Skip to main content

Bulan purnama tampak tertutup bayang-bayang bumi di malam di pergantian tahun 2010, Jumat (1/1). Gerhana bulan sebagian tesebut hanya menutupi sebanyak 8,2 persen permukaan bulan yang tampak dari bumi.

Foto: Republika/Yogi ardhi

Malam-malam di Chengdu akan dihiasi dua buah bulan.

Di masa depan, langit malam yang memayungi Cina bisa jadi lebih terang dibanding malam di belahan bumi manapun. Ini karena para ilmuwan di Negeri Tirai Bambu tersebut berencana merilis bulan buatan pada 2020 ke luar angkasa. Ide fantastis ini dicetuskan agar pada malam hari suasana jalan jadi lebih terang.

Para peneliti berharap bisa menerbangkan bulan artifisial di atas kota Chengdu yang terletak di provinsi Sichuan. Berdasarkan laporan Time yang mengutip media lokal Cina, permukaan benda angkasa itu akan merefleksikan cahaya matahari ke bumi. Dengan hadirnya bulan buatan, malam-malam di Chengdu akan dihiasi dua buah bulan.

Ilmuwan memperkirakan bulan buatan memantulkan sinar delapan kali lebih terang daripada bulan asli. Bulan artifisial itu akan mengorbit 500 kilometer dari bumi atau lebih dekat jaraknya daripada bulan asli. Jarak antara bulan asli dengan bumi sekitar 380 ribu kilometer.

Akan tetapi, mimpi ambisius ini tidak akan menerangi seluruh langit malam. Demikian dikatakan Wu Chunfeng, Kepala Tian Fu New Area Science Society kepada China Daily. “Tingkat cahayanya dalam pandangan manusia sekitar seperlima dari lampu penerangan jalan,” jelas Wu.

Wu mengestimasi hadirnya bulan baru dapat menghemat anggaran listrik kota Chengdu sekitar 1,2 miliar yuan. Bulan buatan juga bisa menerangi tim penolong apabila terjadi mati listrik atau bencana alam. Jika proyek ini berjalan sukses, Cina akan mengirim lagi tambahan bulan buatan ke langit sebanyak tiga buah pada 2022.

Namun sebelum diluncurkan, proyek bulan buatan perlu diuji coba terlebih dahulu. Menurut Wu, ilmuwan wajib memastikan bulan buatan dapat memantulkan cahaya dan tidak merusak lingkungan hidup.

“Kami hanya akan menguji bulan buatan di gurun pasir yang tidak berpenghuni. Sehingga cahaya yang dipantulkan tidak akan mengganggu orang ataupun peralatan observasi,” imbuh Wu.

 

 

 

Sumber : Republika