Tag: singapura

  • Inovasi Sedotan Ramah Lingkungan dari Beras dan Tapioka

    Penggunaan sedotan plastik makin lama kian dihindari. Semakin banyak orang sadar lingkungan dan memilih sedotan yang bisa dipakai berulang kali, atau sedotan yang bahannya mudah didaur ulang.

    Salah satu inovasi sedotan muncul di Singapura. Sedotan terbuat dari beras ramah lingkungan telah dipamerkan di Singapura di Cafe Asia 2019, sebuah expo yang berlangsung sejak 21 Maret 2019. Sedotan yang dapat dimakan ini, terbuat dari kombinasi beras dan tapioka, sepenuhnya dapat terurai secara hayati, membusuk dalam waktu 90 hari.

    Untuk meminum minuman dingin, sedotan padi bertahan antara empat dan 10 jam. Lalu tahan dua hingga tiga jam untuk minuman panas. Sedotan juga bersertifikat halal dan diproduksi oleh Nlytech Biotech Sdn Bhd yang berbasis di Penang, Malaysia.

    Rencananya, produk akan diproduksi massal di Malaysia dan tentunya diharapkan akan diekspor. “Kami sedang menyiapkan produksi massal di Penang. Produk ini diharapkan akan dikomersialkan di pasar lokal, serta untuk pasar ekspor, mulai Mei 2019,” kata CEO Nlytech Biotech, Law Yee Tee.

    Law menambahkan bahwa harga sedotan akan sangat terjangkau dibandingkan dengan sedotan jenis ramah lingkungan lainnya. Tentunya sedotan dari beras menjadi bagian upaya mengurangi sampah plastik maupun deterjen.

    Di tengah semakin banyak orang beralih dari sedotan plastik sekali pakai, sedotan ini tampak bisa menjadi alternatif solusi menjaga lingkungan. Apalagi sedotan plastik saat ini juga sudah dianggap menjadi musuh publik nomor satu.

    Begitu pula sedotan logam multi pakai, yang saat ini sedang tren juga bukan solusi yang paling ideal. Jumlah deterjen dan air diperlukan untuk membersihkannya juga bisa meningkatkan masalah kebersihan, dilansir dari Channel News Asia.

     

     

    Sumber : republika

  • Indonesia Lebih Maju dalam Intervensi Jantung Dibanding Singapura dan Korea

    Dalam bidang intervensi jantung, Indonesia rupanya lebih maju dibanding negara-negara lain. Sebut saja negara  tetangga, seperti Singapura, Malaysia, dan Korea.

    Pada konferensi pers “ISICAM- INaLive 2018”, Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah, Teguh Santoso, mengungkapkan, kemajuan yang dicapai di Indonesia bidang intervensi jantung membanggakan.

    “Bukan membanggakan atau cukup membanggakan, tapi amat membanggakan. Kita lebih maju dibanding negara-negara lain,” kata Santoso saat ditemui di Hotel Fairmont, Jakarta, Sabtu (24/11/2018).

    Salah satu contohnya, kasus kebocoran katup jantung yang dapat menggunakan kateter. Tanpa operasi besar atau bedah dada, perbaikan maupun penggantian katup jantung dapat dilakukan.

    “Namun, sebagian besar masyarakat belum mengetahui kalau kita lebih maju dibidang jantung. Makanya, mereka masih banyak yang pergi (berobat) ke luar negeri,” ujar Santoso.

    Kendala intervensi jantung

    Santoso menambahkan, pasien yang berobat ke negara-negara tetangga lain merasa mendapatkan pengobatan yang lebih baik daripada di Indonesia.

    “Sebetulnya, saya yakin negara kita dalam beberapa hal, khususnya intervensi jantung lebih maju dari negara tetangga lain. Saya harus akui juga, pelayanan intervensi jantung belum dinikmati semua karena beberapa kendala,” kata dia menambahkan.

    Terkait masalah pengobatan penyakit jantung, kata Santoso, belum seluruhnya bisa di-coverJKN-KIS BPJS Kesehatan dan asuransi. Beban pembiayaan pun tergolong mahal.

    “Meski begitu, paling tidak, kita punya titik terang. Nama Perhimpunan Intervensi Kardiologi Indonesia (Indonesian Society of Interventional Cardiology) makin dikenal di seluruh dunia. Banyak (dokter) generasi muda yang terkenal. Prestasi mereka juga membanggakan,” kata dia menambahkan.

     

     

    Sumber : liputan6