Skip to main content

Ada yang menarik dari salah satu bangunan di daerah Tangerang ini. Ialah Pusat Kegiatan Belajar Mengajar  (PKBM) Alfa Omega di Salembaran, Tangerang yang memiliki rancangan khas, sehingga membuatnya dipilih menjadi salah satu nominasi World Architecture Festival 2018.

Disebutkan oleh Lead Architect dari RAW Architecture, Realrich Sjarief, melalui Kompas, bangunan itu berada di lokasi rawa, di bawah ketinggian tanah, dan di bawah level nol.  Hal tersebut yang pada akhirnya membuat Realrich memutuskan mendirikan gedung sekolah bermodel panggung. Ketinggian panggung sendiri ialah sekitar 2,1 meter di atas tanah.

Lebih lagi, alasan lain yang membuatnya mencetus ide tersebut adalah sebab daerah itu sering dilalui banjir sehingga model bangunan panggung dianggap cocok untuk membuat bangunan yang selaras dengan keadaan lingkungan. Turut disebut, bahwa bangunan yang dibangun hendaknya tidak boleh mengganggu alam. Otomatis sistem yang dirancang pun harus turut stabil.

Pembangunan gedung tersebut disampaikan menghabiskan waktu hingga empat bulan. Sementara proses desain bangunan cukup membutuhkan waktu satu bulan.

Gedung Sekolah Alfa Omega ini berdiri di atas lahan seluas 11.700 meter persegi, sedangkan luas total bangunan ialah sekitar 3.000 meter persegi. Di dalam lingkungan sekolah berdiri empat bangunan utama, satu merupakan ruang workshop, satu dapur, dan dua buah gedung. Uniknya, bangunan gudang yang ada di kompleks tersebut merupakan bekas bedeng para tukang.

Selain itu, gedung ini juga dirancang dengan konsep terbuka dan dengan konsep passive cooling building, sehingga tidak memerlukan pendingin udara. Oleh sebab itu, langit-langit bangunan dirancang dengan ketinggian tertentu yang mampu mengalirkan udara dengan sirkulasi baik. Melalui konsep terbuka tersebut tentunya mampu meminimalisasi penggunaan energi.

Daya tarik lainnya pun terlihat dari bentuk atap sekolah yang dibuat lebih melengkung.  Rangka utama atap terbuat dari besi, sedangkan rata sekunder terbuat dari bambu. Rangka sekunder sendiri berfungsi menopang daun penutup atap.

Sebagai insulator bangunan terdapat daun nipah, yang di bawahnya turut terdapat lapisan anti air yang berbentuk seperti membran plastik, yang bertugas menjaga ruangan tetap kering saat musim hujan.

Rancangan bangunan sekolah ini juga menggunakan baja sebagai bagian dari rangka struktur yang mampu menopang beban berat dan memiliki kecepatan konstruksi terhadap ketahanan bangunan.

Fasad dan beberapa bagian dari bangunan tersebut dibuat dari bambu. Hal ini disebabkan material itu merupakan bahan bangunan yang fleksibel dan membutuhkan sedikit penanganan dalam pemeliharannya. Lebih lagi, konstruksi bambu juga dianggap kuat untuk menopang bangunan. Bambu yang digunakan sendiri ialah jenis petung dan tali yang tentunya mudah ditemui di lingkungan sekolah.

Keunikan lain dari bangunan ini  ialah adanya jembatan dan jalan penghubung antar gedung. Jembatan yang hadir pun juga dibangun dari bambu, yang berfungsi sebagai penghubung antara sekolah dengan pintu masuk.

Tak heran dengan beberapa keunikan dan kelebihan dari segi rancangan juga konstruksi yang ada, mampu membuat bangunan Sekolah Alfa Omega masuk dalam jajaran nominasi World Architecture  Festival yang diketahui merupakan festival tahunan dan upacara penghargaan untuk industri arsitektur.