Petunjuk atau hidayah merupakan salah satu bukti kekuasaan Allah terhadap hamba-Nya. Datangnya hidayah tentu juga bergantung pada kehendak-Nya dan akan diterima oleh hamba yang dikendaki-Nya pula.
Allah mengingatkan Nabi Muhammad dan seluruh umatnya bahwa tidak ada manusia yang mampu mendatangkan hidayah kecuali Allah Sang Maha Membolak-balikkan hati.
Dalam surah al-Qasas ayat 56, Allah SWT berfirman, “Sungguh, engkau (Muhammad) tidak dapat memberi petunjuk kepada orang yang engkau kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang Dia kehendaki, dan Dia lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.”
Dalam kajian tauhid yang disampaikan KH Abdullah Gymnastiar dijelaskan bahwa setiap manusia sangat memerlukan hidayah untuk menjalani kehidupannya. Hidayah, yang sering diartikan sebagai bentuk kesadaran seseorang untuk menjadi pribadi yang lebih baik, nyatanya juga dapat diartikan dalam beberapa hal.
Ustaz yang akrab disapa Aa Gym itu menyampaikan, dalam kehidupan sehari-hari hidayah dikelompokkan dalam beberapa tingkatan. Pertama, insting yang telah diberikan Allah bahwa saat pertama kali manusia keluar dari kandungan.
“Ketika lahir sudah ada satu hidayah, yaitu insting menangis, padahal tidak ada yang mengajari kita menangis. Tangisan seorang bayi sebagai sarana untuk mengomunikasikan sakit, dingin, dan lapar,” kata Aa Gym di Masjid Baitul Ihsan, Jakarta Pusat, belum lama ini.
Kedua, pancaindra yang Allah berikan agar manusia mampu melihat, mendengar, dan lain sebagainya. Ketetapan yang ditetapkan Allah melalui batas kemampuan pancaindra, kata Aa Gym, juga diartikan sebagai bukti kasih sayang Allah. Selain itu, pancaindra juga dapat menjadi jalur masuknya petunjuk-petunjuk Allah yang lain.
Selanjutnya, akal yang diibaratkan sebagai karunia Allah bagi manusia. Adanya akal mampu membantu manusia memilih antara yang benar dan salah. Akal pula yang membedakan derajat manusia dengan makhluk lain karena melalui akal manusia diberikan kesempatan untuk lebih menggali segelintir dari mahabesarnya kekuasaan Allah.
Terakhir adalah hidayah melalui agama yang juga disebut sebagai hidayah tertinggi. Hidayah melalui agama membuat manusia mampu merasakan kenikmatan iman, Islam, dan kenikmatan tertinggi, yaitu ihsan. “Banyak orang yang diberi hidayah kecerdasan, tapi tidak semua mendapat kenikmatan hidayah ini,” kata dia.
Aa Gym juga menjelaskan beberapa hal yang sebaiknya dipahami tentang makna sebuah hidayah. Pertama, datangnya hidayah adalah semata karena pertolongan dari Allah. Hal ini sedikit terbalik dengan keadaan dan pemikiran manusia yang selalu merasa bahwa kesuksesan yang diraihnya adalah hasil dari usahanya sendiri sehingga lupa dengan kuasa Allah.
“Harus kita yakini bahwa kita bisa menjadi umat Islam, datang ke masjid, ibadah bersama, menimba ilmu, melakukan kebaikan, dan lainnya hanya karena hidayah Allah semata. Maka, jangan merasa ujub,” kata Aa Gym.
Aa Gym menjelaskan, ketika Allah tidak menolong, bisa jadi manusia yang berbuat maksiat. “Dan ingat bahwa mudah bagi Allah mencabut hidayah seseorang karena Dia Maha Membolak-balikkan hati,” lanjut dia.
Oleh karena itu, Rasulullah selalu mengajarkan doa yang berbunyi, Ya Allah, yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku di atas agamamu.
Kedua, jangan meremehkan orang lain karena tidak ada yang tau isi hati dan pikiran kecuali Allah. Sikap meremehkan atau memandang rendah orang lain,juga dapat membawa manusia ke dalam jurang yang bernama ujub dan riya. Aa Gym juga mengingatkan agar tidak memvonis orang lain, padahal tidak pernah tahu isi hati orang tersebut.
“Jangan memvonis orang sebagai ahli neraka, sesat, atau lainnya. Ingat bahwa Allah bisa kapan saja mencabut hidayah dari diri kita,” kata pendiri Darut Tauhid ini.
“Kita belajar agama bukan untuk menghakimi orang, memvonis orang, apalagi mendahului hak Allah, yaitu menentukan ia ahli surga atau neraka, karena kita adalah rahmatan lil `alamiin,” ujarnya.
Sumber: Republika.co.id