Tag: sungai

  • Bogor Siaga Banjir dan Longsor Hingga Maret 2019

    Warga Kabupaten Bogor diminta waspada terhadap cuaca ekstrem yang dapat memicu terjadinya banjir, longsor, dan angin ribut hingga Maret 2019. Hal itu seiring dengan penetapan status siaga darurat bencana oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bogor baru-baru ini.

    “Status yang kami tetapkan itu sudah ketetapan dan instruksi langsung dari Pemprov Jawa Barat, maka itu juga berlaku untuk wilayah Kabupaten Bogor,” kata Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bogor saat dihubungi Republika, Selasa (26/2) malam.

    Dia menjelaskan, terdapat 23 kecamatan yang masuk dalam zona merah rawan bencana alam seperti banjir dan longsor. Ia menjelaskan curah hujan dengan intensitas ekstrem juga merata di wilayah Bogor sepanjang hari.

    Sementara itu dia menilai, potensi bencana paling besar di Kabupaten Bogor, yakni bencana longsor. Sebab, hujan dengan intensitas tinggi berpeluang menimbulkan pergeseran tanah yang mengakibatkan longsor.

    Berdasarkan data dari BPBD Kabupaten Bogor, terdapat 15 kecamatan dengan potensi longsor yang cukup tinggi antara lain Sukaraja, Tamansari, Megamendung, Cisarua, Suka Makmur, Cariu, Cigudeg, Leuwiliang, Tamansari, dan wilayah barat Kabupaten Bogor yang secara geografis terdiri dari perbukitan.

    “Beberapa wilayah dengan potensi banjir ada di Tanjungsari, Cisarua, Cariu, Nanggung, Jonggol, Gunung Putri, Parung Panjang, Leuwiliang, dan Leuwisadeng. Sebagian besar kecamatan itu diapit oleh aliran sungai-sungai besar,” katanya.

    Sungai-sungai besar yang melintasi daerah-daerah tersebut antara lain Sungai Ciliwung, Sungai Cisadane, Sungai Cibeet, dan Sungai Cileungsi Citarum. Di Kota Bogor, laporan dari BPBD Kota Bogor menyebutjan, telah terjadi tujuh kejadian menonjol seperti pohon tumbang akibat cuaca ekstrem.

     

    Sumber : republika

  • Mandi di Sungai Mentaya, Tangan Nelayan Putus Digigit Buaya

    Seorang warga Kotawaringin Timur dilarikan ke rumah sakit setelah tangan kirinya putus digigit buaya. Komandan Pos Jaga Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Tengah di Sampit, Muriansyah, mengatakan ini merupakan kasus pertama di 2019 serangan buaya terhadap manusia.

    Muriansyah mengimbau masyarakat meningkatkan kewaspadaan saat berada di sungai. Masyarakat diminta menghindari beraktivitas di sungai saat hari mulai atau sudah gelap karena itu merupakan saat sangat rawan kemunculan buaya.

    Menurut Muriansyah, hampir setiap tahun terjadi serangan buaya terhadap manusia di Sungai Mentaya. BKSDA sudah sejak lama memasang papan pengumuman untuk mengingatkan masyarakat mewaspadai serangan buaya.

    “Di wilayah itu terdapat habitat buaya, diperkirakan di kawasan Pulau Lepeh yang terletak di tengah Sungai Mentaya,” ujarnya.

    Kasus tersebut bermula saat korban yang diketahui bernama Julhaidir (41) tengah menciduk air sungai untuk mandi di Sungai Seranggas yang merupakan di anak Sungai Mentaya wilayah RT 09 Desa Lempuyang sekitar pukul 18.30 WIB.

    Julhaidir yang berprofesi nelayan tak menyadari ada buaya di dekatnya mandi. Satwa ganas itu menerkam tangan kiri warga Dusun Seranggas, Desa Lempuyang, Kecamatan Teluk Sampit itu hingga tubuhnya terseret ke dalam sungai.

    Dia berusaha melepaskan diri dari gigitan buaya yang belum diketahui jenisnya itu. Ia pun kehilangan tangan kiri hingga bagian sikunya.

    Dengan sisa tenaganya, Julhaidir berenang ke permukaan sungai dan berteriak meminta pertolongan. Warga pun berdatangan dan bergegas mengeluarkan korban dari sungai.

    Julhaidir dilarikan ke Rumah Sakit Pratama Samuda. Ia dikabarkan akan dirujuk ke RSUD dr Murjani Sampit untuk mendapatan penanganan lebih intensif.

     

     

    Sumber : republika

  • Lima Buaya Terperangkap Saluran Irigasi Saat Banjir

    Buaya Muara

    Buaya Muara

    Foto: Republika/Mahmud Muhyidin
    Buaya muncul akibat meluapnya volume air Sungai Kuangan Riau.

    Lima buaya muara terperangkap di saluran irigasi saat banjir melanda Desa Talontam, Kecamatan Benay, Kabupaten Kuantan Singingi (Kuansing), Provinsi Riau, Ahad (9/12). Penemuan lima buaya memicu kehebohan warga.

    “Buaya muncul akibat meluapnya volume air Sungai Kuangan, sehingga buaya terjebak masuk ke aliran irigasi. Informasi yang diperoleh dari kepala desa menyebutkan buaya lima ekor yang terjebak di saluran sekunder irigasi,” kata Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau Suharyono di Pekanbaru, Senin (10/12).

    BBKSDA Riau menurunkan tim ke lokasi kejadian setelah menerima laporan dari Camat Benay. Tim Rescue tiba di lokasi pada Ahad (9/12) pukul 15.10 WIB dan mendapati satu buaya telah ditangkap warga dan dibawa ke Kepolisian Sektor Benay. Tim mengidentifikasi buaya tersebut sebagai buaya muara (Crocodylus porosus).

    “Tim sementara mengamankan satu ekor yang telah ditangkap warga. Selanjutnya akan dibawa ke penitipan satwa di Kebun Binatang Kasang Kulim di Kampar,” kata Suharyono.

    Ia menambahkan buaya dititipkan ke kebun binatang karena fasilitas kandang transit BBKSDA Riau belum memiliki kolam rehabilitasi. “Sehingga solusi alternatifnya direhab di lembaga konservasi mitra BBKSDA atau lepas liar,” katanya.

    Tim BBKSDA Riau membahas rencana evakuasi buaya yang tersisa di saluran irigasi bersama aparat kepolisian, camat Benay dan kepala desa Talontam. “Langkah lebih lanjut dilakukan pendalaman tentang jumlah satwa buaya secara pasti dan selanjutnya dilakukan upaya evakuasi,” kata Suharyono.

     

     

     

    Sumber : republika