Tag: covid19

  • Harus Tetap Waspada Walau Jenuh Melanda

    Harus Tetap Waspada Walau Jenuh Melanda

    Psikolog yang juga Direktur Minauli Consulting Medan Dra Irna Minauli MSi mengatakan, kondisi pandemi Covid-19 saat ini membuat warga jenuh, tetapi mengharuskan masyarakat tetap waspada. “Wabah Covid-19 ini lama-kelamaan menimbulkan stres sehingga kita mulai merasa tidak nyaman,” ujar Minauli di Medan, Senin (12/10).

    Ia menyebutkan, beberapa orang kemudian mencoba mencari hiburan dengan pergi keluar rumah, dan ke tempat-tempat keramaian atau bahkan hiburan. Mereka merasa, hal itu tidak berdampak apapun pada dirinya dan keluarga atau orang-orang yang dikenalnya, tetapi kemudian mulailah timbul keraguan tentang adanya bahaya penularan atau penyebaran Covid-19 ini.

    “Terlebih ketika mereka mempercayai pendapat orang-orang tertentu yang meragukan keberadaan virus corona,” ujarnya.

    Minauli mengatakan, kesadaran biasanya baru muncul kembali ketika mereka melihat atau mendengar langsung orang yang terinfeksi virus corona dan dampaknya. “Pada saat itu biasanya kita akan belajar dari apa yang dilakukan orang lain,” ucap dia.

    Ia menjelaskan, ketika mereka berhasil sembuh dari penyakit Covid-19 ini misalnya dengan cara pengobatan tertentu atau mengonsumsi vitamin C dosis tinggi, minum obat herbal, berjemur dan berolahraga, maka orang lain akan menirunya. “Tidak mengherankan jika obat-obatan saat atau jamu-jamuan tertentu menjadi laris di pasaran,” katanya.

    Ia menegaskan, kewaspadaan terhadap penularan Covid-19 harus tetap dijaga termasuk disiplin dalam penerapan protokol kesehatan. Menurut dia, mencegah tertular virus itu lebih baik daripada mengobatinya.

     

    source : antara

  • Cara Alami Meningkatkan Kesehatan Mental Selama Masa Pandemi

    Pandemi Covid-19 bisa membuat orang menderita secara fisik maupun mental. Pembatasan sosial untuk memutus rantai virus nyatanya bisa mempengaruhi kondisi kesehatan mental. Orang-orang pun harus mewaspadai kondisi tersebut.

    Dilansir di timesnownews.com pada Senin (7/9), berikut adalah lima cara alami meningkatkan kesehatan mental selama masa-masa sulit pandemi.

    1 Meditasi
    Tujuan utama meditasi adalah menjernihkan dan membiarkan pikiran rileks. Meditasi terbukti menjadi salah satu cara paling efektif melawan masalah kesehatan mental. Alasannya, meditasi membantu pikiran menjadi tenang, serta lebih sadar. Peningkatan daya konsentrasi adalah hasil luar biasa lainnya dari meditasi.

    2 Pijat
    Pijat dapat membantu mengurangi ketegangan otot, meningkatkan kelenturan, meningkatkan sirkulasi, dan meredakan nyeri akibat cedera. Kegiatan ini merupakan salah satu aktivitas paling menenangkan, sehingga bisa menjadi cara bagus meningkatkan suasana hati.

    3 Olahraga teratur
    Olahraga dikatakan memiliki banyak efek positif pada otak. Kegiatan itu membantu meningkatkan tingkat endorfin dan mengatur aktivitas otak. Pada gilirannya, olahraga membantu meningkatkan suasana hati. Menjadikan olahraga sebagai kebiasaan yang teratur, nyatanya dapat menghilangkan stres sangat besar.

    4 Makanan yang baik
    Memberi tubuh nutrisi tepat adalah hal terbaik yang bisa dilakukan seseorang untuk tetap sehat. Makanan memainkan peran penting dalam peningkatan mood. Pola makan yang sehat dapat membantu mengelola tingkat kecemasan, meningkatkan suasana hati, dan meningkatkan kekuatan fisik tubuh.

    5 Tidur yang nyenyak
    Menurut ahli kesehatan, manusia harus tidur setidaknya tujuh hingga sembilan jam setiap hari, agar tubuh berfungsi secara efisien. Kondisi kurang tidur dapat menyebabkan beberapa risiko kesehatan. Fungsi kognitif yang tidak efisien juga dapat menyebabkan seseorang mengalami depresi. Karena itu, seseorang harus berusaha mendapatkan tidur cukup setiap hari.

     

    source : republika

  • Vitamin C Meningkatkan Kekebalan Tubuh Hingga Tampilan Kulit

    Vitamin C dikenal juga sebagai asam askorbat  adalah antioxidan terbaik yang berperan untuk meningkatkan kekebalan tubuh. Vitamin C dapat ditemukan di berbagai buah dan sayuran. Sumber vitamin C antara lain jeruk, anggur, stroberi, buah kiwi, brokoli, bayam, kubis, tomat, kentang serta paprika merah dan hijau.

    Vitamin C punya beberapa fungsi penting bagi kesehatan tubuh. Sebagai vitamin esensial, setidaknya tubuh membutuhkan 75 mg (untuk wanita) sampai 90 mg (pria) vitamin C setiap harinya. Dikenal berkhasiat mencegah sariawan, meningkatkan kekebalan tubuh, antioksidan kuat ini juga berguna untuk menurunkan risiko penyakit kronis. Juga berperan untuk menormalkan tekanan darah tinggi, menurunkan risiko serangan jantung, hingga menurunkan kadar asam urat darah. Manfaat ekstra mengkonsumsi rutin vitamin C berguna untuk mencegah kekurangan zat besi dan meningkatkan sistem imun tubuh. Juga mencegah terjadinya demensia.

    Kekurangan vitamin C dapat menyebabkan penyakit skorbut atau scurvy, yang ditandai dengan kelemahan, kelelahan, anemia, sesak napas, luka lama sembuh, perubahan suasana hati, dan depresi.

    Kadar vitamin C yang rendah juga terkait dengan banyak masalah kesehatan, seperti kekebalan yang buruk, gusi berdarah, dan gigi tanggal. Karena tubuh tidak dapat memproduksi vitamin yang larut dalam air ini, maka penting untuk memasukannya ke dalam makanan harian.

    Vitamin C mendapat banyak perhatian karena manfaat kesehatannnya. Itu sebabnya fakta bahwa sistem kekebalan yang melemah dapat membuat seseorang rentan terhadap infeksi, termasuk Covid-19.

    Para ahli memperingatkan bahwa orang dengan sakit bawaan dan sistem kekebalan tubuh yang lemah memiliki risiko lebih tinggi mengalami komplikasi serius Covid-19. Mengambil langkah-langkah untuk memperkuat sistem kekebalan tubuh pun menjadi hal penting saat ini.

    Vitamin C dianggap sebagai salah satu vitamin terbaik untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Menurut laman WebMD, vitamin C membantu membangun sistem kekebalan dengan memperkuat sel-T dan membantu membuat lebih banyak sel kekebalan tubuh.

    Vitamin C juga membantu sel sehat tetap hidup. Kekurangan vitamin C, bahkan bisa membuat seseorang lebih rentan jatuh sakit. Vitamin C juga dapat memperpendek episode salesma dan membantu mencegah komplikasi serius.

    Manfaat kesehatan lain dari vitamin C ialah membantu seseorang terlihat lebih muda dengan mendukung produksi kolagen yang meningkatkan tampilan kulit. Vitamin C juga membantu menjaga kesehatan pembuluh darah, tulang, dan tulang rawan.

    Di samping itu, vitamin C membantu mencegah kanker dengan memblokir kerusakan yang disebabkan radikal bebas, yang dapat meningkatkan risiko kanker. Namun, penelitian lebih lanjut masih dilakukan.

    Lantas, vitamin C membantu penyembuhan luka dan mendukung pertumbuhan dan perkembangan normal. Vitamin C pun membantu tubuh menyerap zat besi.

    Jumlah vitamin C harian yang direkomendasikan bervariasi menurut usia dan jenis kelamin. Menurut Mayo Clinic, mengonsumsi terlalu banyak vitamin C tampaknya tidak berbahaya, tetapi dapat menyebabkan sejumlah gejala, seperti sakit perut, mual, diare, muntah, maag, sakit kepala, dan insomnia.

    Vitamin C adalah nutrisi penting yang dibutuhkan agar tetap sehat. Dengan makan makanan yang bervariasi dan seimbang, seseorang bisa mendapatkan jumlah vitamin C yang cukup. Menerapkan pola makan bervariasi yang kaya akan semua nutrisi akan membantu Anda tetap sehat dan bugar. Selain itu, ikuti semua pedoman keselamatan jika ingin menjauhkan diri dari Covid-19 atau pilek dan flu.

     

     

    Reference :

    Jovee.id

    Republika.id

  • Bahaya Menggunakan Cairan Antiseptik pada Diffuser

    Belakangan ramai soal penggunaan cairan antiseptik untuk dicampurkan pada diffuser. Sebuah video tutorial mengklaim uap diffuser yang dihasilkan dari cairan antiseptik bisa membunuh COVID-19. Padahal cairan tersebut hanya untuk kegunaan luar dan berbahaya jika terhirup dan mengenai paru-paru lewat uap yang dihasilkan diffuser.

    Bisakah cairan antiseptik digunakan untuk campuran diffuser?

    Diffuser adalah alat untuk mengubah cairan minyak esensial menjadi uap dan menyebarkannya ke udara. Partikel minyak yang telah dipecah menjadi uap tersebut akan tersebar ke udara ruangan secara merata, menjadikan udara di sekeliling menjadi terasa nyaman dan mudah untuk dihirup.

    Efek uap diffuser pada tubuh berbeda-beda tergantung campurannya saat dimasukkan ke dalam diffuser. Setiap jenis minyak esensial mengklaim memiliki kegunaannya masing-masing. Umumnya, uap yang dihasilkan dari minyak esensial tersebut akan memberikan efek rileks dan menenangkan.

    Dalam video tutorial yang beredar viral, cairan yang dimasukkan ke dalam diffuser diganti dengan antiseptik cair. Si pembuat video mencampur air mineral botolan dengan cairan antiseptik tersebut lalu mengocoknya dan memasukkan ke dalam alat diffuser.

    Tutorial tersebut tidak dianjurkan untuk ditiru karena belum terbukti kegunaannya dan malah memiliki potensi bahaya untuk tubuh.

    Cairan antiseptik bukan untuk diffuser

    Cairan antiseptik pada hampir semua merek dagang pasti memiliki label peringatan “hanya untuk pemakaian luar”. Ini karena kandungan di dalamnya bagus jika difungsikan sebagaimana mestinya tapi berbahaya jika salah penggunaan.

    Cairan antiseptik yang ditunjukkan dalam video tutorial itu memiliki tiga kandungan bahan utama yakni minyak pinus, minyak jarak dan chloroxylenol dengan persentase 4.8%.

    Minyak pinus dan minyak jarak memang cenderung aman. Namun, chloroxylenol memiliki sifat beracun. Toksisitasnya memang sangat rendah jika untuk pemakaian luar, tapi bisa berbahaya tertelan.

    Jurnal National Library of Medicine AS menyebutkan salah satu bahaya dari chloroxylenol adalah dapat menyebabkan iritasi pada kulit, mata, dan saluran pernapasan.

    Bahaya pada saluran pernapasan ini bisa jadi masalah saat antiseptik yang mengandung chloroxylenol dimasukkan ke diffuser dan disebar ke udara. Cairan antiseptik yang keluar dalam bentuk uap dari diffuser bisa terhirup dan terbawa ke paru-paru.

    Dalam jurnal yang sama, studi berjudul Pulmonary aspiration following Dettol poisoning: the scope for prevention menjabarkan bahaya dengan risiko lain. Cairan antiseptik (dengan kandungan 4.9% chloroxylenol) yang tertelan oleh tubuh dapat menyebabkan:

    1. Penurunan sistem saraf pusat.
    2. Korosi pada pada selaput lendir tenggorokan, laring (bagian tenggorokan berisi pita suara), dan saluran pencernaan.

    Gunakan cairan antiseptik sebagaimana mestinya

    Sebaiknya gunakan minyak esensial untuk diffuser dan gunakan cairan antiseptik sebagaimana mestinya. Cairan antiseptik efektif membunuh kuman untuk menjaga kebersihan rumah dan tubuh bagian luar.

    Cairan antiseptik biasanya digunakan untuk membunuh kuman pada luka, perabotan rumah tangga, dan cucian kotor. Penggunaan antiseptik harus selalu memperhatikan petunjuk yang tertera dalam kemasan.

    Dalam masa pandemi seperti sekarang ini, masyarakat melakukan berbagai cara untuk menjaga kebersihan dari kuman dan virus. Tutorial yang berkaitan dengan kebersihan banyak bertebaran di media sosial. Intinya, carilah informasi seputar coronavirus dari sumber tepercaya.

     

    Sumber: hellosehat.com

  • Teknik Pernapasan Tertentu Bisa Meredakan Gejala Coronavirus?

    Sesak napas adalah salah satu gejala umum dari COVID-19. Beberapa orang yang mengalami gejala ini akhirnya mencoba teknik pernapasan tertentu untuk meringankan gejala tersebut, termasuk J.K. Rowling, penulis buku Harry Potter.

    Apakah teknik pernapasan yang disebut oleh penulis kondang ini ampuh untuk tangani coronavirus (COVID-19)?

    Adakah teknik pernapasan tertentu untuk ringankan gejala COVID-19?

    Baru-baru ini, J.K. Rowling menyebut bahwa ada teknik pernapasan yang membantu dirinya mengatasi gejala sesak napas yang mirip dengan coronavirus (COVID-19).

    Dalam twitnya, terdapat video dokter dari rumah sakit Inggris ini, digambarkan bagaimana mengontrol batuk. Mulai dari menarik napas dalam-dalam hingga menutupi mulut dan batuk agar terkontrol.

    Lantas, apakah teknik pernapasan yang disebut J.K. Rowling ini dapat membantu meringankan gejala coronavirus?

    Teknik pernapasan yang diperagakan oleh dr. Sarfaraz Munshi dari Queen’s Hospital di Inggris tersebut memang dapat membantu meringankan sesak napas yang sering dialami pasien coronavirus.

    Akan tetapi, belum ada penelitian yang membuktikan bahwa metode ini dapat digunakan oleh pasien yang terinfeksi virus yang menyerang sistem pernapasan ini.

    Mengontrol batuk yang disebut oleh J.K. Rowling ini ternyata cukup membantu bagi penderita cystic fibrosis. Cystic fibrosis adalah kelainan bawaan yang menyebabkan kerusakan parah pada paru-paru, sistem pencernaan, dan organ lain di dalam tubuh bayi.

    Begini, sel paru manusia memproduksi lendir yang lengket sebagai bagian dari sistem pertahanan tubuh. Apabila paru-paru terinfeksi virus, terutama SARS-CoV-2 atau influenza, produksi lendir akan meningkat. Lendir dari paru ini bertujuan untuk ‘menjebak’ patogen yang menyerang.

    Umumnya, lendir ini akan dikeluarkan dari paru layaknya rambut kecil yang bergerak di saluran udara. Maka itu, ketika seseorang batuk, lendir dapat dikeluarkan sebagai dahak atau ditelan.

    Paru bisa menghasilkan lendir yang cukup banyak sehingga sulit untuk bernapas. Hal ini dikarenakan lendir menghalangi saluran udara kecil yang mencegah tubuh mendapatkan oksigen dari paru-paru.

    Pada penyakit seperti cystic fibrosis, batuk yang terkontrol memang dapat membantu menghilangkan lendir dan memudahkan Anda bernapas.

    Namun, belum ada penelitian yang membuktikan bahwa teknik pernapasan ini bisa digunakan untuk meringankan gejala coronavirus.

    Bolehkah metode ini tetap dicoba?

    Sebenarnya, mencoba teknik pernapasan yang direkomendasikan oleh dokter dari Inggris tersebut untuk meringankan gejala coronavirus bukan menjadi masalah. Namun, ada risiko yang cukup mengkhawatirkan karena metode itu dapat secara tidak sengaja menyebarkan virus.

    Pada saat Anda batuk, tubuh akan memproduksi tetesan lendir dari paru yang dapat menyebar atau percikan dari mulut. Akibatnya, percikan air yang cukup banyak dan berisi virus dapat menginfeksi orang lain.

    Sebagai contoh, ketika seseorang batuk, secara tidak langsung percikan dari mulut yang menempel di tangan bisa berpindah ke benda atau permukaan yang disentuh orang lain.

    Sesak napas Anda mungkin membaik, tetapi ketika dilakukan di dekat orang lain, risiko penyebarannya akan cukup besar.

    Pada saat seorang pasien positif COVID-19 dirawat di rumah sakit, mereka akan ditempatkan di ruangan khusus yang udaranya tidak tercemar. Pasien juga diwajibkan memakai masker untuk menyerap percikan air saat batuk, sedangkan petugas medis memakai alat pelindung diri (APD).

    Begini teknik pernapasan untuk meringankan sesak napas

    Sebenarnya, teknik pernapasan yang disebut-sebut dapat meringankan gejala coronavirus tersebut lebih cocok digunakan oleh orang yang sering mengalami sesak napas akibat infeksi paru.

    Penderita cystic fibrosis, bronkitis kronis, dan asma kronis mungkin sudah sering melakukan metode ini ketika mereka kesulitan bernapas.

    Apabila Anda mengalami kondisi yang sama dan ingin menggunakan teknik ini, sebaiknya tidak dilakukan di dekat orang lain dan lebih baik menggunakan masker.

    Selain itu, jangan lupa untuk melakukan berbagai cara mencegah penularan COVID-19, seperti mencuci tangan dan menjaga jarak.

    Hal ini bertujuan untuk mengurangi risiko penyebaran karena percikan air dari tenggorokan dapat bertahan di permukaan.

    Mengontrol batuk

    Salah satu teknik pernapasan yang dapat meringankan sesak napas seperti gejala coronavirus adalah dengan mengontrol batuk.

    Dilansir dari Baltimore Washington Medical Center, sering batuk dapat menghambat saluran udara dan membuat Anda kesulitan bernapas.

    Apabila Anda mencoba metode mengontrol batuk, paru akan kembali longgar dan membawa lendir melalui saluran udara tanpa menghambat apa pun. Metode ini juga dipercaya dapat menghemat oksigen, terlebih saat Anda batuk. Berikut langkah-langkahnya.

    1. Duduk di kursi dengan kaki menempel di lantai dan condongkan tubuh ke depan
    2. Lipat lengan di atas perut dan tarik napas perlahan melalui hidung
    3. Condongkan tubuh sedikit ke depan dan buang napas sambil menekan lengan ke perut
    4. Buka sedikit mulut dan batuk dua sampai tiga kali
    5. Usahakan untuk membuat batuk tidak terlalu panjang
    6. Tarik napas dengan lembut melalui hidung
    7. Istirahat

    Mengatur pernapasan

    Selain mencoba mengontrol batuk ketika merasa sesak napas, ada teknik pernapasan lainnya yang mungkin dapat meringankan gejala yang mirip coronavirus, yaitu mengatur nafas

    Fokus utama dari mengatur napas adalah bernapas dengan lembut dengan usaha yang sedikit.

    1. Duduk dengan posisi yang nyaman
    2. Meletakkan tangan di tulang rusuk atau atas perut
    3. Cobalah rasakan pergerakan tulang rusuk atau perut naik dan turun saat bernapas
    4. Tarik napas lewat hidung dan keluarkan dari mulut
    5. Usahakan bernapas dengan ritme yang pelan dan nyaman

    Walaupun kedua teknik pernapasan di atas mungkin dapat membantu meringankan sesak napas yang mirip dengan gejala coronavirus, usahakan untuk memeriksakan diri ke dokter terlebih dahulu.

     

    sumber : hellosehat.com

  • Alasan Mengapa Lansia Lebih Rentan terhadap Virus Corona

    Jumlah penderita dan kasus kematian akibat infeksi virus Corona setiap harinya terus meningkat. Sejauh ini, virus Corona terlihat lebih sering menyebabkan infeksi berat dan kematian pada orang lanjut usia (lansia) dibandingkan orang dewasa atau anak-anak. Mengapa demikian?

    Mengapa Lansia Lebih Rentan terhadap Virus Corona?

    Seiring pertambahan usia, tubuh akan mengalami berbagai penurunan akibat proses penuaan, mulai dari menurunnya produksi pigmen warna rambut, produksi hormon, kekenyalan kulit, massa otot, kepadatan tulang, kekuatan gigi, hingga fungsi organ-organ tubuh.

    Sistem imun sebagai pelindung tubuh pun tidak bekerja sekuat ketika masih muda. Inilah alasan mengapa orang lanjut usia (lansia) rentan terserang berbagai penyakit, termasuk COVID-19 yang disebabkan oleh virus Corona.

    Selain itu, tidak sedikit lansia yang memiliki penyakit kronis, seperti penyakit jantung, diabetes, asma, atau kanker. Hal ini bisa meningkatkan risiko atau bahaya infeksi virus Corona. Komplikasi yang timbul akibat COVID-19 juga akan lebih parah bila penderitanya sudah memiliki penyakit-penyakit tersebut.

    Bukan hanya menyebabkan gangguan pada paru-paru, infeksi virus Corona juga bisa menurunkan fungsi organ-organ tubuh lainnya, sehingga kondisi penyakit kronis yang sudah dimiliki penderita akan semakin parah, bahkan sampai mengakibatkan kematian.

    Pada penderita kanker, misalnya. Penyakit kanker sendiri dapat melemahkan sistem imun sehingga penderitanya tidak mampu menangkal serangan virus Corona, ditambah lagi efek samping kemoterapi yang juga dapat menekan sistem imun. Dalam keadaan seperti ini, virus Corona akan lebih mudah berkembang dan menyebabkan gangguan pada berbagai organ tubuh.

    Pada penderita gagal jantung, di mana jantungnya sudah mengalami kepayahan dalam memompa darah, gangguan paru-paru akibat infeksi virus Corona akan membuat jantung harus bekerja lebih keras untuk mengalirkan darah ke seluruh tubuh. Hal ini tentu dapat memperburuk kondisi jantung.

    Cara Mencegah Penularan Virus Corona pada Lansia

    Virus Corona awalnya ditularkan dari hewan ke manusia. Virus ini juga bisa menular dari manusia ke manusia lewat percikan air liur penderitanya.

    Ada beberapa langkah yang bisa dilakukan lansia untuk melindungi diri dari penularan virus yang sedang mewabah ini, antara lain:

    • Mencuci tangan secara teratur dengan air mengalir dan sabun atau hand sanitizer dengan kandungan alkohol minimal 60%
    • Menggunakan masker saat sedang sakit
    • Menghindari kontak dengan orang yang sakit
    • Menghindari pergi ke tempat-tempat yang ramai, seperti pusat perbelanjaan, terminal, atau stasiun
    • Tidak menyentuh mata, hidung, dan mulut sebelum mencuci tangan
    • Mengonsumsi obat secara rutin untuk penyakit yang diderita
    • Mengunjungi dokter untuk kontrol sesuai jadwal

    Sistem imun yang sudah melemah ditambah adanya penyakit kronis dapat meningkatkan risiko COVID-19 pada lansia, baik risiko terjadinya infeksi virus Corona maupun risiko virus ini untuk menimbulkan gangguan yang parah, bahkan kematian.

    Oleh karena itu, pencegahan virus Corona pada lansia perlu dilakukan lebih ketat dan kondisi kesehatan lansia pun perlu lebih diperhatikan. Orang lanjut usia yang mengalami demam dengan batuk, pilek, atau sesak napas perlu segera diperiksakan ke dokter, terutama bila sudah memiliki penyakit kronis.

    Jika Anda memiliki pertanyaan lebih lanjut perihal virus Corona, baik mengenai pencegahan ataupun gejala, jangan ragu untuk chat dokter langsung di aplikasi Alodokter. Di aplikasi ini, Anda juga bisa membuat janji konsultasi dengan dokter di rumah sakit.

     

    Sumber : alodokter.com

  • Cara Menggunakan Masker Kain untuk Mencegah Infeksi Virus Corona

    Kelangkaan masker sekali pakai untuk mencegah infeksi virus Corona membuat banyak orang beralih ke masker kain. Meski bukan masker yang ideal untuk mencegah COVID-19, masker kain yang dipakai dengan benar masih jauh lebih baik daripada tidak mengenakan masker sama sekali.

    Virus Corona dapat menular melalui percikan dahak atau air liur saat penderita COVID-19 batuk atau bersin. Untuk mengurangi risiko penularan virus ke orang lain, orang yang sedang sakit batuk, pilek, atau bersin-bersin disarankan untuk mengenakan masker, apalagi jika memang berisiko tinggi menderita COVID-19.

    Sebenarnya, masker lebih dianjurkan untuk dikenakan oleh orang yang sakit dan orang yang merawatnya. Namun, seiring meningkatnya jumlah orang yang positif terinfeksi virus Corona, banyak orang sehat juga mengenakan masker agar tidak terpapar virus ini.

    Hal tersebut menyebabkan masker sekali pakai, seperti masker bedah dan masker N95, menjadi barang langka yang harganya sangat mahal. Tak hanya masyarakat umum, para dokter, perawat, dan petugas medis yang menangani pasien pun kini kesulitan mendapatkan masker.

    Oleh karena itu, masyarakat terpaksa mencari alternatif masker lain, yaitu masker kain yang bisa dicuci dan dipakai lagi.

    Masker Kain dan Virus Corona

    Menurut penelitian, masker kain memang tidak seefektif masker N95 maupun masker bedah dalam menangkal virus Corona.

    Dibandingkan masker kain, masker bedah dan masker respirator N95 jauh lebih efektif dalam menyaring debu, bakteri, dan partikel yang ukurannya sangat kecil seperti virus Corona. Kedua jenis masker ini juga dapat mencegah tembusnya percikan dahak atau air liur, karena memiliki lapisan antiair.

    Berikut ini adalah beberapa alasan mengapa masker kain kurang efektif dalam mengurangi risiko penularan virus Corona:

    • Masker kain kebanyakan dibuat oleh industri rumah tangga yang proses pembuatan dan bahannya tidak mengikuti standar medis.
    • Kain yang digunakan tidak sama dengan bahan masker bedah atau masker N95.
    • Ujung masker kain cenderung longgar, sehingga tidak dapat menutupi area di sekitar hidung dan mulut dengan sempurna.
    • Masker kain tidak dapat mencegah masuknya partikel yang sangat kecil, seperti virus Corona, ke dalam hidung atau mulut melalui udara.
    • Bila tidak digunakan dengan cara yang benar, masker kain justru dapat meningkatkan risiko virus masuk ke dalam tubuh. Salah satunya karena masker ini mudah bergerak dan longgar, sehingga pemakainya perlu berulang kali menyentuh wajah untuk menyesuaikan posisi masker.

    Meski begitu, the Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menganjurkan penggunaan masker kain kepada masyarakat luas untuk menekan penyebaran virus Corona, terutama oleh orang yang sudah terinfeksi virus Corona namun tidak mengalami gejala apa pun dan tampak sehat-sehat saja.

    Cara Menggunakan Masker Kain agar Lebih Efektif Mencegah Virus Corona

    Walau tidak seefektif masker bedah atau masker N95 dalam menangkal virus Corona, masker kain masih lebih baik daripada tidak mengenakan masker sama sekali, asalkan cara pakainya benar.

    Agar masker kain dapat berfungsi seoptimal mungkin untuk menangkal virus Corona, lakukanlah beberapa tips berikut ini:

    • Pilih masker yang sesuai dengan ukuran wajah dan dapat menutup mulut, hidung, dan dagu Anda.
    • Cuci tangan sebelum mengenakan masker, lalu kenakan masker pada wajah dan selipkan talinya di belakang telinga atau ikat tali masker di belakang kepala dengan erat agar masker tidak longgar.
    • Hindari menyentuh masker kain saat sedang dipakai. Jika ingin memperbaiki posisi masker kain yang berubah atau longgar, cuci tangan terlebih dahulu sebelum menyentuh masker.
    • Setelah selesai digunakan, lepaskan masker kain dengan hanya menyentuh tali pengait atau pengikatnya, lalu segera cuci masker kain dengan air bersih dan deterjen atau rebus masker di air mendidih dengan suhu minimal 130 derajat Celsius.
    • Segera ganti masker kain apabila sudah robek atau rusak.

     

    Sumber : alosehat.com

  • Virus Corona Dapat Dilawan dengan Antibiotik, Mitos atau Fakta?

    Banyak orang bertanya-tanya mengenai pengobatan COVID-19 yang sekarang sudah resmi mendunia. Bahkan, berhembus kabar bahwa antibiotik bisa mengobati virus Corona. Bagaimanakah kebenarannya?

    COVID-19 adalah infeksi saluran pernapasan yang disebabkan oleh virus Corona atau yang bernama resmi SARS-CoV-2. Penularan virus umumnya terjadi melalui percikan air liur penderita saat batuk, bersin, atau bicara.

    Sementara itu, antibiotik adalah obat untuk mengatasi infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Obat ini berfungsi untuk membunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri di dalam tubuh.

    Bisakah Virus Corona Dilawan dengan Antibiotik?

    Virus dan bakteri adalah dua mikroorganisme yang sangat berbeda, mulai dari struktur hingga cara berkembang biaknya. Antibiotik bekerja dengan cara menyerang struktur-struktur tertentu pada bakteri yang membuatnya tidak bisa berkembang biak atau bertahan hidup.

    Struktur yang ditarget antibiotik ini tidak didapatkan pada virus. Oleh karena itu, COVID-19 jelas tidak bisa dicegah apalagi diobati oleh antibiotik. Jadi, mengonsumsi antibiotik tidak akan berguna untuk menekan penyebaran virus Corona.

    Mengonsumsi antibiotik ketika sebenarnya tidak dibutuhkan, misalnya pada infeksi virus, justru dapat menyebabkan bakteri menjadi kebal terhadap antibiotik. Hal ini tentu akan merugikan jika suatu saat infeksi bakteri terjadi dan tidak ada antibiotik yang ampuh untuk menanganinya.

    Pemberian antibiotik pada pasien yang positif terinfeksi virus Corona sebenarnya mungkin saja dilakukan, namun hanya jika dokter menilai pasien berisiko terinfeksi bakteri atau jika pasien memang diketahui telah mengalami infeksi tambahan oleh bakteri.

    Lantas, Obat Apa yang Bisa Melawan Virus Corona?
    Hingga sekarang, belum ada vaksin atau obat yang terbukti ampuh melawan infeksi virus Corona. Walaupun begitu, para peneliti sedang berusaha mengembangkan vaksin maupun obat untuk mencegah dan mengobati COVID-19.

    Hal yang paling penting diterapkan saat ini adalah tindakan pencegahan agar virus tidak menyebar dan risiko terjadinya infeksi berkurang. Caranya adalah dengan mencuci tangan secara teratur dengan air bersih dan sabun, menjaga jarak setidaknya 1 meter dari orang yang sedang sakit, dan menjaga daya tahan tubuh tetap prima.

    Jika sedang sakit batuk atau pilek, kamu juga dianjurkan untuk mengenakan masker dan menghindari bepergian untuk sementara. Periksakan dirimu ke dokter untuk mendapatkan obat yang bisa meredakan gejala. Bila sakit tidak membaik hingga lebih dari seminggu, konsultasikan ke dokter untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.

    Ingat, jangan menggunakan antibiotik secara sembarangan tanpa anjuran dokter. Bila dokter meresepkan antibiotik, gunakan sesuai dosis dan jangka waktu yang ditentukan oleh dokter. Jangan berhenti menggunakan antibiotik sebelum waktunya meskipun gejala sudah membaik.

     

    Sumber: alodokter.com

  • Benarkah sinar matahari membunuh coronavirus?

    Baru-baru ini, beredar kabar bahwa berjemur di bawah sinar matahari dapat membunuh coronavirus (COVID-19). Kabarnya pun sudah menyebar di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Apakah informasi tersebut benar adanya?

    Benarkah sinar matahari membunuh coronavirus?

    Wabah COVID-19 kini telah menyebabkan lebih dari 858.000 kasus di seluruh dunia dan menelan sekitar 42.000 korban jiwa. Peningkatan jumlah kasus dan korban tersebut membuat pemerintah di setiap negara memberlakukan pembatasan wilayah skala besar, termasuk Indonesia.

    Hal ini bertujuan agar masyarakat tidak berkumpul dan bepergian untuk sementara waktu, kecuali ketika terdapat urusan mendesak.

    Akibatnya, banyak orang yang merasa ‘terkurung’ saat berada di dalam rumah dan semakin jarang keluar karena takut tertular virus ketika berinteraksi dengan orang lain.

    Akan tetapi, kebanyakan dari mereka akhirnya ikut keluar rumah pada jam-jam tertentu untuk berjemur di bawah sinar matahari yang disebut-sebut dapat membunuh coronavirus.

    Menurut WHO, sampai saat ini belum ada penelitian yang menunjukkan bahwa sinar matahari dapat mencegah penularan COVID-19.

    Terpapar sinar matahari atau suhu lebih dari 25°C tidak membuat tubuh kebal dari virus corona. Begini, Anda masih tetap dapat tertular meskipun berada di negara yang memiliki cuaca dan suhu yang panas serta cerah.

    Hal ini dikarenakan beberapa negara tropis dengan cuaca yang panas telah melaporkan adanya kasus COVID-19, termasuk di Indonesia.

    Sementara itu, tidak sedikit orang yang percaya bahwa sinar UV yang berasal dari matahari juga dapat menghilangkan coronavirus. Banyak orang di negara-negara yang saat ini mengalami musim dingin membeli lampu dengan konsentrasi UV yang cukup tinggi.

    Padahal, sama seperti sinar matahari, sinar UV pada lampu juga tidak membunuh coronavirus. Bahkan, lampu UV tidak disarankan digunakan untuk mensterilkan tangan atau area kulitnya karena dapat menyebabkan iritasi kulit akibat radiasi UV. Maka itu, upaya pencegahan COVID-19 yang terbaik adalah dengan rutin mencuci tangan dan mengurangi kebiasaan menyentuh mata, mulut, dan hidung Anda.

    Walaupun demikian, tidak ada salahnya untuk tetap berjemur di bawah sinar matahari agar asupan vitamin tetap terpenuhi. Berjemur di bawah matahari memang tidak dapat langsung membunuh coronavirus dan membuat Anda kebal terhadap COVID-19.

    Namun, terpapar sinar matahari dengan benar ternyata mendatangkan manfaat yang begitu banyak bagi kesehatan Anda, sehingga tidak ada salahnya untuk tetap melakukannya.

     

    Sumber : hellosehat.com

  • Bahaya Menyemprot Disinfektan Langsung ke Tubuh Manusia

    Penyemprotan disinfektan kini makin sering dilakukan guna menghambat penyebaran COVID-19. Bilik-bilik semprot disinfektan pun dibangun di beberapa titik pusat keramaian untuk menjangkau lebih banyak orang. Namun, World Health Organization (WHO) baru-baru ini mengingatkan bahaya disinfektan bagi tubuh bila disemprotkan secara langsung.

    Melalui akun media sosialnya, WHO melarang penyemprotan disinfektan langsung ke tubuh manusia karena hal ini bisa membahayakan.

    Kendati efektif membunuh kuman, berbagai bahan kimia yang terkandung dalam disinfektan dapat menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan.

    Bahaya disinfektan bagi tubuh manusia

    Disinfektan adalah cairan dari campuran bahan kimia yang digunakan untuk membasmi kuman pada permukaan benda mati. Produk ini bekerja dengan membunuh kuman atau membuat kuman menjadi tidak aktif sehingga tidak mampu menyebabkan penyakit.

    Produk disinfektan umumnya terbuat dari campuran etanol (alkohol) dan klorin. Akan tetapi, saat ini banyak pula disinfektan yang menggunakan hidrogen peroksida, larutan pemutih, amonium kuartener, maupun bahan kimia lainnya.

    Saat disemprotkan pada permukaan benda, senyawa dalam disinfektan akan berikatan dengan dinding pelindung virus dan menghancurkannya hingga virus mati.

    Selain virus, senyawa-senyawa ini juga ampuh membunuh mikroba hidup seperti bakteri dan jamur.

    Kemampuan disinfektan dalam membasmi mikroba memang tidak bisa diragukan, tapi ini pula yang menjadikan disinfektan berbahaya bagi sel-sel hidup tubuh manusia.

    Jika disemprotkan secara langsung, disinfektan malah menimbulkan bahaya bagi tubuh.

    Paparan alkohol dan natrium hipoklorit dalam konsentrasi rendah dapat menyebabkan iritasi pada kulit manusia. Jika digunakan dalam jangka waktu lama, kedua senyawa ini bahkan berisiko mengakibatkan kerusakan pada kulit.

    Tidak hanya kulit, bahan-bahan kimia pada disinfektan pun dapat menyebabkan iritasi pada mata serta selaput lendir lainnya. Dampak yang ditimbulkan beragam, mulai dari iritasi ringan jangka pendek hingga kerusakan permanen pada kornea.

    Selain itu, WHO turut menyebutkan bahwa klorin dalam bentuk gas bisa menyebabkan iritasi pada paru-paru.

    Meskipun klorin dalam disinfektan tidak berbentuk gas, percikan yang dihasilkannya tetap dapat terhirup dan memasuki sistem pernapasan.

    Kandungan berbahaya lainnya pada disinfektan adalah amonium kuartener. Bahan ini sebenarnya aman digunakan pada permukaan barang dan tidak mudah menguap, tapi paparan langsung pada kulit dalam jumlah tinggi dapat memicu dermatitis kontak.

    Disinfektan juga mempunyai bahaya tersendiri bagi tubuh penderita asma. Percikan disinfektan dapat memasuki saluran pernapasan dengan mudah.

    Jika penderita asma terpapar secara terus-menerus, bahan-bahan tersebut bisa saja memperparah gejala asma yang sudah ada.

    Apakah penggunaan bilik semprot disinfektan aman dan efektif?

    Bilik disinfektan bekerja dengan menyemprotkan cairan disinfektan langsung ke badan orang yang berada di dalamnya. Cara ini mungkin bisa menghilangkan kuman dan virus yang menempel pada pakaian, bahkan termasuk virus penyebab COVID-19.

    Namun, penyemprotan dalam bilik disinfektan tidak dapat membunuh virus yang sudah ada dalam tubuh. Pasien positif COVID-19 yang sudah melewati bilik disinfektan tetap bisa menularkan virus melalui air liur ketika ia batuk, bersin, atau berbicara.

    Penggunaan bilik disinfektan juga membuat penggunanya terpapar bahan-bahan kimia yang dapat memicu iritasi pada kulit, mata, serta mulut.

    Dibandingkan bilik disinfektan, mencuci tangan dan social distancing masih menjadi cara terbaik mencegah COVID-19 dengan risiko efek samping minimal.

    Tips menggunakan disinfektan dengan aman

    Disinfektan sebenarnya dapat mencegah penyebaran COVID-19 bila digunakan dengan tepat. Maksudnya tentu dengan menyemprotkan disinfektan pada permukaan barang, bukan ke tubuh manusia secara langsung.

    Berikut beberapa tips yang bisa Anda terapkan untuk menghindari bahaya disinfektan bagi tubuh:

    1. Hanya melakukan disinfeksi bila betul-betul diperlukan
    Disinfektan penting guna mencegah penularan penyakit di area berisiko tinggi, misalnya rumah sakit. Sementara di lingkungan rumah tangga, bersih-bersih menggunakan air dan sabun sebenarnya sudah cukup untuk membasmi kuman.

    2. Melakukan disinfeksi dengan benar
    Jika Anda ingin melakukan disinfeksi, pastikan permukaan barang yang akan disemprot cairan sudah dibersihkan dari debu dan kotoran.

    Setelah menyemprotkan disinfektan, biarkan barang tersebut selama setidaknya setengah jam agar disinfektan bekerja.

    3. Jauhkan disinfektan dari anak-anak
    Bahaya disinfektan bisa jadi lebih besar bagi tubuh anak-anak. Oleh sebab itu, pastikan Anda menjauhkan produk ini dari jangkauan anak. Saat melakukan disinfeksi, pastikan pula anak berada di ruangan yang berbeda.

    Disinfektan memang ampuh mencegah penyebaran penyakit, tapi penggunaan yang keliru justru bisa memicu dampak negatif bagi kesehatan.

    Hindari risiko ini dengan menggunakan disinfektan sesuai anjuran dan tidak menyemprotnya secara langsung ke badan manusia.

     

    Sumber: hellosehat.com