Skip to main content
Rezeki adalah hak otoritatif Sang Khaliq.

Rezeki memang penuh teka-teki. Sering kali perputarannya di luar logika dan daya manusia. Sebagian orang berlimpahan harta, sedangkan sekelompok yang lain mesti hidup serba kekurangan. Ada yang bersusah payah, memeras keringat untuk mengais rezeki.

Lalu, kenyataannya tak banyak yang ia dapat. Bahkan, tak jarang rezeki yang dinanti, tak jua menghampiri. Sedangkan, di sisi lain terdapat kalangan yang sekali duduk, tanda tangan, jutaan bahkan miliar an rupiah begitu mudah berada di genggaman tangan. Begitulah rezeki, kata Syekh Mutawalli as-Sya’rawi dalam bukunya yang berjudul Tilka Hiya al- Arzaq.

Menurut tokoh jebolan Universitas al-Azhar Mesir itu, perbedaan rezeki antarmanusia merupakan hak otoritatif Allah SWT. Pun, soal kadar rezeki yang diberikan. Terkadang, Allah memberikan jumlah di luar angka yang diprediksikan.

Dan Allah memberi rezeki kepada orang yang dikehendaki tanpa batas. (QS al- Baqarah [2]:212). Tetapi, tampaknya dalam karyanya itu, Syekh Mutawalli tidak bermaksud memaparkan lebih jauh hal ihwal rezeki.

Ini wajar lantaran buku tersebut memang merupakan bunga rampai dari refl eksi seorang pakar tafsir sekaligus ahli bahasa tentang apa rahasia di balik rezeki yang merujuk pada ayat-ayat Alquran.mBenar, rezeki adalah rahasia Ilahi.

Akan tetapi, kata seorang tokoh generasi salaf, Abu Abdullah Muhammad bin Abdurrahman bin Umar al-Wishabi al- Husyaibi, ada unsur keterlibatan manusia di sana.

Tokoh yang wafat pada 782 H tersebut memaparkan bahwa dalam konsep teologi Islam, rezeki seseorang tidak berdiri sen- diri. Ada hubungan kausalitas, sebab mu sabab. Ingin rezeki banyak maka bergeraklah dan berdinamika mengais rezeki.

Namun, di saat bersamaan, ingatlah, tutur pengarang kitab al-Barakah fi Fadhl as-Sa’yi wa al-Harakah ini, ada beberapa faktor penghalang rezeki yang diakibatkan oleh ulah para pencari rezeki itu sendiri. Sederet perkara tersebut mesti dihindari agar rezeki tidak terhambat.

Apa sajakah hal-hal yang bisa membuat rezeki seret, bahkan bisa menyeret seseorang dalam jurang kemiskinan?

Beberapa perkara itu, di antaranya yang pertama, jangan sesekali pernah mencaci maki angin, hujan, atau fenomena alam apa pun. Karena, sejatinya tindakan itu sama saja dengan mencibir Penciptanya. Seorang sahabat dikisahkan pernah mengadu kepada Rasulullah SAW perihal rezeki yang seret. Barangkali engkau pernah mencela angin, ungkap Rasul.

Kedua, enggan berbagi air atau ragi. Ibnu Abbas RA pernah bertutur, menolak memberi ragi menyebabkan kefakiran dan pelit berbagi air hanya akan membuahkan penyesalan. Penegasan ini juga disampaikan dalam hadis Rasul bahwa ada lima hal yang mesti berbagi, bila tidak maka ia akan terhalang dari kebaikan kelak di akhirat, yaitu air, garam, api, jarum, dan ragi.

Ketiga, terlalu banyak tidur atau bersantai-santai. Dampak tidur, seperti yang digambarkan seorang syair seba- gai berikut: Kebahagian manusia saat mengenakan pakaian. Lalu meraih kebaikan hanya dengan meninggalkan tidur.

Keempat, tindakan zalim dan kemaksiatan. Sikap zalim itu baik yang dilakukan oleh individu ataupun terstuk- tural yang melibatkan rezim. Kezaliman dalam suatu kaum itu telah mengibatkan tumbangnya sebuah komunitas, seperti yang ditujukan pada kaum-kaum terda- hu lu sebagai peringatan. (QS Yunus [10]:13 dan al-Kahfi [18]:59). Di antara bentuk kezaliman itu yang paling parah ialah aksi kriminalitas menghilangkan nyawa orang lain yang tak berdosa atau memakan harta orang lain secara batil.Kelima, zina. Rasul menegaskan bahwa zina akan memutuskan jalan rezeki, mengurangi keberkahan usia, memekatkan wajah, dan mengantarkan pada siksa neraka. Keenam, praktik riba. Rasulullah menyatakan, harta yang diperoleh dari praktik riba sekalipun tampaknya bertambah, sejatinya harta tersebut semakin berkurang.

Keenam, kecurangan berjual beli, seperti mengurangi timbangan atau ukuran. Termasuk kategori curang, yakni memonopoli penjualan barang tertentu yang menjadi kebutuhan masyarakat.

Kecaman terhadap para pelaku curang ketika bertransaksi itu diabadikan di surah al-Muthaffi fi n. Tokoh salaf Laits bin Abdurrahman mengatakan ada empat perkara yang bisa membinasakan suatu kaum, di antaranya merebaknya praktik curang, mengurangi timbangan atau ukuran sewaktu jual beli.

Ketujuh, pengkhianatan dalam bentuk dan kasus apa pun. Berkhianat, seperti ditegaskan oleh Rasul dalam sebuah riwayat, akan mendatangkan kefakiran.Begitu sebaliknya, komitmen menjaga amanat merupakan daya magnet luar biasa atas rezeki.

Kedelapan, sikap rakus dan tamak terhadap dunia. Tamak hakikatnya ada- lah kefakiran yang segera datang, titah Rasul. Dan, masih banyak lagi faktor penghalang rezeki yang mesti dihindari agar rezeki deras mengalir. Kesemuanya itu, kata al-Hubaisyi, bertumpu pada maksiat kepada Allah SWT ataupun makhluk-Nya. Seseorang akan terhalang dari pintu rezeki akibat dosa yang ia perbuat, tulis al-Hubaisyi mengutip sabda Rasulullah SAW.

Sumber : Dialog Jumat Republika