Lemak jenuh selama ini memiliki reputasi yang cukup buruk untuk kesehatan. Namun, baru-baru ini Prospective Urban Rural Epidemiology (PURE) menemukan adanya keterkaitan antara mengonsumsi lemak jenuh dengan hidup yang lebih lama.
PURE melakukan sebuah penelitian dengan melibatkan 135 ribu orang dari 21 negara berbeda. Para relawan diminta untuk menjawab lembar pertanyaan seputar pola makan yang mereka jalani selama kurang lebih tujuh hari ke belakang.
Para peneliti menangkap berapa banyak yang meninggal karena penyakit jantung, strok, atau penyebab lainnya. Mereka mengamati berapa total lemak yang dikonsumsi termasuk ketiga jenis lemak (jenuh, tidak jenuh dan trans) dan kaitannya terhadap tingkat kematian.
Para peneliti menemukan bahwa dalam setiap kasus termasuk mengonsumsi lemak jenuh dikaitkan dengan tingkat kematian yang rendah. Selain itu, semakin tinggi tingkat konsumsi lemak jenuh, semakin rendah keterkaitannya dengan risiko strok.
Dilansir dari Shape, lemak jenuh pada dasarnya berasal dari makanan berbahan dasar hewani. Biasanya, hal pertama yang paling dikeluhkan dari lemak jenuh adalah peningkatan level kolesterol jahat atau LDL.
Namun, hal tersebut tidak sepenuhnya berlaku di semua jenis minyak. Sebut saja minyak kelapa yang memiliki kandungan lemak jenuh sangat tinggi tetapi juga mengandung rantai trigliserida medium yang membantu tubuh mempercepat pembakaran untuk menghasilkan energi.
Bahkan, sebuah penelitian juga menyebut bahwa mengonsumsi lemak jenuh yang berasal dari produk susu bisa menurunkan risiko penyakit kardiovaskuler. Namun, lemak jenuh yang berasal dari hewani seperti daging akan meningkatksn risiko penyakit kardiovaskuler.
Profesor dari Universitas George Mason, Taylor Wallace, mengungkap beberapa alasan mengapa lemak jenuh bisa memperpanjang usia. Menurut Wallace, ada banyak manfaat bisa didapatkan dari mengonsumsi daging dan susu yang di dalamnya juga terkandung lemak jenuh.
“Susu mengandung kalsium, vitamin D, magnesium dan protein. Sedangkan daging merah kaya akan protein, mineral dan berbagai vitamin,” kata Wallace.
Namun, menambahkan lemak jenuh bisa memberikan hasil yang berbeda di area yang berbeda. Jika sumber makanan lemak jenuh seperti susu dan daging diberikan ke daerah dengan populasi orang kelaparan, maka hal tersebut dapat menurunkan risiko kematian. “Namun hasil yang positif itu tidak akan bisa ditemukan pada populasi orang yang sudah ternutrisi,” jelas Wallace.
Meski demikian, permasalahan lemak jenuh ini masih menimbulkan pro dan kontra diantara para peneliti. Para peneliti menyarankan agar masyarakat tetap mematuhi panduan nutrisi yang sudah ditetapkan oleh setiap negara.
Sumber :