Tag: #virusMERS-CoV

  • Tetap Harus Bekerja di Luar Rumah Saat Pandemi COVID-19? Terapkan Ini agar Tidak Tertular

    Kekhawatiran akan tertular COVID-19 mungkin menyelimuti para pekerja yang hingga kini masih harus beraktivitas di luar rumah. Agar tetap aman berada di luar rumah atau di kantor, terapkanlah langkah pencegahan COVID-19 yang benar dan efektif.

    Untuk menghentikan penyebaran virus Corona, pemerintah menyerukan agar masyarakat menerapkan physical distancing dan melakukan aktivitas dari rumah saja, termasuk bekerja. Namun, tidak sedikit orang yang masih harus bekerja di luar rumah, baik karena tuntutan profesi atau kebutuhan ekonomi keluarga.

    Cara Mencegah COVID-19 bagi Orang yang Bekerja di Luar Rumah

    Kementerian Kesehatan Indonesia mengimbau para pekerja yang masih harus beraktivitas di luar rumah untuk selalu waspada dan menerapkan langkah pencegahan COVID-19.

    Berikut ini adalah hal-hal yang perlu kamu lakukan saat bekerja di luar rumah agar tidak terinfeksi virus Corona:

    1. Selalu kenakan masker

    Selalu kenakan masker saat berada di tempat umum, termasuk dalam perjalanan menuju tempat kerja atau pulang ke rumah, dan selama berada di tempat kerja.

    Kamu cukup menggunakan masker kain untuk aktivitas sehari-hari di luar rumah. Pilihlah masker yang ukurannya pas dengan wajahmu, serta dapat menutup mulut, hidung, dan dagu dengan sempurna.

    2. Hindari menyentuh benda-benda di tempat umum

    Sebisa mungkin hindari menyentuh benda-benda yang banyak disentuh orang, misalnya tombol lift, gagang pintu, atau mesin finger print.

    Untuk menyiasatinya, kamu bisa menggunakan siku atau pulpen saat menekan tombol lift. Kamu juga bisa membuka pintu menggunakan siku atau bahu, bukan dengan tangan.

    Selain itu, rajin-rajinlah membersihkan meja kerja dan peralatan kantor yang sering kamu pakai, seperti keyboard, mouse, dan handphone, menggunakan cairan disinfektan.

    3. Jaga kebersihan diri dengan baik

    Bawa selalu hand sanitizer yang mengandung setidaknya 60% alkohol, sehingga dapat kamu gunakan untuk membersihkan tangan dalam perjalanan bila tidak ada sarana cuci tangan. Sesampainya di kantor, cuci tangan dengan air mengalir dan sabun.

    Selama bekerja pun, cucilah tangan atau gunakan hand sanitizer sesering mungkin, setidaknya setiap 4 jam. Jangan lupa juga untuk mencuci tangan setelah menyentuh peralatan kantor yang sering digunakan bersama-sama, misalnya mesin fotokopi.

    4. Jaga jarak dengan rekan kerja

    Pastikan kamu menerapkan physical distancing, yaitu menjaga jarak dengan orang lain sejauh 1–2 meter, baik dalam perjalanan maupun di tempat kerja. Hal ini perlu dilakukan untuk mencegahmu menghirup percikan ludah orang lain saat mereka bicara, batuk, atau bersin.

    5. Gunakan kendaraan pribadi bila memungkinkan

    Di masa pandemi COVID-19 ini, sebisa mungkin gunakan kendaraan pribadi dan hindari bepergian dengan commuter line, busway, atau transportasi umum lainnya yang padat penumpang. Berada di tengah kerumunan orang banyak bisa meningkatkan risikomu tertular virus Corona.

    Bila kamu harus naik kendaraan umum, lindungi diri dengan mengenakan masker kain dan tetap menjaga jarak dengan orang lain. Gunakan hand sanitizer untuk membersihkan tangan setelah menyentuh benda-benda di angkutan umum dan jangan menyentuh wajah sebelum tangan dibersihkan.

    Sesampainya di rumah, segera lepaskan pakaian yang kamu kenakan dan taruh di tempat baju kotor. Setelah itu, langsung mandi dan kenakan pakaian yang bersih. Pastikan kamu tidak bersentuhan dengan orang-orang yang ada di rumah, sebelum kamu mandi dan berganti pakaian.

    Cuci pakaian dan masker kain menggunakan deterjen. Jika dirasa perlu, kamu juga bisa membersihkan tas, sepatu, atau handphone dengan disinfektan.

    Hal penting yang juga tidak boleh kamu lupakan adalah menjaga daya tahan tubuh tetap prima dengan mengonsumsi makanan bergizi, tidur yang cukup, rutin berolahraga, serta menghindari stres.

    Meski masih harus bekerja di luar rumah selama pandemi ini, kamu tetap bisa menjaga dirimu dari virus Corona, kok. Terapkan langkah-langkah di atas agar kamu tidak tertular atau menularkan virus ini ke orang lain. Dengan begitu, penyebaran COVID-19 dapat dihentikan.

    Jika kamu sedang merasa kurang sehat, sebaiknya jangan dulu pergi ke kantor atau bekerja di luar rumah. Bila kamu merasakan gejala COVID-19, segara lakukan isolasi mandiri dan hubungi hotline COVID-19 di 119 Ext. 9 untuk mendapatkan arahan lebih lanjut.

     

     

    Sumber : alodokter.com

  • Tips Berbelanja Bahan Makanan Selama Pandemi COVID-19

    Di tengah wabah virus Corona, Anda dianjurkan untuk melakukan physical distancing dengan tidak keluar rumah, kecuali untuk hal yang penting, misalnya berbelanja bahan makanan. Namun, hal ini juga perlu dilakukan dengan hati-hati. Simak tips berbelanja bahan makanan selama pandemi COVID-19 berikut ini.

    Sejak pemerintah memberlakukan aturan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), hampir seluruh aktivitas bekerja, belajar, dan beribadah dilakukan di rumah. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk menekan penyebaran virus Corona.

    Meski demikian, tempat penjualan kebutuhan pokok, seperti pasar, supermarket, minimarket, dan toko bahan pangan, tetap diizinkan untuk beroperasi selama pandemi COVID-19. Masyarakat juga masih diperbolehkan untuk pergi ke tempat-tempat tersebut untuk membeli persediaan bahan makanan dan kebutuhan sehari-hari.

    Meski begitu, Anda perlu tetap waspada dan melakukan langkah-langkah pencegahan COVID-19 agar tidak tertular virus Corona saat berbelanja.

    Tips Berbelanja Bahan Makanan dengan Aman

    Untuk mencegah penularan virus Corona, berikut ini adalah tips berbelanja bahan makanan selama pandemi COVID-19:

    1. Pastikan diri sendiri sehat

    Sebelum pergi ke luar rumah untuk berbelanja bahan makanan, pastikan diri Anda dalam keadaan sehat. Jika Anda menderita gejala COVID-19, yaitu demam, batuk, pilek, atau sesak napas, disarankan untuk tidak keluar rumah dan menjalani isolasi mandiri.

    Untuk berbelanja bahan makanan atau kebutuhan sehari-hari, gunakanlah aplikasi belanja online atau layanan pesan antar. Selain praktis, cara ini dapat meminimalkan kontak dengan orang banyak sehingga mengurangi risiko Anda tertular atau menularkan virus Corona.

    2. Hindari berbelanja di jam sibuk

    Hindari berbelanja pada jam sibuk untuk menghindari keramaian. Dengan begitu, risiko Anda untuk terpapar virus Corona dari orang lain juga akan lebih rendah.

    Anda bisa berbelanja pada pagi hari ketika supermarket baru saja buka atau pada malam hari menjelang supermarket tutup. Bila Anda berbelanja di pasar tradisional, hindari berbelanja di pagi hari karena cenderung lebih ramai.

    3. Kenakan masker saat keluar rumah

    Saat bepergian keluar rumah untuk berbelanja, jangan lupa untuk mengenakan masker. Bila Anda dalam keadaan sehat, kenakanlah masker kain. Namun, bila Anda sedang sakit dan terpaksa harus keluar rumah, kenakan masker bedah. Pastikan masker yang Anda gunakan dapat menutupi hidung dan mulut Anda dengan sempurna.

    Hindari menyentuh wajah dan bagian dalam masker karena dapat membuat masker terkontaminasi kuman dari tangan.

    Jika ingin memperbaiki posisi masker, cuci tangan terlebih dahulu atau gunakan hand sanitizer, lalu perbaiki posisi masker dengan mengencangkan ikatan tali masker atau memperbaiki posisi tali pengait masker di telinga.

    4. Bawalah selalu hand sanitizer

    Anda bisa menggunakan hand sanitizer untuk membersihkan pegangan troli atau keranjang belanja yang sering dipegang oleh orang lain. Pilihlah hand sanitizer yang mengandung alkohol dengan kadar minimal 60%.

    5. Jagalah jarak dengan orang lain

    Saat keluar rumah, penting untuk selalu menerapkan physical distancing di mana pun Anda berada, termasuk saat berbelanja. Usahakan untuk selalu menjaga jarak setidaknya 1 meter dengan orang lain, baik itu penjual, petugas supermarket, maupun sesama pembeli.

    6. Stok bahan makanan

    Agar Anda tidak perlu terlalu sering keluar rumah, belilah bahan makanan yang cukup untuk dikonsumsi selama 1–2 minggu. Supaya tidak lupa, catat dulu bahan makanan apa saja yang diperlukan dan berapa banyak yang hendak dibeli.

    Hindari panic buying atau membeli barang-barang secara berlebihan karena dapat menghabiskan stok persediaan kebutuhan sehari-hari di pasaran, sehingga orang lain yang membutuhkannya jadi tidak kebagian.

    Saat memilih makanan, pilihlah makanan yang sehat dan bergizi untuk menjaga daya tahan tubuh tetap kuat, seperti buah dan sayuran, telur, ikan, daging, kacang-kacangan, tahu, dan tempe. Anda juga dapat membeli suplemen vitamin dan mineral jika memang asupan nutrisi dari makanan saja dirasa tidak cukup.

    7. Pilih metode pembayaran nontunai (cashless)

    Jika memungkinkan, gunakan metode nontunai atau cashless untuk membayar belanjaan selama pandemi    COVID-19. Hindari membayar bahan makanan dengan uang tunai, kartu debit, atau kartu kredit karena berpotensi menularkan kuman, termasuk virus Corona.

    Jika Anda terpaksa menggunakan uang tunai atau kartu untuk membayar, segera bersihkan tangan dengan hand sanitizer setelah menerima uang kembalian atau memencet tombol di mesin EDC. Ingat, jangan menyentuh wajah dengan tangan yang belum dicuci.

    Tips Membersihkan Bahan Makanan yang Baru Dibeli

    Hingga saat ini, belum ada bukti atau penelitian yang menyebutkan bahwa virus Corona dapat menular melalui makanan.

    Meski demikian, virus Corona diketahui dapat bertahan hidup selama beberapa jam hingga beberapa hari di permukaan benda, termasuk kemasan makanan. Lamanya virus Corona bertahan di permukaan suatu benda tergantung pada bahan benda tersebut, serta suhu dan kelembapan udara di sekitarnya.

    Jika Anda merasa bahwa makanan atau kemasan bahan makanan yang telah dibeli berisiko terkontaminasi virus Corona, lakukan beberapa tips berikut ini:

    Cuci tangan setelah berbelanja

    Cucilah tangan Anda dengan sabun dan air mengalir selama 20 detik setelah memegang kemasan bahan makanan, sebelum mengeluarkan bahan makanan dari kemasan, sebelum memasak, dan sebelum makan.

    Bersihkan bahan makanan yang baru dibeli

    Untuk membersihkan kemasan bahan makanan, Anda dapat menggunakan hand sanitizer, alkohol, atau tisu basah dengan bahan antibakteri.

    Sedangkan untuk membersihkan sayur dan buah, Anda dapat mencucinya dengan air mengalir dan sabun khusus untuk makanan selama kurang lebih 20 detik. Hindari mencuci bahan makanan dengan detergen atau disinfektan, karena produk pembersih tersebut bisa berbahaya jika tertelan.

    Setelah itu, buang kantung plastik yang digunakan untuk membawa belanjaan dan bersihkan meja atau tempat lain di mana barang belanjaan diletakkan sebelumnya.

    Olah bahan makanan hingga matang sepenuhnya

    Agar lebih aman dikonsumsi, bahan makanan sebaiknya dimasak dulu hingga benar-benar matang. Pastikan juga bahan makanan tersebut sudah dicuci hingga bersih sebelum dimasak.

    Berbelanja bahan makanan selama pandemi COVID-19 perlu dilakukan secara lebih berhati-hati agar Anda tidak terpapar virus Corona dan bahan makanan yang Anda beli juga tidak terkontaminasi oleh virus ini.

    Jika Anda mengalami gejala COVID-19, terutama bila dalam 14 hari terakhir Anda sempat berdekatan dengan orang yang positif terinfeksi virus Corona atau berada di daerah endemik COVID-19, segeralah lakukan isolasi mandiri dan hubungi hotline COVID-19 di 119 Ext. 9 untuk mendapatkan arahan lebih lanjut.

    Selain itu, Anda juga bisa mencoba fitur Cek Risiko Infeksi Virus Corona yang disediakan secara gratis oleh Alodokter untuk mengetahui besarnya risiko Anda telah terinfeksi virus Corona.

    Bila Anda memiliki pertanyaan terkait infeksi virus Corona, baik mengenai gejala maupun langkah pencegahan COVID-19, jangan ragu untuk chat dokter langsung di aplikasi Alodokter. Anda juga bisa membuat janji konsultasi dengan dokter di rumah sakit melalui aplikasi ini.

     

    Sumber: alodokter.com

  • Sambut Ramadan di Tengah Pandemi COVID-19 dengan Tips Sehat dan Produktif Ini

    Ibadah puasa di tengah pandemi COVID-19 bisa jadi sebuah tantangan baru bagi yang menjalaninya. Kendati akan berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, Ramadan tetap bisa kamu lalui dengan hikmat, kok, apalagi jika menerapkan tips-tips sehat dan produktif di bawah ini.

    Bulan puasa merupakan momen untuk memperbanyak ibadah dan silaturahmi, mulai dari sebelum matahari terbit hingga terbenam, maupun setelahnya. Kesehatan tubuh selama berpuasa sebulan penuh harus lebih dijaga agar ibadah ini bisa lancar, apalagi di tengah pandemi COVID-19 seperti sekarang.

    Hingga kini, sudah tercatat lebih dari 2 juta orang yang terinfeksi virus Corona di seluruh dunia. Virus yang menyerang sistem pernapasan ini memang sangat cepat menyebar dan mudah menimbulkan infeksi, khususnya pada orang yang daya tahan tubuhnya lemah.

    Oleh karena itu, meski sedang fokus beribadah, kamu tidak boleh mengabaikan tindakan pencegahan penularan virus Corona. Selain itu, jaga juga daya tahan tubuh dan kesehatanmu selama berpuasa.

    Nah, agar tetap sehat dan produktif selama menjalani ibadah puasa di tengah pandemi COVID-19, terapkanlah beberapa tips berikut ini:

    1. Penuhi kebutuhan nutrisi dan cairan

    Saat berpuasa, kamu dilarang makan dan minum mulai dari subuh hingga isya. Agar tidak kekurangan energi serta vitamin dan mineral yang dibutuhkan oleh tubuh, kamu perlu mengonsumsi makanan bergizi saat sahur maupun berbuka.

    Lengkapilah menu sahur dan buka puasamu dengan makanan yang kaya akan karbohidrat kompleks sebagai sumber energi, protein yang dapat menjaga daya tahan tubuh, dan serat untuk melancarkan pencernaan. Selain itu, tetap minum air putih yang cukup, mulai dari berbuka puasa hingga sebelum sahur, agar tubuhmu tidak kekurangan cairan (dehidrasi).

    Walaupun menggiurkan, kurangi konsumsi makanan dan minuman yang tidak sehat, seperti makanan cepat saji (fast food), gorengan, dan makanan yang banyak mengandung gula. Kurangi juga konsumsi minuman yang manis serta minuman berkafein, seperti teh dan kopi, karena dapat memicu dehidrasi.

    2. Tetap aktif dan rutin olahraga

    Wajar bila kamu merasa lebih lemas dan lesu ketika berpuasa. Namun, ini bukan berarti puasa bisa menjadi alasan bagimu untuk bermalas-malasan sepanjang hari, ya. Meski sedang berpuasa, kamu harus tetap aktif bergerak dan berolahraga secara rutin.

    Lakukanlah olahraga 3–5 kali seminggu dengan durasi 15–30 menit. Pilih olahraga yang ringan dan tidak mengeluarkan terlalu banyak keringat, misalnya sit-up, yoga dengan gerakan yang santai, atau angkat beban ringan di rumah.

    Kalau kamu mau, berjalan santai di sekitar perumahan juga boleh, kok. Tapi kamu harus ingat, tetap terapkan physical distancing alias menjaga jarak dengan orang lain paling tidak 1–2 meter.

    Kalau daerah di sekitar rumahmu ramai, sebaiknya jangan dulu keluar rumah. Kamu bisa berjalan kaki di dalam rumahmu, mulai dari halaman depan rumah, teras, ruang tamu, lalu ke dapur. Bila rumahmu memiliki dua lantai, kamu juga bisa naik turun tangga. Jangan dianggap remeh, ini juga termasuk olahraga, lho.

    3. Jalani ibadah di rumah

    Ramadan memang erat dengan ibadah bersama di masjid. Namun, demi memutus rantai penularan COVID-19, di bulan Ramadan kali ini kamu dianjurkan untuk tetap menerapkan physical distancing. Jadi, sebaiknya kamu beribadah di rumah saja.

    Walaupun di rumah, kamu tetap bisa melakukan ibadah salat tarawih berjamaah dengan keluargamu, kok. Kamu juga bisa mengaji dan mendengarkan ceramah dari TV atau radio bersama-sama. Dengan begitu, kamu bisa makin dekat dengan keluarga, kan?

    4. Silaturahmi dengan cara lain

    Bulan puasa juga merupakan momen yang tak lepas dari kegiatan silaturahmi. Namun, di tengah merebaknya virus Corona seperti sekarang, lebih baik kamu menunda dulu berkumpul dengan sanak saudara atau kerabat secara langsung untuk mengurangi risiko penyebaran virus ini.

    Tapi, jangan sedih dulu. Dengan memanfaatkan telepon, gadget, dan koneksi internet, kamu tetap bisa bersilaturahmi dengan keluarga tanpa membuat mereka maupun dirimu sendiri berisiko terpapar virus Corona.

    Lagi pula, esensi dari silaturahmi tidak akan berkurang walaupun hanya melalui telepon, kok. Jika memiliki smartphone, kamu bahkan tetap bisa bertatap muka melalui video call.

    5. Istirahat yang cukup

    Selama bulan Ramadan, tidak sedikit orang yang bangun dini hari untuk melakukan salat. Banyak juga ibu rumah tangga yang bangun sangat awal untuk menyiapkan sahur. Jika kamu juga melakukannya, tetap usahakan agar waktu tidurmu tidak berkurang, ya.

    Meski terdengar sepele, cukup atau tidaknya waktu tidur dan istirahat sangat berpengaruh pada imunitas tubuh, lho. Bila kurang tidur dan banyak begadang, kamu bisa lebih mudah terinfeksi kuman penyakit, termasuk virus Corona.

    Jadi, supaya tetap sehat selama berpuasa, usahakan untuk tidur dan beristirahat yang cukup, ya. Kamu bisa mengganti waktu tidur malam yang kurang dengan tidur siang atau tidur lebih awal di malam hari.

    6. Urungkan niat untuk mudik

    Pemerintah telah memberikan imbauan untuk tidak mudik tahun ini. Tujuannya adalah agar kamu dan keluargamu tidak tertular atau tanpa sadar menularkan virus Corona dan membuat penyebarannya semakin luas.

    Mengurungkan niat untuk tidak mudik di bulan Ramadan kali ini tidak akan mengurangi kesucian bulan penuh berkah ini, kok. Kamu justru melakukan perbuatan yang baik karena melindungi keluargamu dan orang lain dari risiko terinfeksi virus Corona.

    Selain mencegah wabah COVID-19 di Indonesia semakin meluas, kamu juga jadi bisa berhemat, lho. Uang yang kamu persiapkan untuk ongkos mudik bisa kamu gunakan untuk kebutuhan lain atau mungkin bersedekah kepada orang-orang yang terkena dampak dari wabah ini.

    Kamu juga bisa menyimpan dulu uang tersebut dan menggunakannya untuk pulang kampung di lain kesempatan, ketika pandemi COVID-19 ini telah berakhir.

    Menjalani bulan Ramadan saat pandemi COVID-19 memang akan sangat berbeda dengan bulan-bulan Ramadan biasanya, terutama yang melibatkan silaturahmi dan ibadah bersama.

    Namun, perlu diingat bahwa hal ini dilakukan demi kepentingan orang banyak. Melindungi sesama pun merupakan bagian dari ibadah, kan?

    Dengan menerapkan tips-tips di atas selama bulan Ramadan yang akan segera tiba, kamu bisa tetap beribadah dengan lancar, sekaligus menjaga kesehatan dan menekan penyebaran virus Corona.

    Selain itu, jangan lupa untuk selalu melakukan tindakan pencegahan, seperti rutin mencuci tangan dengan sabun dan air bersih, mengenakan masker ketika sakit atau saat berada di luar rumah, serta menerapkan etika batuk dan bersin.

    Jika kamu atau anggota keluarga di rumah mengalami gejala infeksi virus Corona, segera lakukan isolasi mandiri dan hubungi hotline COVID-19 di 119 Ext. 9 untuk mendapatkan arahan lebih lanjut.

    Bila masih memiliki pertanyaan terkait penyakit COVID-19, kamu bisa chat langsung dengan dokter melalui aplikasi ALODOKTER. Di aplikasi ini, kamu juga bisa membuat janji konsultasi dengan dokter di rumah sakit.

     

    Sumber : alodokter.com

     

  • Cek Fakta: Tenggorokan Kering Jadi Risiko Terkena COVID-19?

    Virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19 kabarnya dapat hilang dari tenggorokan bila Anda minum cukup air. Akan tetapi, Anda tentu tidak dapat membuat tenggorokan tetap basah terutama ketika berpuasa karena Anda tidak minum selama belasan jam. Lantas, apakah tenggorokan kering membuat Anda lebih berisiko terkena COVID-19?

    Bisakah tenggorokan kering membuat Anda tertular COVID-19?

    Di tengah maraknya berita tentang pandemi COVID-19 yang simpang siur, Anda akan mudah menemukan informasi yang belum jelas kebenarannya. Salah satunya termasuk minum air putih yang disebut-sebut bisa menghilangkan SARS-CoV-2 dari tenggorokan.

    Sejumlah akun media sosial sempat menganjurkan untuk minum air putih tiap 15 menit sekali. Minum air putih dianggap bisa mencegah COVID-19 karena air dapat ‘membilas’ coronavirus pada dinding tenggorokan terutama saat kering. Padahal, faktanya tidak demikian.

    Kerongkongan berbeda dengan tenggorokan. Kerongkongan adalah jalur makanan yang menghubungkan mulut dengan lambung, sedangkan tenggorokan adalah jalur napas yang terletak di belakang mulut dan menghubungkan hidung dengan paru-paru.

    Air putih memang dapat membasahi kerongkongan yang kering, tapi tidak menghilangkan SARS-CoV-2 yang menempel pada dindingnya.

    Tak ada pula bukti ilmiah bahwa air dapat membunuh virus pada kerongkongan, sebab yang dapat membasmi virus dalam tubuh adalah sistem kekebalan tubuh atau obat antivirus.

    Selain itu, ujung kerongkongan juga berbeda dengan tenggorokan yang mengarah ke paru-paru. Walaupun kerongkongan Anda cukup lembap oleh air, virus mungkin masih menempel pada tenggorokan atau bisa jadi sudah bergerak menuju paru-paru.

    Tenggorokan lembap atapun kering sama-sama dapat terinfeksi SARS-CoV-2. Dengan kata lain, risiko penularan COVID-19 tidak ditentukan dari kondisi tenggorokan. Cara terbaik menghambat penyebaran COVID-19 adalah dengan melakukan pencegahan.

    Tenggorokan kering dan penularan COVID-19

    Tenggorokan yang kering tidak lantas membuat Anda jadi lebih berisiko tertular COVID-19. Virus SARS-CoV-2 dari lingkungan tetap bisa masuk ke dalam saluran pernapasan.

    Risiko penularan COVID-19 meningkat apabila Anda berinteraksi dengan pasien positif, bepergian ke zona merah, dan tidak menjaga kebersihan tangan. Anda pun lebih rentan tertular penyakit ini bila melakukan kontak dekat atau berjabat tangan dengan banyak orang.

    Selain itu, Anda juga berisiko tertular COVID-19 jika sering menyentuh barang-barang di sekitar dan tidak mencuci tangan setelahnya. Ini disebabkan karena SARS-CoV-2 bertahan pada barang selama beberapa jam hingga berhari-hari.

    Virus berpindah ke tangan ketika Anda menyentuh barang-barang tersebut. Kemudian, virus memasuki tubuh saat Anda menyentuh mata, hidung, atau mulut tanpa mencuci tangan menggunakan sabun dan air.

    Penularan COVID-19 terutama bila tenggorokan terasa kering bisa dicegah dengan menjaga kebersihan diri dan membatasi interaksi dengan orang lain.

    Asupan cairan penting saat tenggorokan kering

    Meskipun tenggorokan yang kering saat puasa tidak berhubungan dengan penularan COVID-19, asupan cairan tetaplah penting terutama ketika Anda puasa. Pasalnya, dehidrasi dapat menimbulkan efek negatif yang mengganggu kenyamanan selama berpuasa.

    Pastikan Anda minum cukup air selama puasa. Rata-rata, tiap orang memerlukan setidaknya dua liter air dalam sehari. Anda bisa menyiasatinya dengan minum delapan gelas air yang dibagi ke dalam waktu berbuka puasa, malam hari, dan sahur.

    Minumlah tiga gelas air ketika berbuka puasa, kemudian lanjutkan dengan dua gelas air sebelum tidur. Ketika sahur, akhiri santapan Anda dengan tiga gelas air putih. Anda juga dapat mengubah kombinasinya sesuai selera dan kenyamanan.

    Selain air putih, sumber cairan juga bisa berasal dari makanan berkuah, serta sayur dan buah. Sertakan ketiganya dalam menu sahur dan berbuka puasa agar Anda memperoleh asupan cairan tambahan.

    Tenggorokan kering tidak menjadikan seseorang lebih berisiko tertular COVID-19. SARS-CoV-2 tetap dapat memasuki saluran pernapasan melalui hidung atau mulut ketika Anda terpapar virus ini.

    Tetap lindungi diri Anda dengan melakukan upaya pencegahan yang sudah disarankan. Apabila Anda merasa mengalami gejala COVID-19 seperti demam tinggi, batuk, atau sesak napas, segera periksakan diri ke rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan.

     

    Sumber : hellosehat.com

  • Mengapa Banyak Orang Merasa Kebal dari COVID-19?

    Berbagai kebijakan telah diterapkan demi mencegah penularan COVID-19. Pemerintah beberapa kota bahkan bertindak tegas dalam membatasi kegiatan warga di wilayahnya. Namun, di tengah upaya pencegahan yang sedemikian besar, ternyata tak sedikit yang masih mengabaikan peraturan tersebut dan merasa kebal dari COVID-19.

    Orang-orang yang merasa kebal dari COVID-19 sebetulnya tidak kekurangan informasi tentang pandemi ini. Mereka sedang mengalami fenomena psikologis yang umum, tapi sering kali jarang disadari. Simak informasi berikut untuk memahami fenomena yang dimaksud serta cara mengatasinya.

    Mengapa ada orang yang mengabaikan bahaya COVID-19?

    Ada pandemi maupun tidak, perlu diakui bahwa orang-orang biasanya baru mematuhi anjuran kesehatan bila mengetahui dirinya berisiko sakit. Jika tidak, mereka cenderung bersikap seperti biasa tanpa menyadari bahaya yang mengancam.

    Akhir-akhir ini, laporan tentang pelanggaran social distancing mungkin lebih banyak diisi oleh kaum dewasa muda. Tidak heran, sebab sejak wabah coronavirus muncul pertama kali, Anda sudah diberitahu bahwa yang paling rentan tertular COVID-19 adalah lansia.

    Meskipun hal ini benar, ada dampak negatif yang ikut muncul bersamanya. Tidak sedikit orang dewasa muda yang akhirnya merasa kebal dari COVID-19 karena menganggap dirinya sangat sehat. Padahal, tidak ada satu orang pun yang kebal dari penyakit ini.

    Fenomena ini sebetulnya tidak cuma terjadi dalam pandemi. Catherine Potard, psikolog dari University of Angers, Prancis, membuat sebuah penelitian dengan rekan-rekannya. Mereka meneliti perilaku berkendara sambil mabuk pada orang dewasa muda.

    Penelitian mereka mengacu pada Teori Perilaku yang Direncanakan (TPB). Menurut teori ini, perilaku Anda bisa diprediksi dari tujuan Anda. Namun, tujuan Anda pun dapat dipengaruhi oleh tiga faktor, yakni sikap, pendapat orang lain, dan seberapa yakin Anda bisa mengontrol diri.

    Menurut Potard, teori TPB memiliki kekurangan, yakni tidak membahas risiko. Peserta penelitian Potard tahu bahayanya menyetir sambil mabuk, tapi mereka sangat percaya diri tidak akan mengalami kecelakaan. Padahal, risiko kecelakaan amat besar bila Anda menyetir sambil mabuk.

    Pada kasus pandemi COVID-19, banyak orang merasa kebal karena usianya masih muda. Sebagian besar orang dewasa muda juga tidak menderita penyakit seperti lansia sehingga menganggap dirinya ‘terlalu sehat’ untuk terjangkit COVID-19.

    Faktanya, siapa pun bisa tertular COVID-19 jika tidak melakukan upaya pencegahan. Anda bahkan dapat tertular dari pasien yang tidak menunjukkan gejala, atau melalui sentuhan dengan barang yang terkontaminasi virus.

    Cara menghadapi orang-orang yang merasa kebal dari COVID-19

    Reaktansi psikologi merupakan perilaku yang sangat umum. Anda pun mungkin saja pernah melakukannya tanpa sadar. Bahkan, perilaku seperti ini terkadang juga terlihat lucu ketika dilakukan oleh anak-anak.

    Akan tetapi, mengabaikan anjuran kesehatan di tengah pandemi justru membahayakan diri Anda dan orang-orang yang Anda sayangi. Keinginan untuk melawan aturan social distancing yang tampaknya sederhana malah bisa memperparah penyebaran wabah.

    Jika orang-orang terdekat Anda tidak mau melakukan upaya pencegahan, coba atasi dengan sering memberikan mereka informasi mengenai COVID-19. Berikan pula kabar terbaru tentang para pasien yang sakit parah dan harus dirawat intensif di rumah sakit.

    Berikan informasi yang membuat mereka sadar bahwa COVID-19 mengintai semua orang. Walaupun mereka merasa sehat, tidak ada orang yang benar-benar kebal dari COVID-19.

    Anda bisa menjadi contoh yang baik dengan mencuci tangan, menjaga kesehatan, dan menerapkan social distancing. Berikan pengertian bahwa semua ini bukan hanya untuk mereka, tapi juga orang-orang yang mereka cintai.

     

    Sumber: hellosehat.com

  • Bahaya Menggunakan Cairan Antiseptik pada Diffuser

    Belakangan ramai soal penggunaan cairan antiseptik untuk dicampurkan pada diffuser. Sebuah video tutorial mengklaim uap diffuser yang dihasilkan dari cairan antiseptik bisa membunuh COVID-19. Padahal cairan tersebut hanya untuk kegunaan luar dan berbahaya jika terhirup dan mengenai paru-paru lewat uap yang dihasilkan diffuser.

    Bisakah cairan antiseptik digunakan untuk campuran diffuser?

    Diffuser adalah alat untuk mengubah cairan minyak esensial menjadi uap dan menyebarkannya ke udara. Partikel minyak yang telah dipecah menjadi uap tersebut akan tersebar ke udara ruangan secara merata, menjadikan udara di sekeliling menjadi terasa nyaman dan mudah untuk dihirup.

    Efek uap diffuser pada tubuh berbeda-beda tergantung campurannya saat dimasukkan ke dalam diffuser. Setiap jenis minyak esensial mengklaim memiliki kegunaannya masing-masing. Umumnya, uap yang dihasilkan dari minyak esensial tersebut akan memberikan efek rileks dan menenangkan.

    Dalam video tutorial yang beredar viral, cairan yang dimasukkan ke dalam diffuser diganti dengan antiseptik cair. Si pembuat video mencampur air mineral botolan dengan cairan antiseptik tersebut lalu mengocoknya dan memasukkan ke dalam alat diffuser.

    Tutorial tersebut tidak dianjurkan untuk ditiru karena belum terbukti kegunaannya dan malah memiliki potensi bahaya untuk tubuh.

    Cairan antiseptik bukan untuk diffuser

    Cairan antiseptik pada hampir semua merek dagang pasti memiliki label peringatan “hanya untuk pemakaian luar”. Ini karena kandungan di dalamnya bagus jika difungsikan sebagaimana mestinya tapi berbahaya jika salah penggunaan.

    Cairan antiseptik yang ditunjukkan dalam video tutorial itu memiliki tiga kandungan bahan utama yakni minyak pinus, minyak jarak dan chloroxylenol dengan persentase 4.8%.

    Minyak pinus dan minyak jarak memang cenderung aman. Namun, chloroxylenol memiliki sifat beracun. Toksisitasnya memang sangat rendah jika untuk pemakaian luar, tapi bisa berbahaya tertelan.

    Jurnal National Library of Medicine AS menyebutkan salah satu bahaya dari chloroxylenol adalah dapat menyebabkan iritasi pada kulit, mata, dan saluran pernapasan.

    Bahaya pada saluran pernapasan ini bisa jadi masalah saat antiseptik yang mengandung chloroxylenol dimasukkan ke diffuser dan disebar ke udara. Cairan antiseptik yang keluar dalam bentuk uap dari diffuser bisa terhirup dan terbawa ke paru-paru.

    Dalam jurnal yang sama, studi berjudul Pulmonary aspiration following Dettol poisoning: the scope for prevention menjabarkan bahaya dengan risiko lain. Cairan antiseptik (dengan kandungan 4.9% chloroxylenol) yang tertelan oleh tubuh dapat menyebabkan:

    1. Penurunan sistem saraf pusat.
    2. Korosi pada pada selaput lendir tenggorokan, laring (bagian tenggorokan berisi pita suara), dan saluran pencernaan.

    Gunakan cairan antiseptik sebagaimana mestinya

    Sebaiknya gunakan minyak esensial untuk diffuser dan gunakan cairan antiseptik sebagaimana mestinya. Cairan antiseptik efektif membunuh kuman untuk menjaga kebersihan rumah dan tubuh bagian luar.

    Cairan antiseptik biasanya digunakan untuk membunuh kuman pada luka, perabotan rumah tangga, dan cucian kotor. Penggunaan antiseptik harus selalu memperhatikan petunjuk yang tertera dalam kemasan.

    Dalam masa pandemi seperti sekarang ini, masyarakat melakukan berbagai cara untuk menjaga kebersihan dari kuman dan virus. Tutorial yang berkaitan dengan kebersihan banyak bertebaran di media sosial. Intinya, carilah informasi seputar coronavirus dari sumber tepercaya.

     

    Sumber: hellosehat.com

  • Imunisasi di Tengah Pandemi COVID-19 Tetap Penting, tapi Amankah?

    Di tengah pandemi corona (COVID-19) banyak orangtua khawatir untuk melanjutkan rencana imunisasi anak. Pasalnya, mendatangi tempat-tempat umum yang padat, termasuk fasilitas kesehatan, dapat meningkatkan risiko penularan COVID-19 pada anak-anak dan bayi. Namun, di saat pandemi corona, imunisasi justru memegang peranan penting dalam pengendalian kasus penyakit menular sehingga dapat mencegah munculnya wabah penyakit lain yang tidak kalah berbahaya.

    Pentingnya imunisasi saat pandemi corona

    Pada pertengahan April 2020, pandemi COVID-19 sudah mencapai lebih dari 200 negara, di Indonesia sendiri telah mencakup lebih dari 30 provinsi.

    Meski jumlah penderita dan tingkat kematian pada kelompok anak masih lebih rendah dibandingkan orang lanjut usia, anak-anak tetap rentan tertular penyakit pernapasan ini.

    Namun, bukan berarti orang tua tak meningkatkan kewaspadaan terhadap kondisi kesehatan anak. Dalam situasi pandemi seperti ini, anak-anak tetap diharuskan untuk melanjutkan imunisasi.

    Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mendorong orang tua untuk tetap menjalankan imunisasi pada anak sesuai dengan usia dan jadwal yang ditentukan sebelumnya.

    Imunisasi saat pandemi corona dilakukan untuk memastikan anak-anak tetap terlindungi dari bahaya kesehatan penyakit menular yang bisa dicegah dengan vaksin, seperti hepatitis B, polio, dan difteri.

    Apabila sebagian besar anak di Indonesia menunda imunisasi, situasi ini bisa mengarah pada terjadinya wabah penyakit menular.

    Belum lagi, rendahnya cakupan imunisasi pada tahun 2019 di Indonesia hanya berkisar 60-70 persen turut meningkatkan potensi munculnya wabah penyakit berbahaya lain yang berlangsung setelah atau bahkan bersamaan dengan pandemi COVID-19.

    Imunisasi saat pandemi tidak menimbulkan risiko kesehatan yang disebabkan oleh efek infeksi coronavirus. Apabila dilakukan dalam prosedur medis yang tepat, imunisasi juga aman untuk dilakukan.

    Siapa yang perlu menjalankan imunisasi saat pandemi?

    Dari rekomendasi IDAI, anak-anak yang berusia 0-18 bulan diprioritaskan untuk mendapatkan imunisasi dasar lengkap di saat pandemi corona.

    Pada awal masa kelahiran, bayi perlu sesegera mungkin memperoleh perlindungan untuk membangun kekebalan tubuh dari serangan penyakit berbahaya.

    Imunisasi di saat pandemi corona tetap perlu dilakukan mengikuti jadwal rekomendasi yang ditentukan oleh IDAI. Jadwal imunisasi dasar lengkap diatur berdasarkan perkembangan usia anak, yang meliputi:

    • Segera setelah lahir : Hepatitis B0 + OPV 0
    •  Usia 1 bulan : BCG
    •  Usia 2 bulan : Pentavalent 1 + OPV 1
    •  Usia 3 bulan : Pentavalent  2 + OPV 2
    •  Usia 4 bulan : Pentavalent 3 + OPV 3 + IPV
    •  Usia 9 bulan : MR1
    •  Usia 18 bulan : Pentavalent 4 + OPV 4 + MR2

    Imunisasi Pentavalent + OPV  dapat digantikan dengan Hexavalent (Pentavalent+IPV). Selanjutnya, imunisasi dasar lengkap yang dijalani saat pandemi perlu diikuti dengan imunisasi tambahan yang mengikuti jadwal sebagai berikut:

    • Usia 2 bulan : PCV 1
    • Usia 4 bulan : PCV 2
    • Usia 6 bulan : PCV 3 + Influenza 1
    • Usia 7 bulan : Influenza 2
    • Usia 12-15 bulan : PCV4

    Kapan sebaiknya anak menunda imunisasi?

    Penundaan imunisasi anak di saat pandemi corona sebenarnya memang tidak dianjurkan. Namun jika Anda ragu, sebaiknya konsultasikan terlebih dulu dengan dokter dan petugas kesehatan. Batas waktu penundaan imunisasi yang masih ditoleransi oleh IDAI adalah 2 minggu.

    Sementara jika Anda tinggal atau berada dalam wilayah penyebaran COVID-19 yang luas, imunisasi saat pandemi bisa ditunda hingga 1 bulan.

    Namun, Anda diharapkan untuk segera membawa anak untuk melakukan imunisasi saat kondisi telah memungkinkan.

    Akan tetapi, penundaan atau pelarangan imunisasi saat pandemi corona diberlakukan untuk kelompok anak dalam kondisi kesehatan tertentu.

    Jika anak memiliki riwayat kontak dengan penderita COVID-19 dan dalam kondisi sakit, maka anak termasuk pasien dalam pengawasan (PDP).

    Anak yang berstatus PDP harus menjalani karantina atau isolasi sesuai dengan prosedur yang ditetapkan Kementrian Kesehatan dan otomatis menunda waktu imunisasi.

    Apabila anak menunjukkan gejala lemas, napas cepat, sesak, dan demam tinggi (38 derajat Celsius atau lebih) yang berlangsung sampai 3 hari, segera bawa anak ke rumah sakit terdekat. Terlebih jika ia mengalami gejala COVID-19 yang lebih parah seperti mengalami kejang dan muntah-muntah.

    Sebaliknya, apabila anak pernah berkontak dengan orang yang terinfeksi dan masih dalam keadaan sehat, ia perlu melakukan karantina secara mandiri dan imunisasi saat pandemi corona ditunda sampai 14 hari.

    Sumber : hellosehat.com

  • Menjaga Kesehatan Mental Saat Pandemi Virus Corona

    Pandemi virus Corona tidak hanya mengancam kesehatan fisik, namun juga kesehatan mental setiap individu. Tidak hanya rasa takut, efek psikologis yang ditimbulkan pun bisa berdampak serius. Apa saja gangguan kesehatan mental yang dapat muncul dan bagaimana cara mengatasinya?

    Wabah infeksi virus Corona atau COVID-19 semakin meluas dan telah menjangkit lebih dari 190 negara, termasuk Indonesia. Di Indonesia sendiri, jumlah pasien positif COVID-19 bertambah dengan cepat.

    Hal tersebut tentu dapat menimbulkan rasa takut dan panik. Apalagi anjuran untuk diam di rumah serta kebijakan social distancing, yang kini disebut physical distancing, sedikit banyak menimbulkan jarak secara emosional antara keluarga, sahabat, rekan kerja, teman, atau umat persekutuan di tempat ibadah yang dapat saling memberi dukungan.

    Bagi sebagian orang, hal ini bisa dirasakan sebagai suatu tekanan atau beban yang sangat besar. Bila tidak dikendalikan, tekanan tersebut akan berdampak negatif pada kesehatan mental.

    Gangguan Kesehatan Mental Saat Pandemi Virus Corona
    Gangguan kesehatan mental yang terjadi selama pandemi dapat disebabkan oleh berbagai hal, seperti ketakutan terhadap wabah, rasa terasing selama menjalani karantina, kesedihan dan kesepian karena jauh dari keluarga atau orang yang dikasihi, kecemasan akan kebutuhan hidup sehari-hari, ditambah lagi kebingungan akibat informasi yang simpang siur.

    Hal-hal tersebut tidak hanya berdampak pada orang yang telah memiliki masalah kesehatan mental, seperti depresi atau gangguan kecemasan umum, namun juga dapat memengaruhi orang yang sehat secara fisik dan mental.

    Beberapa kelompok yang rentan mengalami stres psikologis selama pandemi virus Corona adalah anak-anak, lansia, dan petugas medis. Tekanan yang berlangsung selama pandemi ini dapat menyebabkan gangguan berupa:

    Ketakutan dan kecemasan yang berlebihan akan keselamatan diri sendiri maupun orang-orang terdekat
    Perubahan pola tidur dan pola makan
    Bosan dan stres karena terus-menerus berada di rumah, terutama pada anak-anak
    Sulit berkonsentrasi
    Penyalahgunaan alkohol dan obat-obatan
    Memburuknya kesehatan fisik, terutama pada penderita penyakit kronis, seperti diabetes dan hipertensi
    Munculnya gangguan psikosomatis

    Tips Menjaga Kesehatan Mental Selama Pandemi Virus Corona
    Berikut ini adalah beberapa hal yang dapat Anda lakukan untuk menjaga kesehatan mental selama pandemi virus Corona:

    1. Melakukan aktivitas fisik
    Berbagai olahraga ringan, seperti lari kecil atau lompat di tempat, dapat Anda lakukan selama menjalani karantina di rumah. Dengan melakukan aktivitas fisik, tubuh Anda akan memproduksi hormon endorfin yang dapat meredakan stres, mengurangi rasa khawatir, dan memperbaiki mood Anda.

    Latihan peregangan dan pernapasan juga dapat membantu Anda untuk menenangkan diri. Jangan lupa untuk berjemur di bawah sinar matahari pagi untuk meningkatkan sistem imun.

    2. Mengonsumsi makanan bergizi
    Konsumsilah makanan yang mengandung protein, lemak sehat, karbohidrat, vitamin, mineral, dan serat. Beragam nutrisi tersebut dapat Anda peroleh dari nasi dan cereal, buah-buahan, sayuran, makanan laut, daging, kacang-kacangan, serta susu.

    Bukan hanya untuk menjaga kesehatan tubuh Anda, asupan nutrisi yang cukup juga dapat menjaga kesehatan mental Anda, baik secara langsung maupun tidak langsung.

    3. Menghentikan kebiasaan buruk
    Bila Anda seorang perokok, cobalah hentikan kebiasaan buruk tersebut mulai dari sekarang. Merokok akan meningkatkan risiko Anda terinfeksi kuman penyakit, termasuk virus Corona. Selain itu, batasi juga konsumsi minuman beralkohol.

    Kebiasaan merokok dan mengonsumsi minuman beralkohol dapat mengganggu kesehatan fisik maupun mental Anda.

    Kebiasaan buruk yang juga perlu dihentikan adalah kurang beristirahat atau sering begadang. Jika kurang istirahat, Anda akan lebih mudah mengalami kecemasan dan mood Anda pun akan lebih tidak stabil.

    4. Membuat rutinitas sendiri
    Selama menjalani karantina di rumah, Anda bisa melakukan hobi atau aktivitas yang Anda sukai, misalnya memasak, membaca buku, atau menonton film. Selain meningkatkan produktivitas, kegiatan tersebut juga dapat menghilangkan rasa jenuh.

    5. Lebih bijak memilah informasi
    Batasi waktu Anda untuk menonton, membaca, atau mendengar berita mengenai pandemi, baik dari televisi, media cetak, maupun media sosial untuk mengurangi rasa cemas.

    Meski begitu, jangan menutup diri sepenuhnya dari informasi yang penting. Pilah informasi yang Anda terima secara kritis dan bijak. Dapatkan informasi mengenai pandemi virus Corona hanya dari sumber yang terpercaya.

    6. Menjaga komunikasi dengan keluarga dan sahabat
    Luangkan waktu untuk berkomunikasi dengan keluarga, sahabat, teman, dan rekan kerja Anda, baik melalui pesan singkat, telepon, atau video call. Anda bisa menceritakan kekhawatiran dan kecemasan yang Anda rasakan. Dengan cara ini, tekanan yang Anda rasakan dapat berkurang sehingga Anda bisa lebih tenang.

    Bila Anda memang memiliki gangguan mental, konsumsilah obat-obatan yang telah diresepkan dokter secara rutin. Bila perlu, periksakan diri Anda ke dokter secara berkala agar dokter dapat memantau perkembangan kondisi Anda.

    Rasa takut dan cemas memang normal dirasakan selama masa pandemi seperti ini. Namun, cobalah untuk selalu berpikir positif dan bersyukur. Jika stres dan ketakutan yang Anda alami terasa sangat berat, jangan ragu berkonsultasi dengan psikolog atau psikiater melalui fitur chat dengan dokter di aplikasi Alodokter.

    Sumber: hellosehat.com

  • Teknik Pernapasan Tertentu Bisa Meredakan Gejala Coronavirus?

    Sesak napas adalah salah satu gejala umum dari COVID-19. Beberapa orang yang mengalami gejala ini akhirnya mencoba teknik pernapasan tertentu untuk meringankan gejala tersebut, termasuk J.K. Rowling, penulis buku Harry Potter.

    Apakah teknik pernapasan yang disebut oleh penulis kondang ini ampuh untuk tangani coronavirus (COVID-19)?

    Adakah teknik pernapasan tertentu untuk ringankan gejala COVID-19?

    Baru-baru ini, J.K. Rowling menyebut bahwa ada teknik pernapasan yang membantu dirinya mengatasi gejala sesak napas yang mirip dengan coronavirus (COVID-19).

    Dalam twitnya, terdapat video dokter dari rumah sakit Inggris ini, digambarkan bagaimana mengontrol batuk. Mulai dari menarik napas dalam-dalam hingga menutupi mulut dan batuk agar terkontrol.

    Lantas, apakah teknik pernapasan yang disebut J.K. Rowling ini dapat membantu meringankan gejala coronavirus?

    Teknik pernapasan yang diperagakan oleh dr. Sarfaraz Munshi dari Queen’s Hospital di Inggris tersebut memang dapat membantu meringankan sesak napas yang sering dialami pasien coronavirus.

    Akan tetapi, belum ada penelitian yang membuktikan bahwa metode ini dapat digunakan oleh pasien yang terinfeksi virus yang menyerang sistem pernapasan ini.

    Mengontrol batuk yang disebut oleh J.K. Rowling ini ternyata cukup membantu bagi penderita cystic fibrosis. Cystic fibrosis adalah kelainan bawaan yang menyebabkan kerusakan parah pada paru-paru, sistem pencernaan, dan organ lain di dalam tubuh bayi.

    Begini, sel paru manusia memproduksi lendir yang lengket sebagai bagian dari sistem pertahanan tubuh. Apabila paru-paru terinfeksi virus, terutama SARS-CoV-2 atau influenza, produksi lendir akan meningkat. Lendir dari paru ini bertujuan untuk ‘menjebak’ patogen yang menyerang.

    Umumnya, lendir ini akan dikeluarkan dari paru layaknya rambut kecil yang bergerak di saluran udara. Maka itu, ketika seseorang batuk, lendir dapat dikeluarkan sebagai dahak atau ditelan.

    Paru bisa menghasilkan lendir yang cukup banyak sehingga sulit untuk bernapas. Hal ini dikarenakan lendir menghalangi saluran udara kecil yang mencegah tubuh mendapatkan oksigen dari paru-paru.

    Pada penyakit seperti cystic fibrosis, batuk yang terkontrol memang dapat membantu menghilangkan lendir dan memudahkan Anda bernapas.

    Namun, belum ada penelitian yang membuktikan bahwa teknik pernapasan ini bisa digunakan untuk meringankan gejala coronavirus.

    Bolehkah metode ini tetap dicoba?

    Sebenarnya, mencoba teknik pernapasan yang direkomendasikan oleh dokter dari Inggris tersebut untuk meringankan gejala coronavirus bukan menjadi masalah. Namun, ada risiko yang cukup mengkhawatirkan karena metode itu dapat secara tidak sengaja menyebarkan virus.

    Pada saat Anda batuk, tubuh akan memproduksi tetesan lendir dari paru yang dapat menyebar atau percikan dari mulut. Akibatnya, percikan air yang cukup banyak dan berisi virus dapat menginfeksi orang lain.

    Sebagai contoh, ketika seseorang batuk, secara tidak langsung percikan dari mulut yang menempel di tangan bisa berpindah ke benda atau permukaan yang disentuh orang lain.

    Sesak napas Anda mungkin membaik, tetapi ketika dilakukan di dekat orang lain, risiko penyebarannya akan cukup besar.

    Pada saat seorang pasien positif COVID-19 dirawat di rumah sakit, mereka akan ditempatkan di ruangan khusus yang udaranya tidak tercemar. Pasien juga diwajibkan memakai masker untuk menyerap percikan air saat batuk, sedangkan petugas medis memakai alat pelindung diri (APD).

    Begini teknik pernapasan untuk meringankan sesak napas

    Sebenarnya, teknik pernapasan yang disebut-sebut dapat meringankan gejala coronavirus tersebut lebih cocok digunakan oleh orang yang sering mengalami sesak napas akibat infeksi paru.

    Penderita cystic fibrosis, bronkitis kronis, dan asma kronis mungkin sudah sering melakukan metode ini ketika mereka kesulitan bernapas.

    Apabila Anda mengalami kondisi yang sama dan ingin menggunakan teknik ini, sebaiknya tidak dilakukan di dekat orang lain dan lebih baik menggunakan masker.

    Selain itu, jangan lupa untuk melakukan berbagai cara mencegah penularan COVID-19, seperti mencuci tangan dan menjaga jarak.

    Hal ini bertujuan untuk mengurangi risiko penyebaran karena percikan air dari tenggorokan dapat bertahan di permukaan.

    Mengontrol batuk

    Salah satu teknik pernapasan yang dapat meringankan sesak napas seperti gejala coronavirus adalah dengan mengontrol batuk.

    Dilansir dari Baltimore Washington Medical Center, sering batuk dapat menghambat saluran udara dan membuat Anda kesulitan bernapas.

    Apabila Anda mencoba metode mengontrol batuk, paru akan kembali longgar dan membawa lendir melalui saluran udara tanpa menghambat apa pun. Metode ini juga dipercaya dapat menghemat oksigen, terlebih saat Anda batuk. Berikut langkah-langkahnya.

    1. Duduk di kursi dengan kaki menempel di lantai dan condongkan tubuh ke depan
    2. Lipat lengan di atas perut dan tarik napas perlahan melalui hidung
    3. Condongkan tubuh sedikit ke depan dan buang napas sambil menekan lengan ke perut
    4. Buka sedikit mulut dan batuk dua sampai tiga kali
    5. Usahakan untuk membuat batuk tidak terlalu panjang
    6. Tarik napas dengan lembut melalui hidung
    7. Istirahat

    Mengatur pernapasan

    Selain mencoba mengontrol batuk ketika merasa sesak napas, ada teknik pernapasan lainnya yang mungkin dapat meringankan gejala yang mirip coronavirus, yaitu mengatur nafas

    Fokus utama dari mengatur napas adalah bernapas dengan lembut dengan usaha yang sedikit.

    1. Duduk dengan posisi yang nyaman
    2. Meletakkan tangan di tulang rusuk atau atas perut
    3. Cobalah rasakan pergerakan tulang rusuk atau perut naik dan turun saat bernapas
    4. Tarik napas lewat hidung dan keluarkan dari mulut
    5. Usahakan bernapas dengan ritme yang pelan dan nyaman

    Walaupun kedua teknik pernapasan di atas mungkin dapat membantu meringankan sesak napas yang mirip dengan gejala coronavirus, usahakan untuk memeriksakan diri ke dokter terlebih dahulu.

     

    sumber : hellosehat.com

  • Mata Merah dan Berair: Gejala Coronavirus COVID-19 yang Jarang Diketahui

    Wabah COVID-19 kini telah menyebabkan lebih dari 1.400.000 kasus di seluruh dunia dan sekitar 80.000 orang meninggal dunia. Penyakit yang disebabkan oleh coronavirus SARS-CoV-2 ini menimbulkan gejala yang menyerupai flu. Namun, baru-baru ini terdengar kabar bahwa mata merah dapat menjadi gejala dari coronavirus COVID-19.

    Benarkah demikian? Simak penjelasan lengkapnya di bawah ini.

    Gejala coronavirus yang ditandai dengan mata merah

    COVID-19 merupakan penyakit yang menyerang sistem pernapasan manusia, sehingga ketika seseorang terinfeksi mereka akan menunjukkan gejala menyerupai flu. Mulai dari demam tinggi, batuk kering, hingga sesak napas.

    Pada kasus tertentu, orang yang terinfeksi coronavirus mengalami masalah pada sistem pencernaannya, seperti diare. Bahkan, tidak sedikit pasien positif COVID-19 yang tidak memiliki gejala apa pun tetapi penularan masih dapat terjadi.

    Selain itu, baru-baru ini American Academy of Ophthalmology mengumumkan bahwa mata merah dapat menjadi indikasi dari gejala coronavirus COVID-19. Bagaimana bisa hal ini terjadi?

    Hal ini dibuktikan melalui penelitian dari JAMA Network. Sekitar 38 pasien COVID-19, dua belas diantaranya mengalami mata merah (konjungtivitis) dan dua pasien lainnya memiliki cairan pada mata dan hidung mereka.

    Kondisi ini sangat mungkin terjadi mengingat konjungtiva adalah lapisan jaringan yang cukup tipis dan transparan. Lapisan ini berfungsi untuk melindungi kelopak mata bagian dan dan menutupi bagian putih mata.

    Pada saat disentuh oleh tangan yang kotor dan mungkin terdapat virus di permukaannya, tidak menutup kemungkinan lapisan tersebut akan terkena iritasi dan memerah.

    Selain itu, salah satu penyebab mengapa konjungtivitis bisa terjadi adalah adanya infeksi virus yang berhubungan dengan flu atau saluran pernapasan atas.

    Artinya, virus dapat menyebar ketika seseorang menggosok mata yang terinfeksi dan menyentuh orang lain, terutama saat pemeriksaan mata.

    Walaupun jumlah kasus pasien menunjukkan gejala coronavirus dengan mata merah tidak banyak, para ahli tetap mengimbau dokter untuk tetap waspada. Mulai dari rutin mencuci tangan, menggunakan alat pelindung diri, dan upaya mencegah penularan coronavirus.

    Ganti lensa kontak Anda dengan kacamata biasa

    Selain menjaga kebersihan dan kesehatan tubuh dengan rutin mencuci tangan, ternyata bagi pengguna lensa kontak dianjurkan untuk tidak menggunakannya sementara waktu.

    Anjuran untuk tidak menyentuh wajah adalah aturan yang dibuat para dokter untuk mencegah infeksi COVID-19. Apabila Anda memakai lensa kontak, kemungkinan untuk lebih sering menyentuh atau menggosok mata setiap hari dapat terjadi.

    Hal ini berlaku untuk memasukkan, melepas, dan menyimpan sesuai dengan aturan pemakaian lensa kontak. Akibatnya, mata merah yang menjadi indikasi gejala coronavirus bisa saja terjadi.

    Kebanyakan orang mungkin merasa lebih nyaman dengan penggunaan lensa kontak dibandingkan kacamata. Entah itu karena meningkatkan penampilan atau lensa kacamata yang terlalu berat.

    Padahal, ada beberapa alasan yang membuat pemakaian kacamata jauh lebih baik daripada lensa kontak, terutama saat pandemi COVID-19. Salah satu kelebihan kacamata adalah memberikan perlindungan ekstra agar Anda tidak sering menyentuh mata.

    Hal tersebut bukan berarti kacamata dapat mencegah infeksi penularan sebab belum ada penelitian yang membuktikan hal tersebut.

    Selain itu, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, ketika beralih dari lensa kontak ke kacamata biasa sebagai berikut.

    • Berhenti menggunakan lensa kontak jika terasa sakit dan mata memerah.
    • Beralih ke kacamata jika sering berhubungan dengan pasien positif COVID-19.
    • Membersihkan kacamata setiap hari dengan sabun dan air selama 20 detik.
    • Jangan lupa keringkan kacamata dengan kain bebas serat agar lensa tidak tergores.

     

    Sumber : hellosehat.com