Tag: sehat ala rasulullah

  • Cara Islam Mengatur Pola Makan Kita

    Jika bisa diterapkan, banyak penyakit yang bisa dihindari.

    Penggagas kampanye Jurus Sehat Rasul, dokter Zaidul Akbar mengatakan, untuk hidup sehat, umat Islam harus mencontoh pola konsumsi makanan Nabi Muhammad SAW. Jika bisa diterapkan, banyak penyakit yang bisa dihindari.

    Pertama, kata Zaidul, ketika pagi hari jangan terlalu banyak makan. Ia menyarankan pada pagi hari sebaiknya hanya mengonsumsi buah-buahan.

    “Pagi itu bukan waktu yang tepat untuk banyak makan. Karenan hormon lapar kita sedang rendah,” kata Zaidul dalam talkshow berjudul Kunci Hidup Sehat Zaman Now di Jakarta Convention Center, Jakarta Pusat, Sabtu (31/8).

    Nabi, kata Zaidul, selalu mengonsumsi kurma saja pada pagi hari. Adapun Zaidul mengaku membiasakan dirinya mengonsumsi tempe dua potong dan kurma. Sebab, tempe mengandung prebiotik sedangkan kurma mengandung probiotik. Sangat bagus untuk tubuh ketika dua unsur itu dikonsumsi bersamaan.

    Kedua, makanlah ketika hormon lapar sedang tinggi, yakni pada jam satu siang hingga jam empat sore. Ketika makan siang pun, ia menyarankan untuk makan sampai kekenyangan.

    “Nabi mengajarkan tubuh itu 1/3 makanan, 1/3 minum, dan 1/3 lagi udara,” ujar penulis buku Jurus Sehat Rasulullah itu.

    Ia menjelaskan, ketika tubuh tidak terlalu kenyang, akan menyebabkan lapar. Sedangkan lapar itu sendiri, sambung dia, merupakan waktu tubuh melakukan detoksifikasi. “Karena proses detoks hanya bisa terjadi ketika lapar atau puasa,” ujar dia

    Ketiga, sebelum makan usahakan mengonsumsi buah-buahan. Gunanya untuk mempersiapkan tubuh mengolah makan siang yang tinggi asupan. Ia juga menekankan agar mengonsumsi buah alami, bukan hasil olahan pabrik berupa jus kemasan.

    Menurut Zainul, jika umat Islam sudah bisa mengikuti pola konsumsi seperti nabi, maka banyak penyakit yang bisa dihindari. “Orang yang makannya baik, wajahnya pasti glowing,” kata Zaidul.

    Ia menekankan, pola konsumsi cara Islam itu tidak hanya menyehatkan badan, tapi juga bagian dari ketaatan. “Niatkan menjaga kesehatan itu untuk meningkatkan ketakwaan kita,” kata dia mengingatkan.

    Dia menambahkan, kunci lainnya menjaga kesehatan sesuai pola nabi adalah menahan lapar. Ia pun menyarankan agar umat Islam mulai mengurangi porsi makan. Salah satunya bisa diwujudkan dengan cara berpuasa.

    Selain itu, umat Islam juga disarankan agar tidak makan pada malam hari. Sehingga ketika beristirahat tubuh bisa sepenuhnya melakukan detoksifikasi.

    Jika umat Islam tidak segera mengubah pola konsumsinya, ujar Zaidul, maka akan sulit untuk mewujudkan generasi emas Islam. “Tak akan pernah muncul generasi yang bisa menyamai Al Fatih ataupun Khalid Bin Walid,” kata dia.

     

    Sumber : Republika.co.id
  • Kunci Hidup Sehat Ala Pakar Ternama

    “Anak Adam tidak memenuhkan suatu tempat yang lebih jelek dari perutnya. Cukuplah beberapa suap yang dapat memfungsikan tubuhnya. Kalau tidak ditemukan jalan lain, maka (ia dapat mengisi perutnya) dengan sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk minuman, dan sepertiganya lagi untuk pernafasan.” (HR Ibnu Majah dan Ibnu Hibban)

    Konon, selama hidupnya Rasulullah SAW hanya sakit dua kali. Yaitu setelah menerima wahyu pertama, ketika itu beliau mengalami ketakutan yang sangat sehingga menimbulkan demam hebat. Yang satunya lagi menjelang beliau wafat. Saat itu beliau mengalami sakit yang sangat parah, hingga akhirnya meninggal. Ada pula yang menyebutkan bahwa Rasul mengalami sakit lebih dari dua kali.

    Berapa pun jumlahnya, dua, tiga atau empat kali, memperjelas gambaran bahwa beliau memiliki fisik sehat dan daya tahan luar biasa. Padahal kondisi alam Jazirah Arabia waktu itu terbilang keras, tandus dan kurang bersahabat. Siapa pun yang mampu bertahan puluhan tahun dalam kondisi tersebut, plus berpuluh kali peperangan yang dijalaninya, pastilah memiliki daya tahan tubuh yang hebat.

    Mengapa Rasulullah SAW jarang sakit? Pertanyaan ini menarik untuk dikemukakan. Secara lahiriah, Rasulullah SAW jarang sakit karena mampu mencegah hal-hal yang berpotensi mendatangkan penyakit. Dengan kata lain, beliau sangat menekankan aspek pencegahan daripada pengobatan. Jika kita telaah Alquran dan Sunnah, maka kita akan menemukan sekian banyak petunjuk yang mengarah pada upaya pencegahan. Hal ini mengindikasikan betapa Rasulullah SAW sangat peduli terhadap kesehatan. Dalam Shahih Bukhari saja tak kurang dari 80 hadis yang membicarakan masalah ini. Belum lagi yang tersebar luas dalam kitab Shahih Muslim, Sunan Abu Dawud, Tirmidzi, Baihaqi, Ahmad, dsb.

    Cara Rasulullah menjaga kesehatan

    Ada beberapa kebiasaan positif yang membuat Rasulullah SAW selalu tampil fit dan jarang sakit. Di antaranya:

    Pertama , selektif terhadap makanan. Tidak ada makanan yang masuk ke mulut beliau, kecuali makanan tersebut memenuhi syarat halal dan thayyib (baik). Halal berkaitan dengan urusan akhirat, yaitu halal cara mendapatkannya dan halal barangnya. Sedangkan thayyib berkaitan dengan urusan duniawi, seperti baik tidaknya atau bergizi tidaknya makanan yang dikonsumsi. Salah satu makanan kegemaran Rasul adalah madu. Beliau biasa meminum madu yang dicampur air untuk membersihan air lir dan pencernaan. Rasul bersabda,” Hendaknya kalian menggunakan dua macam obat, yaitu madu dan Alquran” (HR. Ibnu Majah dan Hakim).

    Kedua, tidak makan sebelum lapar dan berhenti makan sebelum kenyang. Aturannya, kapasitas perut dibagi ke dalam tiga bagian, yaitu sepertiga untuk makanan (zat padat), sepertiga untuk minuman (zat cair), dan sepertiga lagi untuk udara (gas). Disabdakan,”Anak Adam tidak memenuhkan suatu tempat yang lebih jelek dari perutnya. Cukuplah bagi mereka beberapa suap yang dapat memfungsikan tubuhnya. Kalau tidak ditemukan jalan lain, maka (ia dapat mengisi perutnya) dengan sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk minuman, dan sepertiganya lagi untuk pernafasan ” (HR Ibnu Majah dan Ibnu Hibban).

    Ketiga , makan dengan tenang, tumaninah, tidak tergesa-gesa, dengan tempo sedang. Apa hikmahnya? Cara makan seperti ini akan menghindarkan tersedak, tergigit, kerja organ pencernaan pun jadi lebih ringan. Makanan pun bisa dikunyah dengan lebih baik, sehingga kerja organ pencernaan bisa berjalan sempurna. Makanan yang tidak dikunyah dengan baik akan sulit dicerna. Dalam jangka waktu lama bisa menimbulkan kanker di usus besar.

    Keempat , cepat tidur dan cepat bangun. Beliau tidur di awal malam dan bangun pada pertengahan malam kedua. Biasanya, Rasulullah SAW bangun dan bersiwak, lalu berwudhu dan shalat sampai waktu yang diizinkan Allah. Beliau tidak pernah tidur melebihi kebutuhan, namun tidak pula menahan diri untuk tidur sekadar yang dibutuhkan. Penelitian Daniel F Kripke, ahli psikiatri dari Universitas California menarik untuk diungkapkan. Penelitian yang dilakukan di Jepang dan AS selama 6 tahun dengan responden berusia 30-120 tahun mengatakan bahwa orang yang biasa tidur 8 jam sehari memiliki resiko kematian yang lebih cepat. Sangat berlawanan dengan mereka yang biasa tidur 6-7 jam sehari. Nah, Rasulullah SAW biasa tidur selepas Isya untuk kemudian bangun malam. Jadi beliau tidur tidak lebih dari 8 jam.

    Cara tidurnya pun sarat makna. Ibnul Qayyim Al Jauziyyah dalam buku Metode Pengobatan Nabi mengungkapkan bahwa Rasul tidur dengan memiringkan tubuh ke arah kanan, sambil berzikir kepada Allah hingga matanya terasa berat. Terkadang beliau memiringkan badannya ke sebelah kiri sebentar, untuk kemudian kembali ke sebelah kanan. Tidur seperti ini merupakan tidur paling efisien. Pada saat itu makanan bisa berada dalam posisi yang pas dengan lambung sehingga dapat mengendap secara proporsional. Lalu beralih ke sebelah kiri sebentar agar agar proses pencernaan makanan lebih cepat karena lambung mengarah ke lever, baru kemudian berbalik lagi ke sebelah kanan hingga akhir tidur agar makanan lebih cepat tersuplai dari lambung. Hikmah lainnya, tidur dengan miring ke kanan menyebabkan beliau lebih mudah bangun untuk shalat malam.

    Kelima , istiqomah melakukan saum sunnat, di luar saum Ramadhan. Karena itu, kita mengenal beberapa saum sunnat yang beliau anjurkan, seperti Senin Kamis, ayyamul bith, saum Daud, saum enam hari di bulan Syawal, dsb. Saum adalah perisai terhadap berbagai macam penyakit jasmani maupun ruhani. Pengaruhnya dalam menjaga kesehatan, melebur berbagai berbagai ampas makanan, manahan diri dari makanan berbahaya sangat luar biasa. Saum menjadi obat penenang bagi stamina dan organ tubuh sehingga energinya tetap terjaga. Saum sangat ampuh untuk detoksifikasi (pembersihan racun) yang sifatnya total dan menyeluruh.

    Selain lima cara hidup sehat ini, masih banyak kebiasaan Rasulullah SAW yang layak kita teladani. Dalam buku Jejak Sejarah Kedokteran Islam, Dr Jafar Khadem Yamani mengungkapkan lebih dari 25 pola hidup Rasul berkait masalah kesehatan, sebagian besar bersifat pencegahan. Di antaranya cara bersuci, cara memanjakan mata, keutamaan berkhitan, keutamaan senyum, dsb.

    Yang tak kalah penting dari ikhtiar lahir, Rasulullah sangat mantap dalam ibadah ritualnya, khususnya dalam shalat. Beliau pun memiliki keterampilan paripurna dalam mengelola emosi, pikiran dan hati. Penelitian-penelitian terkini dalam bidang kesehatan membuktikan bahwa kemampuan dalam memenej hati, pikiran dan perasaan, serta ketersambungan yang intens dengan Dzat Yang Mahatinggi akan menentukan kualitas kesehatan seseorang, jasmani maupun ruhani.

    Sumber : ( Rmd/islm-mdnt)