Skip to main content

Saat ini kita merasakan perubahan udara ekstrem di sebagian Pulau Jawa terutama terjadi pada sore, malam dan dini hari.

Di Jakarta, kemarin semalam tercatat suhu udara Jakarta sampai mencapai 24 derajat celcius bahkan jika kita terus bergerak kearah barat Depok dan Bogor suhu udara bisa mencapai dibawah 20 derajat.

Sejumlah warga di linimasa media sosial melaporkan, di Bandung udara kota Bandung mencapai 17 derajat celcius, di Purworejo mencapai 22 derajat celsius semalam. Secara rata-rata penurunan suhu terjadi 20 sampai 30 persen dari hari-hari biasa. Tentu perubahan penurunan suhu udara yang ekstrim ini perlu diantisipasi.

Dr Ari Fahrial Syam selaku Pendidik dan praktisi klinis dari RSCM mencoba mengidentifikasi dua penyakit yang bisa timbul jika terjadi perubahan suhu udara yang ekstrim saat ini, yaitu:

1.    Penyakit kronis yang sudah ada sebelumnya pada masyarakat akan mengalami kekambuhan karena udara yang dingin antara lain asma (sesak nafas), pilek alergi (rinitis alergi), sinusitis serta alergi kulit karena udara dingin timbul bentol-bentol dan gatal.

2.    Penyakit yang timbul langsung akibat udara dingin seperti kulit menjadi kering, kulit telapak kaki menjadi pecah-pecah, timbul pecah-pecah pada bibir dan kadang kala timbul mimisan. Jika paparan udara dingin terus berlangsung akan terjadi penurunan suhu tubuh (hipotermia), tentu hal ini akan mengganggu masyarakat.

Selain itu perubahan cuaca yang ekstrim ini akan berpengaruh pada daya tahan tubuh masyarakat. Mereka mudah terserang penyakit infeksi virus atau bakteri umumnya berupa infeksi saluran pernafasan atas.  Jika tidak diantisipasi dengan baik infeksi saluran nafas atas akan berlanjut menjadi infeksi pada paru.

Ada kelompok masyarakat yang mempunyai resiko tinggi gangguan kesehatan karena cuaca dingin yaitu para usia lanjut, anak dan balita,  masyarakat dengan penyakit kronis misalnya mempunyai penyakit diabetes, gangguan jantung dan pembuluh darah serta para masyarakat yang mempunyai masalah dengan tiroidnya.

Lalu Bagaimana mensiasati udara dingin?

Ari mengatakan tiada lain untuk mensiati udara dingin kita harus menutupi badan kita agar udara dingin yang menyengat tidak lansung kontak dengan kulit kita. Gunakan jaket yang dapat menutupi seluruh tubuh kita, diusahakan untuk menggunakan pakaian berlapis gunakan tutup kepala tambahan, kaus kaki tebal dan sarung tangan selama berada diluar di saat udara dingin menyengat di luar rumah.

Diusahakan selalu untuk menggunakan pakaian yang kering dan bersih. Udara dingin yang menyengat dan langsung kontak dengan kulit akan menyebabkan kulit menjadi kering oleh karena itu harus selalu mengolesi lotion pada kulit tangan dan telapak kaki agar kulit tidak mengering dan tidak menimbulkan luka.

Bibir dan lubang hidung juga diusahakan untuk selalu diolesi krim tentunya krim yang diperuntukan untuk bibir dan hidung agar bibir tidak kering dan tidak menimbulkan luka yang pada akhirnya akan mengurangi nafsu makan. Mimisan atau keluar darah dari hidung sering terjadi pada masyarakat yang mengalami kekeringan pada lubang hidungnya.

Minum yang cukup untuk mencegah terjadinya dehidrasi atau kekurangan cairan yang akan memperburuk kesehatan akibat udara dingin tersebut. Saat udara dingin kita cenderung tidak haus dan menghindari minum.

Selain itu kita juga harus menghindari minuman yang mengandung kafein secara berlebihan seperti kopi atau minuman bersoda karena dengan mengonsumsi minuman tersebut akan memperberat dehidrasi dan tubuh menjadi tidak tahan terhadap dingin.

Jika buang air kecil kita menjadi lebih keruh hal ini merupakan tanda bahwa kita harus meningkatkan untuk mengkonsumsi air. Makan merupakan hal penting dan selalu diperhatikan. Apabila asupan makan kita tidak baik tentunya secara umum hal ini juga akan mempengaruhi daya tahan tubuh kita.

“Mudah-mudahan informasi ini dapat digunakan untuk antisipasi dan mengatasi masalah udara ekstrem yang ada saat ini sebagian wilayah Indonesia yang terjadi terutama pada malam hari,” kata Ari.

 

Sumber: Republika.co.id