Skip to main content

Tanah longsor yang terjadi di Air Terjun Tiu Kelep, Desa Senaru, Kecamatan Bayan, Kabupaten Lombok Utara (KLU), Minggu (17/03/2019) lalu menewaskan satu orang pemandu wisata asal Desa Senaru, serta dua orang warga negara Malaysia. Selain itu, puluhan orang mengalami luka-luka akibat tertimba material tanah serta batuan akibat longsor tersebut. Terjadi longsor di objek wisata yang berada di kaki Gunung Rinjani itu diakibatkan karena gempa besar yang melanda.

Indonesia pun kembali berduka atas gempa yang kembali mendera pulau Seribu Masjid ini.

Tragedi terbaru tersebut menyisakan kisah heroik. Sewaktu kejadian terdapat rombongan wisatawan berjumlah 40 orang warga negara Malaysia dan China yang sedang berlibur di objek wisata tersebut.

Salah seorang wisatawan yang berhasil selamat, Wong Siew Lin, menerangkan bahwa rombongan baru sampai di lokasi sekitar 30 menit kemudian gempa mulai terasa serta batu-batu mulai berjatuhan. Rombongan pun terjebak di lokasi bencana, sudah ada yang meninggal, dan banyak yang terluka. Di kepanikan dan kengerian itu, dan upaya awal evakuasi, muncul Taufik yang berumur 7 tahun, bocah penyandang disabilitas tuna rungu dan tuna wicara yang berhasil menjadi penyelamat bagi puluhan warga negara Malaysia yang menjadi korban luka.

Penuh dengan perjuangan, Taufik menunjukkan jalur aman untuk kembali ke jalanan utama dan mendapatkan pertolongan. “Saya sangat berterimakasih kepada semua orang yang menyelamatkan saya. Salah satunya penyelamat kecil saya, Taufik,” ujar Wong.

aufik berfoto bersama salah satu korban yang selamat dari musibah tanah longsor di air terjun Tiu Kelep, Wong Siew Lin, serta Koordinator Global Peace Mission Malaysia (GPMM), Syahrir Azfar bin Saleh, Kamis (21/03/2019) (Inside Lombok/Bayu Pratama)

Taufik adalah seorang pemandu wisata cilik asal Desa Senaru yang sehari-hari bekerja memandu wisatawan di wilayah sekitar air terjun tersebut. Wong menambahkan, bahwa ditengah keterbatasan yang dimilikinya, Taufik tanpa takut dan tanpa pamrih menyelamatkannya di lokasi air terjun tersebut.

“Dia penunjuk jalan. Dia masih anak kecil, tapi dia mendampingi kami selama perjalanan dan proses evakuasi. Seharusnya anak sekecil itu tidak perlu bekerja. Dia masih sangat kecil. Tapi dia menyelamatkan saya,” ujar Wong seperti dikutip oleh InsideLombok.com.

Kabar ini sampai ke telinga Global Peace Mission Malaysia. “Insya Allah kami angkat sebagai wira penyelamat manusia yang paling kecil dan menjadi satu simbol kepahlawanan, keberanian menyelamatkan nyawa yang membutuhkan pertolongan,” kata Koordinator Operasi Global Peace Mission Malaysia, Syahrir Azfar bin Saleh, di Mataram, Kamis (21/3) seperti dikutip InsideIndonesia.id.

Syahrir Azfar sendiri, yang sudah ada di Lombok sejak Agustus 2018 lalu, menerangkan bahwa pihaknya tengah melakukan pembicaraan dengan Pemerintah Malaysia untuk agar bisa membiayai perawatan kepada Taufik, agar bisa hidup normal. Mengingat Taufik merupakan bocah penyandang disabilitas, karena tidak bisa berbicara dan tidak bisa mendengar. Kondisi fisik telinga tidak normal, sehingga perlu dilakukan operasi.. “Kami sedang meminta sokongan dan dukungan dari kerajaan Malaysia dimana kita mengangkat adik Taufik yang telah menyelamatkan masyarakat Malaysia, dimana kita harus memberikan ruang bagi adik Taufik untuk hidup seperti orang lain. Kami ingin mengadopsi adik Taufik,” ujar Syahrir, Kamis (21/03/2019).

Selain itu, Taufik juga sedang diusulkan untuk diberikan dukungan pendidikan sampai Taufik kuliah dari Pemerintah Malaysia. Taufik sendiri selama ini diketahui memang tidak pernah mengenyam pendidikan di sekolah karena keterbatasan fisiknya.

Kami bangga padamu, Malaikat Kecil. Sehat dan berani selalu.

 

Sumber : GNFI