Kesibukan sepanjang pekan sering merampas waktu istirahat. Alhasil, banyak yang ingin menebusnya dengan tidur sepanjang hari di akhir pekan.
Walaupun sah-sah saja dilakukan, dan tidak terlalu banyak dampak buruknya, tidur seharian di akhir pekan tidak akan mengurangi risiko gangguan kardiovaskular akibat kurang tidur sepanjang pekan.
Tidur di akhir pekan benar-benar dapat berdampak buruk pada kesehatan Anda. Hal itu terungkap lewat studi baru yang dilakukan para peneliti di University of Colorado Boulder dan diterbitkan dalam Current Biology.
Seperti dilansir dari laman Travel and Leisure, Senin (11/3), ini bertentangan dengan penelitian sebelumnya. Sebelumnya ada penelitian yang menyarankan tidur di akhir pekan untuk menebus kekurangan tidur selama seminggu. Dalam studi terdahulu, menebus kekurangan tidur di akhir disebut dapat membantu seseorang hidup lebih lama. Beberapa orang bahkan tidak berlibur hanya untuk mengejar tidur yang sangat dibutuhkan.
Tapi peneliti Christopher Depner dan Kenneth Wright menyatakan mencoba untuk mengejar hutang tidur dan kemudian kembali ke jadwal kurang tidur selama seminggu, dapat mengganggu metabolisme dan secara negatif memengaruhi kesehatan. Dalam studi tersebut, peserta yang terdaftar sebagai orang dewasa muda yang sehat secara acak dibagi menjadi tiga kelompok.
Kelompok pertama ditugaskan untuk tidur sembilan jam setiap malam selama sembilan malam berturut-turut. Kelompok kedua dibatasi lima jam semalam selama sembilan malam. Kelompok ketiga disuruh tidur lima jam selama lima hari, tidur selama yang mereka suka selama dua hari, dan kemudian kembali ke jadwal tidur lima jam selama dua hari.
Para peneliti menemukan mereka yang berada dalam kelompok terbatas tidur lebih cenderung mengemil setelah makan malam. Adapun mereka yang berada di kelompok “pemulihan akhir pekan” bisa tidur lebih lama. Akan tetapi penelitian menunjukkan jam tubuh sirkadian mereka diatur kemudian, yang mengarah ngemil malam hari.
“Temuan kami menunjukkan sensitivitas insulin spesifik otot dan hati lebih buruk pada subyek yang melakukan tidur pemulihan akhir pekan,” kata Depner menurut Science Daily.
“Temuan ini tidak diantisipasi dan lebih lanjut menunjukkan pemulihan tidur di akhir pekan tidak mungkin [menjadi] penanggulangan tidur-hilang yang efektif mengenai kesehatan metabolisme ketika kurang tidur adalah kronis,” lanjutnya.
Kurang tidur, menurut penelitian itu berhubungan dengan produksi kortisol atau hormon stres. Peningkatan hormon tersebut banyak dikaitkan dengan risiko penyakit jantung dan pembuluh darah, termasuk di antaranya stroke.
sumber :
- republika
- detik