari berbelanja pada jam sibuk untuk menghindari keramaian. Dengan begitu, risiko Anda untuk terpapar virus Corona dari orang lain juga akan lebih rendah.

    Anda bisa berbelanja pada pagi hari ketika supermarket baru saja buka atau pada malam hari menjelang supermarket tutup. Bila Anda berbelanja di pasar tradisional, hindari berbelanja di pagi hari karena cenderung lebih ramai.

    3. Kenakan masker saat keluar rumah

    Saat bepergian keluar rumah untuk berbelanja, jangan lupa untuk mengenakan masker. Bila Anda dalam keadaan sehat, kenakanlah masker kain. Namun, bila Anda sedang sakit dan terpaksa harus keluar rumah, kenakan masker bedah. Pastikan masker yang Anda gunakan dapat menutupi hidung dan mulut Anda dengan sempurna.

    Hindari menyentuh wajah dan bagian dalam masker karena dapat membuat masker terkontaminasi kuman dari tangan.

    Jika ingin memperbaiki posisi masker, cuci tangan terlebih dahulu atau gunakan hand sanitizer, lalu perbaiki posisi masker dengan mengencangkan ikatan tali masker atau memperbaiki posisi tali pengait masker di telinga.

    4. Bawalah selalu hand sanitizer

    Anda bisa menggunakan hand sanitizer untuk membersihkan pegangan troli atau keranjang belanja yang sering dipegang oleh orang lain. Pilihlah hand sanitizer yang mengandung alkohol dengan kadar minimal 60%.

    5. Jagalah jarak dengan orang lain

    Saat keluar rumah, penting untuk selalu menerapkan physical distancing di mana pun Anda berada, termasuk saat berbelanja. Usahakan untuk selalu menjaga jarak setidaknya 1 meter dengan orang lain, baik itu penjual, petugas supermarket, maupun sesama pembeli.

    6. Stok bahan makanan

    Agar Anda tidak perlu terlalu sering keluar rumah, belilah bahan makanan yang cukup untuk dikonsumsi selama 1–2 minggu. Supaya tidak lupa, catat dulu bahan makanan apa saja yang diperlukan dan berapa banyak yang hendak dibeli.

    Hindari panic buying atau membeli barang-barang secara berlebihan karena dapat menghabiskan stok persediaan kebutuhan sehari-hari di pasaran, sehingga orang lain yang membutuhkannya jadi tidak kebagian.

    Saat memilih makanan, pilihlah makanan yang sehat dan bergizi untuk menjaga daya tahan tubuh tetap kuat, seperti buah dan sayuran, telur, ikan, daging, kacang-kacangan, tahu, dan tempe. Anda juga dapat membeli suplemen vitamin dan mineral jika memang asupan nutrisi dari makanan saja dirasa tidak cukup.

    7. Pilih metode pembayaran nontunai (cashless)

    Jika memungkinkan, gunakan metode nontunai atau cashless untuk membayar belanjaan selama pandemi    COVID-19. Hindari membayar bahan makanan dengan uang tunai, kartu debit, atau kartu kredit karena berpotensi menularkan kuman, termasuk virus Corona.

    Jika Anda terpaksa menggunakan uang tunai atau kartu untuk membayar, segera bersihkan tangan dengan hand sanitizer setelah menerima uang kembalian atau memencet tombol di mesin EDC. Ingat, jangan menyentuh wajah dengan tangan yang belum dicuci.

    Tips Membersihkan Bahan Makanan yang Baru Dibeli

    Hingga saat ini, belum ada bukti atau penelitian yang menyebutkan bahwa virus Corona dapat menular melalui makanan.

    Meski demikian, virus Corona diketahui dapat bertahan hidup selama beberapa jam hingga beberapa hari di permukaan benda, termasuk kemasan makanan. Lamanya virus Corona bertahan di permukaan suatu benda tergantung pada bahan benda tersebut, serta suhu dan kelembapan udara di sekitarnya.

    Jika Anda merasa bahwa makanan atau kemasan bahan makanan yang telah dibeli berisiko terkontaminasi virus Corona, lakukan beberapa tips berikut ini:

    Cuci tangan setelah berbelanja

    Cucilah tangan Anda dengan sabun dan air mengalir selama 20 detik setelah memegang kemasan bahan makanan, sebelum mengeluarkan bahan makanan dari kemasan, sebelum memasak, dan sebelum makan.

    Bersihkan bahan makanan yang baru dibeli

    Untuk membersihkan kemasan bahan makanan, Anda dapat menggunakan hand sanitizer, alkohol, atau tisu basah dengan bahan antibakteri.

    Sedangkan untuk membersihkan sayur dan buah, Anda dapat mencucinya dengan air mengalir dan sabun khusus untuk makanan selama kurang lebih 20 detik. Hindari mencuci bahan makanan dengan detergen atau disinfektan, karena produk pembersih tersebut bisa berbahaya jika tertelan.

    Setelah itu, buang kantung plastik yang digunakan untuk membawa belanjaan dan bersihkan meja atau tempat lain di mana barang belanjaan diletakkan sebelumnya.

    Olah bahan makanan hingga matang sepenuhnya

    Agar lebih aman dikonsumsi, bahan makanan sebaiknya dimasak dulu hingga benar-benar matang. Pastikan juga bahan makanan tersebut sudah dicuci hingga bersih sebelum dimasak.

    Berbelanja bahan makanan selama pandemi COVID-19 perlu dilakukan secara lebih berhati-hati agar Anda tidak terpapar virus Corona dan bahan makanan yang Anda beli juga tidak terkontaminasi oleh virus ini.

    Jika Anda mengalami gejala COVID-19, terutama bila dalam 14 hari terakhir Anda sempat berdekatan dengan orang yang positif terinfeksi virus Corona atau berada di daerah endemik COVID-19, segeralah lakukan isolasi mandiri dan hubungi hotline COVID-19 di 119 Ext. 9 untuk mendapatkan arahan lebih lanjut.

    Selain itu, Anda juga bisa mencoba fitur Cek Risiko Infeksi Virus Corona yang disediakan secara gratis oleh Alodokter untuk mengetahui besarnya risiko Anda telah terinfeksi virus Corona.

    Bila Anda memiliki pertanyaan terkait infeksi virus Corona, baik mengenai gejala maupun langkah pencegahan COVID-19, jangan ragu untuk chat dokter langsung di aplikasi Alodokter. Anda juga bisa membuat janji konsultasi dengan dokter di rumah sakit melalui aplikasi ini.

     

    Sumber: alodokter.com

  • Sambut Ramadan di Tengah Pandemi COVID-19 dengan Tips Sehat dan Produktif Ini

    Ibadah puasa di tengah pandemi COVID-19 bisa jadi sebuah tantangan baru bagi yang menjalaninya. Kendati akan berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, Ramadan tetap bisa kamu lalui dengan hikmat, kok, apalagi jika menerapkan tips-tips sehat dan produktif di bawah ini.

    Bulan puasa merupakan momen untuk memperbanyak ibadah dan silaturahmi, mulai dari sebelum matahari terbit hingga terbenam, maupun setelahnya. Kesehatan tubuh selama berpuasa sebulan penuh harus lebih dijaga agar ibadah ini bisa lancar, apalagi di tengah pandemi COVID-19 seperti sekarang.

    Hingga kini, sudah tercatat lebih dari 2 juta orang yang terinfeksi virus Corona di seluruh dunia. Virus yang menyerang sistem pernapasan ini memang sangat cepat menyebar dan mudah menimbulkan infeksi, khususnya pada orang yang daya tahan tubuhnya lemah.

    Oleh karena itu, meski sedang fokus beribadah, kamu tidak boleh mengabaikan tindakan pencegahan penularan virus Corona. Selain itu, jaga juga daya tahan tubuh dan kesehatanmu selama berpuasa.

    Nah, agar tetap sehat dan produktif selama menjalani ibadah puasa di tengah pandemi COVID-19, terapkanlah beberapa tips berikut ini:

    1. Penuhi kebutuhan nutrisi dan cairan

    Saat berpuasa, kamu dilarang makan dan minum mulai dari subuh hingga isya. Agar tidak kekurangan energi serta vitamin dan mineral yang dibutuhkan oleh tubuh, kamu perlu mengonsumsi makanan bergizi saat sahur maupun berbuka.

    Lengkapilah menu sahur dan buka puasamu dengan makanan yang kaya akan karbohidrat kompleks sebagai sumber energi, protein yang dapat menjaga daya tahan tubuh, dan serat untuk melancarkan pencernaan. Selain itu, tetap minum air putih yang cukup, mulai dari berbuka puasa hingga sebelum sahur, agar tubuhmu tidak kekurangan cairan (dehidrasi).

    Walaupun menggiurkan, kurangi konsumsi makanan dan minuman yang tidak sehat, seperti makanan cepat saji (fast food), gorengan, dan makanan yang banyak mengandung gula. Kurangi juga konsumsi minuman yang manis serta minuman berkafein, seperti teh dan kopi, karena dapat memicu dehidrasi.

    2. Tetap aktif dan rutin olahraga

    Wajar bila kamu merasa lebih lemas dan lesu ketika berpuasa. Namun, ini bukan berarti puasa bisa menjadi alasan bagimu untuk bermalas-malasan sepanjang hari, ya. Meski sedang berpuasa, kamu harus tetap aktif bergerak dan berolahraga secara rutin.

    Lakukanlah olahraga 3–5 kali seminggu dengan durasi 15–30 menit. Pilih olahraga yang ringan dan tidak mengeluarkan terlalu banyak keringat, misalnya sit-up, yoga dengan gerakan yang santai, atau angkat beban ringan di rumah.

    Kalau kamu mau, berjalan santai di sekitar perumahan juga boleh, kok. Tapi kamu harus ingat, tetap terapkan physical distancing alias menjaga jarak dengan orang lain paling tidak 1–2 meter.

    Kalau daerah di sekitar rumahmu ramai, sebaiknya jangan dulu keluar rumah. Kamu bisa berjalan kaki di dalam rumahmu, mulai dari halaman depan rumah, teras, ruang tamu, lalu ke dapur. Bila rumahmu memiliki dua lantai, kamu juga bisa naik turun tangga. Jangan dianggap remeh, ini juga termasuk olahraga, lho.

    3. Jalani ibadah di rumah

    Ramadan memang erat dengan ibadah bersama di masjid. Namun, demi memutus rantai penularan COVID-19, di bulan Ramadan kali ini kamu dianjurkan untuk tetap menerapkan physical distancing. Jadi, sebaiknya kamu beribadah di rumah saja.

    Walaupun di rumah, kamu tetap bisa melakukan ibadah salat tarawih berjamaah dengan keluargamu, kok. Kamu juga bisa mengaji dan mendengarkan ceramah dari TV atau radio bersama-sama. Dengan begitu, kamu bisa makin dekat dengan keluarga, kan?

    4. Silaturahmi dengan cara lain

    Bulan puasa juga merupakan momen yang tak lepas dari kegiatan silaturahmi. Namun, di tengah merebaknya virus Corona seperti sekarang, lebih baik kamu menunda dulu berkumpul dengan sanak saudara atau kerabat secara langsung untuk mengurangi risiko penyebaran virus ini.

    Tapi, jangan sedih dulu. Dengan memanfaatkan telepon, gadget, dan koneksi internet, kamu tetap bisa bersilaturahmi dengan keluarga tanpa membuat mereka maupun dirimu sendiri berisiko terpapar virus Corona.

    Lagi pula, esensi dari silaturahmi tidak akan berkurang walaupun hanya melalui telepon, kok. Jika memiliki smartphone, kamu bahkan tetap bisa bertatap muka melalui video call.

    5. Istirahat yang cukup

    Selama bulan Ramadan, tidak sedikit orang yang bangun dini hari untuk melakukan salat. Banyak juga ibu rumah tangga yang bangun sangat awal untuk menyiapkan sahur. Jika kamu juga melakukannya, tetap usahakan agar waktu tidurmu tidak berkurang, ya.

    Meski terdengar sepele, cukup atau tidaknya waktu tidur dan istirahat sangat berpengaruh pada imunitas tubuh, lho. Bila kurang tidur dan banyak begadang, kamu bisa lebih mudah terinfeksi kuman penyakit, termasuk virus Corona.

    Jadi, supaya tetap sehat selama berpuasa, usahakan untuk tidur dan beristirahat yang cukup, ya. Kamu bisa mengganti waktu tidur malam yang kurang dengan tidur siang atau tidur lebih awal di malam hari.

    6. Urungkan niat untuk mudik

    Pemerintah telah memberikan imbauan untuk tidak mudik tahun ini. Tujuannya adalah agar kamu dan keluargamu tidak tertular atau tanpa sadar menularkan virus Corona dan membuat penyebarannya semakin luas.

    Mengurungkan niat untuk tidak mudik di bulan Ramadan kali ini tidak akan mengurangi kesucian bulan penuh berkah ini, kok. Kamu justru melakukan perbuatan yang baik karena melindungi keluargamu dan orang lain dari risiko terinfeksi virus Corona.

    Selain mencegah wabah COVID-19 di Indonesia semakin meluas, kamu juga jadi bisa berhemat, lho. Uang yang kamu persiapkan untuk ongkos mudik bisa kamu gunakan untuk kebutuhan lain atau mungkin bersedekah kepada orang-orang yang terkena dampak dari wabah ini.

    Kamu juga bisa menyimpan dulu uang tersebut dan menggunakannya untuk pulang kampung di lain kesempatan, ketika pandemi COVID-19 ini telah berakhir.

    Menjalani bulan Ramadan saat pandemi COVID-19 memang akan sangat berbeda dengan bulan-bulan Ramadan biasanya, terutama yang melibatkan silaturahmi dan ibadah bersama.

    Namun, perlu diingat bahwa hal ini dilakukan demi kepentingan orang banyak. Melindungi sesama pun merupakan bagian dari ibadah, kan?

    Dengan menerapkan tips-tips di atas selama bulan Ramadan yang akan segera tiba, kamu bisa tetap beribadah dengan lancar, sekaligus menjaga kesehatan dan menekan penyebaran virus Corona.

    Selain itu, jangan lupa untuk selalu melakukan tindakan pencegahan, seperti rutin mencuci tangan dengan sabun dan air bersih, mengenakan masker ketika sakit atau saat berada di luar rumah, serta menerapkan etika batuk dan bersin.

    Jika kamu atau anggota keluarga di rumah mengalami gejala infeksi virus Corona, segera lakukan isolasi mandiri dan hubungi hotline COVID-19 di 119 Ext. 9 untuk mendapatkan arahan lebih lanjut.

    Bila masih memiliki pertanyaan terkait penyakit COVID-19, kamu bisa chat langsung dengan dokter melalui aplikasi ALODOKTER. Di aplikasi ini, kamu juga bisa membuat janji konsultasi dengan dokter di rumah sakit.

     

    Sumber : alodokter.com

     

  • Mengapa Banyak Orang Merasa Kebal dari COVID-19?

    Berbagai kebijakan telah diterapkan demi mencegah penularan COVID-19. Pemerintah beberapa kota bahkan bertindak tegas dalam membatasi kegiatan warga di wilayahnya. Namun, di tengah upaya pencegahan yang sedemikian besar, ternyata tak sedikit yang masih mengabaikan peraturan tersebut dan merasa kebal dari COVID-19.

    Orang-orang yang merasa kebal dari COVID-19 sebetulnya tidak kekurangan informasi tentang pandemi ini. Mereka sedang mengalami fenomena psikologis yang umum, tapi sering kali jarang disadari. Simak informasi berikut untuk memahami fenomena yang dimaksud serta cara mengatasinya.

    Mengapa ada orang yang mengabaikan bahaya COVID-19?

    Ada pandemi maupun tidak, perlu diakui bahwa orang-orang biasanya baru mematuhi anjuran kesehatan bila mengetahui dirinya berisiko sakit. Jika tidak, mereka cenderung bersikap seperti biasa tanpa menyadari bahaya yang mengancam.

    Akhir-akhir ini, laporan tentang pelanggaran social distancing mungkin lebih banyak diisi oleh kaum dewasa muda. Tidak heran, sebab sejak wabah coronavirus muncul pertama kali, Anda sudah diberitahu bahwa yang paling rentan tertular COVID-19 adalah lansia.

    Meskipun hal ini benar, ada dampak negatif yang ikut muncul bersamanya. Tidak sedikit orang dewasa muda yang akhirnya merasa kebal dari COVID-19 karena menganggap dirinya sangat sehat. Padahal, tidak ada satu orang pun yang kebal dari penyakit ini.

    Fenomena ini sebetulnya tidak cuma terjadi dalam pandemi. Catherine Potard, psikolog dari University of Angers, Prancis, membuat sebuah penelitian dengan rekan-rekannya. Mereka meneliti perilaku berkendara sambil mabuk pada orang dewasa muda.

    Penelitian mereka mengacu pada Teori Perilaku yang Direncanakan (TPB). Menurut teori ini, perilaku Anda bisa diprediksi dari tujuan Anda. Namun, tujuan Anda pun dapat dipengaruhi oleh tiga faktor, yakni sikap, pendapat orang lain, dan seberapa yakin Anda bisa mengontrol diri.

    Menurut Potard, teori TPB memiliki kekurangan, yakni tidak membahas risiko. Peserta penelitian Potard tahu bahayanya menyetir sambil mabuk, tapi mereka sangat percaya diri tidak akan mengalami kecelakaan. Padahal, risiko kecelakaan amat besar bila Anda menyetir sambil mabuk.

    Pada kasus pandemi COVID-19, banyak orang merasa kebal karena usianya masih muda. Sebagian besar orang dewasa muda juga tidak menderita penyakit seperti lansia sehingga menganggap dirinya ‘terlalu sehat’ untuk terjangkit COVID-19.

    Faktanya, siapa pun bisa tertular COVID-19 jika tidak melakukan upaya pencegahan. Anda bahkan dapat tertular dari pasien yang tidak menunjukkan gejala, atau melalui sentuhan dengan barang yang terkontaminasi virus.

    Cara menghadapi orang-orang yang merasa kebal dari COVID-19

    Reaktansi psikologi merupakan perilaku yang sangat umum. Anda pun mungkin saja pernah melakukannya tanpa sadar. Bahkan, perilaku seperti ini terkadang juga terlihat lucu ketika dilakukan oleh anak-anak.

    Akan tetapi, mengabaikan anjuran kesehatan di tengah pandemi justru membahayakan diri Anda dan orang-orang yang Anda sayangi. Keinginan untuk melawan aturan social distancing yang tampaknya sederhana malah bisa memperparah penyebaran wabah.

    Jika orang-orang terdekat Anda tidak mau melakukan upaya pencegahan, coba atasi dengan sering memberikan mereka informasi mengenai COVID-19. Berikan pula kabar terbaru tentang para pasien yang sakit parah dan harus dirawat intensif di rumah sakit.

    Berikan informasi yang membuat mereka sadar bahwa COVID-19 mengintai semua orang. Walaupun mereka merasa sehat, tidak ada orang yang benar-benar kebal dari COVID-19.

    Anda bisa menjadi contoh yang baik dengan mencuci tangan, menjaga kesehatan, dan menerapkan social distancing. Berikan pengertian bahwa semua ini bukan hanya untuk mereka, tapi juga orang-orang yang mereka cintai.

     

    Sumber: hellosehat.com

  • Menjaga Kesehatan Mental Saat Pandemi Virus Corona

    Pandemi virus Corona tidak hanya mengancam kesehatan fisik, namun juga kesehatan mental setiap individu. Tidak hanya rasa takut, efek psikologis yang ditimbulkan pun bisa berdampak serius. Apa saja gangguan kesehatan mental yang dapat muncul dan bagaimana cara mengatasinya?

    Wabah infeksi virus Corona atau COVID-19 semakin meluas dan telah menjangkit lebih dari 190 negara, termasuk Indonesia. Di Indonesia sendiri, jumlah pasien positif COVID-19 bertambah dengan cepat.

    Hal tersebut tentu dapat menimbulkan rasa takut dan panik. Apalagi anjuran untuk diam di rumah serta kebijakan social distancing, yang kini disebut physical distancing, sedikit banyak menimbulkan jarak secara emosional antara keluarga, sahabat, rekan kerja, teman, atau umat persekutuan di tempat ibadah yang dapat saling memberi dukungan.

    Bagi sebagian orang, hal ini bisa dirasakan sebagai suatu tekanan atau beban yang sangat besar. Bila tidak dikendalikan, tekanan tersebut akan berdampak negatif pada kesehatan mental.

    Gangguan Kesehatan Mental Saat Pandemi Virus Corona
    Gangguan kesehatan mental yang terjadi selama pandemi dapat disebabkan oleh berbagai hal, seperti ketakutan terhadap wabah, rasa terasing selama menjalani karantina, kesedihan dan kesepian karena jauh dari keluarga atau orang yang dikasihi, kecemasan akan kebutuhan hidup sehari-hari, ditambah lagi kebingungan akibat informasi yang simpang siur.

    Hal-hal tersebut tidak hanya berdampak pada orang yang telah memiliki masalah kesehatan mental, seperti depresi atau gangguan kecemasan umum, namun juga dapat memengaruhi orang yang sehat secara fisik dan mental.

    Beberapa kelompok yang rentan mengalami stres psikologis selama pandemi virus Corona adalah anak-anak, lansia, dan petugas medis. Tekanan yang berlangsung selama pandemi ini dapat menyebabkan gangguan berupa:

    Ketakutan dan kecemasan yang berlebihan akan keselamatan diri sendiri maupun orang-orang terdekat
    Perubahan pola tidur dan pola makan
    Bosan dan stres karena terus-menerus berada di rumah, terutama pada anak-anak
    Sulit berkonsentrasi
    Penyalahgunaan alkohol dan obat-obatan
    Memburuknya kesehatan fisik, terutama pada penderita penyakit kronis, seperti diabetes dan hipertensi
    Munculnya gangguan psikosomatis

    Tips Menjaga Kesehatan Mental Selama Pandemi Virus Corona
    Berikut ini adalah beberapa hal yang dapat Anda lakukan untuk menjaga kesehatan mental selama pandemi virus Corona:

    1. Melakukan aktivitas fisik
    Berbagai olahraga ringan, seperti lari kecil atau lompat di tempat, dapat Anda lakukan selama menjalani karantina di rumah. Dengan melakukan aktivitas fisik, tubuh Anda akan memproduksi hormon endorfin yang dapat meredakan stres, mengurangi rasa khawatir, dan memperbaiki mood Anda.

    Latihan peregangan dan pernapasan juga dapat membantu Anda untuk menenangkan diri. Jangan lupa untuk berjemur di bawah sinar matahari pagi untuk meningkatkan sistem imun.

    2. Mengonsumsi makanan bergizi
    Konsumsilah makanan yang mengandung protein, lemak sehat, karbohidrat, vitamin, mineral, dan serat. Beragam nutrisi tersebut dapat Anda peroleh dari nasi dan cereal, buah-buahan, sayuran, makanan laut, daging, kacang-kacangan, serta susu.

    Bukan hanya untuk menjaga kesehatan tubuh Anda, asupan nutrisi yang cukup juga dapat menjaga kesehatan mental Anda, baik secara langsung maupun tidak langsung.

    3. Menghentikan kebiasaan buruk
    Bila Anda seorang perokok, cobalah hentikan kebiasaan buruk tersebut mulai dari sekarang. Merokok akan meningkatkan risiko Anda terinfeksi kuman penyakit, termasuk virus Corona. Selain itu, batasi juga konsumsi minuman beralkohol.

    Kebiasaan merokok dan mengonsumsi minuman beralkohol dapat mengganggu kesehatan fisik maupun mental Anda.

    Kebiasaan buruk yang juga perlu dihentikan adalah kurang beristirahat atau sering begadang. Jika kurang istirahat, Anda akan lebih mudah mengalami kecemasan dan mood Anda pun akan lebih tidak stabil.

    4. Membuat rutinitas sendiri
    Selama menjalani karantina di rumah, Anda bisa melakukan hobi atau aktivitas yang Anda sukai, misalnya memasak, membaca buku, atau menonton film. Selain meningkatkan produktivitas, kegiatan tersebut juga dapat menghilangkan rasa jenuh.

    5. Lebih bijak memilah informasi
    Batasi waktu Anda untuk menonton, membaca, atau mendengar berita mengenai pandemi, baik dari televisi, media cetak, maupun media sosial untuk mengurangi rasa cemas.

    Meski begitu, jangan menutup diri sepenuhnya dari informasi yang penting. Pilah informasi yang Anda terima secara kritis dan bijak. Dapatkan informasi mengenai pandemi virus Corona hanya dari sumber yang terpercaya.

    6. Menjaga komunikasi dengan keluarga dan sahabat
    Luangkan waktu untuk berkomunikasi dengan keluarga, sahabat, teman, dan rekan kerja Anda, baik melalui pesan singkat, telepon, atau video call. Anda bisa menceritakan kekhawatiran dan kecemasan yang Anda rasakan. Dengan cara ini, tekanan yang Anda rasakan dapat berkurang sehingga Anda bisa lebih tenang.

    Bila Anda memang memiliki gangguan mental, konsumsilah obat-obatan yang telah diresepkan dokter secara rutin. Bila perlu, periksakan diri Anda ke dokter secara berkala agar dokter dapat memantau perkembangan kondisi Anda.

    Rasa takut dan cemas memang normal dirasakan selama masa pandemi seperti ini. Namun, cobalah untuk selalu berpikir positif dan bersyukur. Jika stres dan ketakutan yang Anda alami terasa sangat berat, jangan ragu berkonsultasi dengan psikolog atau psikiater melalui fitur chat dengan dokter di aplikasi Alodokter.

    Sumber: hellosehat.com

  • Mengenal Badai Sitokin, Kondisi Fatal yang Mengintai Pasien COVID-19

    Dampak COVID-19 memang lebih parah pada lansia, terutama bagi mereka yang telah menderita penyakit penyerta seperti diabetes, penyakit jantung, dan penyakit paru. Akan tetapi, tidak sedikit pula laporan kematian akibat COVID-19 pada pasien berusia 20 atau 30-an. Para ilmuwan menduga penyebab kematian COVID-19 teresbut berkaitan dengan badai sitokin.

    Sitokin merupakan salah satu bagian dari sistem kekebalan tubuh. Sitokin seharusnya berfungsi melindungi tubuh dari infeksi. Namun, pada kondisi yang salah, keberadaan sitokin justru dapat membahayakan jiwa. Apa itu sitokin dan bagaimana kaitannya dengan COVID-19? Berikut penjelasan selengkapnya.

    Fungsi sitokin sebelum terjadi badai sitokin pada infeksi COVID-19

    Sistem kekebalan tubuh terdiri dari banyak komponen. Ada sel-sel darah putih, antibodi, dan sebagainya. Tiap komponen bekerja sama untuk mengenali patogen (bibit penyakit), membunuhnya, dan membentuk pertahanan tubuh jangka panjang.

    Agar dapat menjalankan fungsinya, tiap komponen pada sistem kekebalan tubuh harus berkomunikasi antara satu sama lain. Di sinilah peran sitokin dibutuhkan. Sitokin adalah protein khusus pembawa pesan antara sel 0pada sistem kekebalan tubuh.

    Sitokin terbagi berdasarkan jenis sel yang memproduksinya atau cara kerjanya dalam tubuh. Ada empat macam sitokin, yakni:

    • Limfokin, diproduksi oleh sel limfosit-T. Fungsinya untuk mengarahkan respons sistem imun menuju daerah infeksi.
    • Monokin, diproduksi oleh sel monosit. Fungsinya untuk mengarahkan sel-sel neutrofil yang akan membunuh patogen.
    • Kemokin, diproduksi oleh sel sistem imun. Fungsinya untuk memicu perpindahan respons imun ke daerah infeksi.
    • Interleukin, diproduksi oleh sel darah putih. Fungsinya untuk mengatur produksi, pertumbuhan, dan pergerakan respons imun dalam reaksi peradangan.

    Ketika SARS-CoV-2 memasuki tubuh, sel-sel darah putih akan merespons dengan memproduksi sitokin. Sitokin lalu bergerak menuju jaringan yang terinfeksi dan berikatan dengan reseptor sel tersebut untuk memicu reaksi peradangan.

    Sitokin terkadang juga berikatan dengan sel darah putih lain atau bekerja sama dengan sitokin lain saat terjadi infeksi. Tujuannya tetap sama, yakni mengatur sistem kekebalan tubuh dalam membasmi patogen.

    Saat terjadi peradangan, sel-sel darah putih akan bergerak menuju darah atau jaringan yang terinfeksi untuk melindunginya dari penyakit. Pada kasus COVID-19, sitokin bergerak menuju jaringan paru-paru untuk melindunginya dari serangan SARS-CoV-2.

    Peradangan sebenarnya berguna untuk membunuh patogen, tapi reaksi ini juga dapat menimbulkan demam dan gejala COVID-19 lainnya. Setelah beberapa waktu, barulah peradangan mereda dan sistem imun tubuh dapat melawan virus dengan sendirinya.

    Mengenal badai sitokin pada pasien COVID-19

    Banyak pasien COVID-19 meninggal karena sistem kekebalan tubuhnya tidak mampu melawan infeksi. Virus pun memperbanyak diri dengan cepat, menyebabkan kegagalan beberapa organ sekaligus, dan akhirnya mengakibatkan kematian.

    Namun, beberapa dokter dan ilmuwan menemukan pola tidak biasa pada sejumlah pasien COVID-19. Pasien-pasien ini mengalami gejala ringan, tampak membaik, tapi selang beberapa hari, kondisi mereka menurun drastis hingga kritis atau meninggal.

    Dr. Pavan Bhatraju, dokter ICU di Harborview Medical Center Seattle, AS, menyebut hal ini dalam penelitiannya. Penurunan kondisi pasien umumnya terjadi setelah tujuh hari dan lebih banyak ditemukan pada pasien COVID-19 yang sehat dan masih muda.

    Mereka meyakini bahwa penyebabnya adalah produksi sitokin yang berlebihan. Hal ini dikenal sebagai cytokine storm atau badai sitokin. Alih-alih melawan infeksi, kondisi ini justru dapat menyebabkan kerusakan organ dan berakibat fatal.

    Sitokin normalnya hanya berfungsi sebentar dan akan berhenti saat respons kekebalan tubuh tiba di daerah infeksi. Pada kondisi badai sitokin, sitokin terus mengirimkan sinyal sehingga sel-sel kekebalan tubuh terus berdatangan dan bereaksi di luar kendali.

    Paru-paru mengalami peradangan parah karena sistem kekebalan tubuh berusaha keras membunuh virus. Peradangan pun bisa terus terjadi meski infeksi sudah selesai. Selama peradangan, sistem imun juga melepas molekul bersifat racun bagi virus dan jaringan paru-paru.

    Jaringan paru-paru pun mengalami kerusakan. Kondisi pasien yang tadinya sudah baik berakhir memburuk. Dr. Bhatraju mengatakan, pasien yang awalnya hanya memerlukan sedikit oksigen bisa saja mengalami gagal napas hanya dalam waktu semalam.

    Dampak badai sitokin begitu drastis dan cepat. Tanpa penanganan yang tepat, fungsi paru-paru pasien dapat menurun hingga membuat pasien sulit bernapas. Di sisi lain, infeksi terus bertambah parah dan mengakibatkan kegagalan organ.

    Menangani badai sitokin pada pasien COVID-19

    Ada beberapa jenis obat yang dapat meredakan badai sitokin pada pasien COVID-19, salah satunya dikenal sebagai interleukin-6 inhibitors (IL-6 inhibitors). Obat ini bekerja dengan menghambat kerja sitokin yang memicu reaksi peradangan.

    Meski perlu dikaji lebih dalam, laporan dari Prancis dan Tiongkok menunjukkan bahwa IL-6 inhibitors cukup berpotensi meredakan badai sitokin.

    Pada satu kasus, seorang pasien yang sudah hampir menggunakan ventilator dapat bernapas lagi beberapa jam setelah mengonsumsi obat tersebut.

    Pasien lain yang diberikan obat ini hanya sebentar menggunakan ventilator, padahal ia seharusnya memakai ventilator selama beberapa minggu. Saat ini, tugas para ilmuwan adalah memastikan bahwa IL-6 inhibitors memang efektif mengatasi badai sitokin.

    Sementara itu, masyarakat dapat berperan aktif dengan melakukan upaya mencegah COVID-19. Lindungi diri Anda dengan mencuci tangan dan menjaga daya tahan tubuh.

    Hindari pula interaksi dengan orang lain guna mengurangi risiko penyebaran COVID-19 yang dapat mengakibatkan badai sitokin pada beberapa orang.

     

    Sumber : hellosehat.com

  • Hal-Hal yang Harus Dilakukan Ketika Merasakan Gejala COVID-19

    Virus penyebab COVID-19 hingga kini masih merebak dan kasusnya terus meningkat di seluruh dunia. Di Indonesia sendiri, pasien COVID-19 sudah mencapai ribuan orang dan telah memakan korban hingga ratusan jiwa.

    Penyebaran yang sangat cepat dan awalnya yang sering tanpa gejala pun membuat banyak masyarakat khawatir. Lantas, bagaimana jika suatu saat seseorang merasakan gejala COVID-19, apa yang harus dilakukan?

    COVID-19 merupakan sebuah penyakit yang disebabkan oleh virus SARS-CoV-2 yang menyerang pernapasan. Hampir serupa dengan flu, gejala yang ditunjukkan bisa berupa gejala ringan seperti batuk kering, dan sakit tenggorokan.

    Namun infeksi virus COVID-19 juga bisa menimbulkan gejala yang cukup berat seperti pneumonia dan sesak nafas.

    Seiring dengan bertambahnya kasus, ditemukan juga berbagai gejala lainnya yang terjadi pada beberapa orang. Gejala tersebut meliputi hilangnya indera penciuman dan diare.

    Berkurangnya fungsi indera penciuman masih lebih umum terjadi, mengingat virus bisa saja menyebabkan pilek yang membuat hidung tersumbat dan tidak bisa mencium aroma.

    Berbeda dengan gejala diare, orang-orang yang mengalaminya kebanyakan tidak segera mencari pertolongan medis karena merasa bahwa gejala tidak berhubungan dengan masalah pernapasan.

    Hal yang harus dilakukan jika Anda mengalami gejala COVID-19

    Sebenarnya, kebanyakan pasien yang terinfeksi COVID-19 hanya menunjukkan gejala ringan dan dapat melakukan perawatan sendiri di rumah tanpa bantuan medis. Gejala biasanya akan muncul dalam 2 sampai 14 hari setelah terpapar dengan virus.

    Bagi Anda yang ingin melakukan tes untuk mengetahui apakah tubuh telah terinfeksi virus, cobalah hubungi dinas kesehatan atau penyedia layanan medis yang ada di kota Anda. Bisa juga menghubungi hotline Kemenkes RI dengan nomor 021-5210411 atau 081212123119.

    Jika hasilnya negatif, kemungkinannya Anda memang tidak terinfeksi atau Anda masih berada pada tahap awal saat pengumpulan spesimen.

    Meski demikian, Anda tetap harus berhati-hati dan melakukan pencegahan. Hasil tes yang negatif tidak menutup kemungkinan Anda bisa terinfeksi virus di kemudian hari.

    Jika hasilnya positif, Anda harus segera mencari bantuan dan meminta anjuran pada dokter tentang apa saja yang harus dilakukan jika masih bisa melakukan perawatan sendiri.

    Berikut adalah beberapa di antaranya yang harus Anda lakukan ketika mulai merasakan gejala atau sudah terinfeksi COVID-19.

    Berdiam di rumah

    Untuk Anda yang mengalami gejala seperti batuk dan demam tanpa mengalami sesak nafas, Anda disarankan untuk berdiam di rumah dan tidak bepergian kecuali untuk keperluan medis seperti periksa ke dokter.

    Anda bisa melakukan penyembuhan dengan meminum obat-obatan yang akan mengurangi gejalanya.

    Bila Anda terpaksa harus pergi, usahakan untuk tidak naik kendaraan umum, lebih baik gunakan kendaraan pribadi.

    Memisahkan diri dari orang lain ketika sakit

    Lakukan isolasi diri dengan menjauh dari orang-orang di sekitar Anda. Lakukan jarak fisik minimal 1 meter. Tidurlah di kamar yang terpisah dari orang lain.

    Bila ada, gunakan kamar mandi yang berbeda. Hal ini dilakukan agar Anda tidak menularkan penyakit terutama jika Anda telah positif menderita COVID-19.

    Beritahu kepada dokter tentang keadaan Anda

    Bagi Anda yang sedang menjalani perawatan atau memiliki jadwal dengan dokter yang tidak bisa ditunda, beritahukan dahulu melalui telepon bahwa Anda mengalami gejala-gejala yang berhubungan dengan COVID-19 sebelum bertemu.

    Dengan informasi yang Anda berikan, dokter dan petugas kesehatan lainnya dapat melakukan persiapan terlebih dahulu.

    Gunakan masker yang menutupi hidung dan mulut
    Gunakanlah masker yang bisa menutup area hidung dan mulut dengan baik bila perlu setiap saat. Masker kain sudah cukup membantu untuk menghalangi percikan dari mulut dan hidung untuk terpapar ke luar. Jika kehabisan masker, Anda bisa mengganti dengan menggunakan syal atau selendang.

    Ketika bersin atau batuk, tutupi dengan tisu lalu segera buang ke tempat sampah setelahnya. Jika tidak memiliki tisu, Anda bisa menutup hidung dan mulut menggunakan area siku. Setelah itu, cuci tangan dengan sabun atau gunakan hand sanitizer.

     

    Sumber: hellosehat.com

  • Alasan Mengapa Lansia Lebih Rentan terhadap Virus Corona

    Jumlah penderita dan kasus kematian akibat infeksi virus Corona setiap harinya terus meningkat. Sejauh ini, virus Corona terlihat lebih sering menyebabkan infeksi berat dan kematian pada orang lanjut usia (lansia) dibandingkan orang dewasa atau anak-anak. Mengapa demikian?

    Mengapa Lansia Lebih Rentan terhadap Virus Corona?

    Seiring pertambahan usia, tubuh akan mengalami berbagai penurunan akibat proses penuaan, mulai dari menurunnya produksi pigmen warna rambut, produksi hormon, kekenyalan kulit, massa otot, kepadatan tulang, kekuatan gigi, hingga fungsi organ-organ tubuh.

    Sistem imun sebagai pelindung tubuh pun tidak bekerja sekuat ketika masih muda. Inilah alasan mengapa orang lanjut usia (lansia) rentan terserang berbagai penyakit, termasuk COVID-19 yang disebabkan oleh virus Corona.

    Selain itu, tidak sedikit lansia yang memiliki penyakit kronis, seperti penyakit jantung, diabetes, asma, atau kanker. Hal ini bisa meningkatkan risiko atau bahaya infeksi virus Corona. Komplikasi yang timbul akibat COVID-19 juga akan lebih parah bila penderitanya sudah memiliki penyakit-penyakit tersebut.

    Bukan hanya menyebabkan gangguan pada paru-paru, infeksi virus Corona juga bisa menurunkan fungsi organ-organ tubuh lainnya, sehingga kondisi penyakit kronis yang sudah dimiliki penderita akan semakin parah, bahkan sampai mengakibatkan kematian.

    Pada penderita kanker, misalnya. Penyakit kanker sendiri dapat melemahkan sistem imun sehingga penderitanya tidak mampu menangkal serangan virus Corona, ditambah lagi efek samping kemoterapi yang juga dapat menekan sistem imun. Dalam keadaan seperti ini, virus Corona akan lebih mudah berkembang dan menyebabkan gangguan pada berbagai organ tubuh.

    Pada penderita gagal jantung, di mana jantungnya sudah mengalami kepayahan dalam memompa darah, gangguan paru-paru akibat infeksi virus Corona akan membuat jantung harus bekerja lebih keras untuk mengalirkan darah ke seluruh tubuh. Hal ini tentu dapat memperburuk kondisi jantung.

    Cara Mencegah Penularan Virus Corona pada Lansia

    Virus Corona awalnya ditularkan dari hewan ke manusia. Virus ini juga bisa menular dari manusia ke manusia lewat percikan air liur penderitanya.

    Ada beberapa langkah yang bisa dilakukan lansia untuk melindungi diri dari penularan virus yang sedang mewabah ini, antara lain:

    • Mencuci tangan secara teratur dengan air mengalir dan sabun atau hand sanitizer dengan kandungan alkohol minimal 60%
    • Menggunakan masker saat sedang sakit
    • Menghindari kontak dengan orang yang sakit
    • Menghindari pergi ke tempat-tempat yang ramai, seperti pusat perbelanjaan, terminal, atau stasiun
    • Tidak menyentuh mata, hidung, dan mulut sebelum mencuci tangan
    • Mengonsumsi obat secara rutin untuk penyakit yang diderita
    • Mengunjungi dokter untuk kontrol sesuai jadwal

    Sistem imun yang sudah melemah ditambah adanya penyakit kronis dapat meningkatkan risiko COVID-19 pada lansia, baik risiko terjadinya infeksi virus Corona maupun risiko virus ini untuk menimbulkan gangguan yang parah, bahkan kematian.

    Oleh karena itu, pencegahan virus Corona pada lansia perlu dilakukan lebih ketat dan kondisi kesehatan lansia pun perlu lebih diperhatikan. Orang lanjut usia yang mengalami demam dengan batuk, pilek, atau sesak napas perlu segera diperiksakan ke dokter, terutama bila sudah memiliki penyakit kronis.

    Jika Anda memiliki pertanyaan lebih lanjut perihal virus Corona, baik mengenai pencegahan ataupun gejala, jangan ragu untuk chat dokter langsung di aplikasi Alodokter. Di aplikasi ini, Anda juga bisa membuat janji konsultasi dengan dokter di rumah sakit.

     

    Sumber : alodokter.com