Skip to main content

Bell’s palsy adalah kelumpuhan pada otot wajah yang menyebabkan salah satu sisi wajah tampak melorot. Kondisi ini dapat muncul secara tiba-tiba, namun biasanya tidak bersifat permanen.

Banyak orang menganggap Bell’s palsy sebagai stroke karena gejalanya serupa, yaitu kelumpuhan. Padahal, kedua penyakit tersebut sebenarnya berbeda. Gejala Bell’s palsy hanya terbatas pada otot wajah dan sebagian besar penderita dapat pulih sepenuhnya dalam waktu 6 bulan.

Gejala Bell’s Palsy

Gejala Bell’s Palsy adalah kelumpuhan pada salah satu sisi wajah. Kelumpuhan tersebut ditunjukkan dengan perubahan bentuk wajah sehingga penderita sulit tersenyum dengan simetris atau menutup mata di sisi yang lumpuh.

Selain kelumpuhan pada satu sisi wajah, gejala yang juga dapat muncul antara lain adalah mata berair dan ngeces. Beberapa gejala paling umum dari bell’s palsy adalah:

  1. Kulit wajah tampak “melorot” di satu atau kedua sisi wajah.
  2. Mengeluarkan air liur.
  3. Sensitif terhadap suara.
  4. Nyeri pada rahang atau di belakang telinga.
  5. Sakit kepala.
  6. Kemampuan indra perasa yang berkurang.
  7. Kesulitan menunjukkan ekspresi pada wajah dan bahkan kesulitan menutup mata atau tersenyum

Apa penyebab bell’s palsy?

Walaupun penyebab penyakit belum dipastikan, tapi beberapa studi menunjukkan bahwa penyakit ini biasanya terkait dengan paparan virus. Beberapa virus dapat menyebabkan bell’s palsy adalah:

  1. Herpes kelamin (herpes simplex)
  2. Cacar air dan sirap (herpes zoster)
  3. Monosit (Epstein-Barr)
  4. Penyakit pernapasan (Adenovirus)
  5. Campak Jerman (rubella)
  6. Gondok (virus gondok)
  7. Influenza (flu B)
  8. HFMD (Coxsackievirus).

Faktor-faktor risiko

Beberapa faktor  yang meningkatkan risiko terkena bell’s palsy adalah:

  1. Wanita hamil, terutama pada masa kehamilan di trimester terakhir atau pada beberapa minggu pertama setelah melahirkan.
  2. Infeksi pernapasan seperti influenza atau flu.
  3. Riwayat anggota keluarga yang mengidap bell’s palsy.

Apa saja pilihan pengobatan saya untuk bell’s palsy?

Obat dapat digunakan untuk mengurangi gejala yang parah. Obat ini (misalnya grup kortikosteroid) berguna untuk mengurangi radang (pembengkakan) saraf.

Umumnya pasien dengan gejala gejala yang ringan akan membaik tanpa pengobatan. Namun, dalam beberapa kasus langka, pasien yang tidak dapat pulih total harus menjalani operasi untuk meredakan tekanan pada permukaan saraf atau meningkatkan pergerakan permukaan.

Apa saja tes yang biasa dilakukan untuk bell’s palsy?

Dokter memeriksa ulang riwayat pengobatan dan telinga, hidung, dan mulut. Dokter akan CT atau MRI otak, ditambah dengan tes darah untuk menemukan penyebab Bell’s palsy.

Selain itu, dokter juga mungkin melakukan tes yang lebih spesial seperti tanda elektromekanikal (EMG) untuk mempelajari aktivitas saraf dan memprediksi peluang sembuhnya penyakit.

 

Nah, itulah penjelasan mengenai apa itu bell’s palsy dan penyebabnya.

 

Sumber :

Alodokter.com

Hellosehat.com