Bahasa Indonesia adalah salah satu bahasa yang mudah dipelajari oleh orang asing, bahkan beberapa negara di dunia menjadikan Bahasa Indonesia sebagai mata pelajaran atau mata perkuliahan, termasuk di Uzbekistan. Di negara tersebut, Bahasa Indonesia menjadi mata kuliah bahasa pilihan kedua setelah bahasa utama di Uzbekistan. Terdapat dua universitas besar yang memasukkan mata kuliah Bahasa Indonesia ke dalam kurikulum pendidikan.
Kampus pertama yang menjadikan Bahasa Indonesia sebagai bahasa pilihan kedua adalah Uzbekistan State World Languages University (UzSWLU), kemudian Kampus yang kedua adalah Tashkent State University of Oriental Studies (TSUOS). Kedua kampus ini sudah sejak lama memasukkan bahasa Indonesia sebagai mata kuliah pilihan selain bahasa-bahasa dunia yang lain, yaitu bahasa Jepang, Korea, Iran, Turki, China, Malaysia, Prancis, Italia, Spanyol, Arab, Vietnam, Yunani, dan Jerman.
Bermula pada tahun 2015 , Kemristekdikti mengirim tenaga pengajar dosen bahasa Indonesia ke kampus di Uzbekistan untuk mengajar selama 1 semester. Tujuan dikirimnya dosen ini adalah agar mahasiswa Uzbekistan dapat belajar langsung dari penutur asli bahasa Indonesia. Program pengiriman dosen bahasa Indonesia ini di bawah tanggung jawab program SAME. Selain mengajar, dosen tersebut juga mengajarkan budaya tentang Indonesia dan ikut mempromosikan wisata Indonesia kepada mahasiswa dan masyarakat umum di Uzbekistan.
Terakhir pada tahun 2018, PPSDK, Badan Bahasa, Kemdikbud melanjutkan proses pengiriman pengajar bahasa Indonesia ke Uzbekistan.
Dikutip dari Liputan6.com, para mahasiswa memiliki berbagai motivasi belajar Bahasa Indonesia. Ada yang ingin mendapatkan beasiswa ke Indonesia, ingin bekerja di KBRI Tashkent, ingin menjadi diplomat yang bekerja di Indonesia, dan ingin menjadi dosen bahasa Indonesia di Uzbekistan. Selain asalan-alasan tersebut, beberapa mahasiswa juga menganggap bahasa Indonesia adalah bahasa yang mudah dipelajari dan sangat menarik, Indonesia juga memiliki keanekaragaman budaya, tradisi, dan kesenian yang menarik untuk dipelajari lebih dalam. Oleh karena itu, mahasiswa ingin bisa berbahasa Indonesai lebih baik sehingga mereka bisa melanjutkan untuk mempelajari ilmu-ilmu lain dengan bahasa Indonesia kelak.
Tak jauh berbeda dengan negara lain, Uzbekistan pun memiliki kendala dalam pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia. Pertama, jumlah pertemuan tatap muka yang sangat sedikit, yaitu hanya dua kali dalam satu minggu dan satu kali pertemuan hanya ada 80 menit. Kedua, tidak semua mahasiswa yang bergabung memiliki motivasi belajar yang tinggi. Hal ini disebabkan oleh tidak bisanya memilih jurusan bahasa yang mereka kehendaki karena jurusan tersebut tidak mencukupi kuota mahasiswanya sehingga mereka harus masuk ke jurusan bahasa Indonesia. Ketiga, kurangnya pelatihan untuk dosen tetap bahasa Indonesia di sini menyebabkan aktivitas pembelajaran, materi, media, dan kurikulum yang digunakan kurang efektif untuk bisa meningkatkan pembelajaran bahasa Indonesia.
“Seharusnya, ada pelatihan khusus dan rutin untuk dosen-dosen bahasa Indonesia di sini agar mereka terus mengikuti perkembangan dalam pengajaran dan pembelajaran bahasa Indonesia sebagai bahasa asing,” kata Prayitno Tri Laksono, Pengajar BIPA di Uzbekistan.
Sumber : GNFI