Di tengah pandemi corona (COVID-19) banyak orangtua khawatir untuk melanjutkan rencana imunisasi anak. Pasalnya, mendatangi tempat-tempat umum yang padat, termasuk fasilitas kesehatan, dapat meningkatkan risiko penularan COVID-19 pada anak-anak dan bayi. Namun, di saat pandemi corona, imunisasi justru memegang peranan penting dalam pengendalian kasus penyakit menular sehingga dapat mencegah munculnya wabah penyakit lain yang tidak kalah berbahaya.
Pentingnya imunisasi saat pandemi corona
Pada pertengahan April 2020, pandemi COVID-19 sudah mencapai lebih dari 200 negara, di Indonesia sendiri telah mencakup lebih dari 30 provinsi.
Meski jumlah penderita dan tingkat kematian pada kelompok anak masih lebih rendah dibandingkan orang lanjut usia, anak-anak tetap rentan tertular penyakit pernapasan ini.
Namun, bukan berarti orang tua tak meningkatkan kewaspadaan terhadap kondisi kesehatan anak. Dalam situasi pandemi seperti ini, anak-anak tetap diharuskan untuk melanjutkan imunisasi.
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mendorong orang tua untuk tetap menjalankan imunisasi pada anak sesuai dengan usia dan jadwal yang ditentukan sebelumnya.
Imunisasi saat pandemi corona dilakukan untuk memastikan anak-anak tetap terlindungi dari bahaya kesehatan penyakit menular yang bisa dicegah dengan vaksin, seperti hepatitis B, polio, dan difteri.
Apabila sebagian besar anak di Indonesia menunda imunisasi, situasi ini bisa mengarah pada terjadinya wabah penyakit menular.
Belum lagi, rendahnya cakupan imunisasi pada tahun 2019 di Indonesia hanya berkisar 60-70 persen turut meningkatkan potensi munculnya wabah penyakit berbahaya lain yang berlangsung setelah atau bahkan bersamaan dengan pandemi COVID-19.
Imunisasi saat pandemi tidak menimbulkan risiko kesehatan yang disebabkan oleh efek infeksi coronavirus. Apabila dilakukan dalam prosedur medis yang tepat, imunisasi juga aman untuk dilakukan.
Siapa yang perlu menjalankan imunisasi saat pandemi?
Dari rekomendasi IDAI, anak-anak yang berusia 0-18 bulan diprioritaskan untuk mendapatkan imunisasi dasar lengkap di saat pandemi corona.
Pada awal masa kelahiran, bayi perlu sesegera mungkin memperoleh perlindungan untuk membangun kekebalan tubuh dari serangan penyakit berbahaya.
Imunisasi di saat pandemi corona tetap perlu dilakukan mengikuti jadwal rekomendasi yang ditentukan oleh IDAI. Jadwal imunisasi dasar lengkap diatur berdasarkan perkembangan usia anak, yang meliputi:
- Segera setelah lahir : Hepatitis B0 + OPV 0
- Usia 1 bulan : BCG
- Usia 2 bulan : Pentavalent 1 + OPV 1
- Usia 3 bulan : Pentavalent 2 + OPV 2
- Usia 4 bulan : Pentavalent 3 + OPV 3 + IPV
- Usia 9 bulan : MR1
- Usia 18 bulan : Pentavalent 4 + OPV 4 + MR2
Imunisasi Pentavalent + OPV dapat digantikan dengan Hexavalent (Pentavalent+IPV). Selanjutnya, imunisasi dasar lengkap yang dijalani saat pandemi perlu diikuti dengan imunisasi tambahan yang mengikuti jadwal sebagai berikut:
- Usia 2 bulan : PCV 1
- Usia 4 bulan : PCV 2
- Usia 6 bulan : PCV 3 + Influenza 1
- Usia 7 bulan : Influenza 2
- Usia 12-15 bulan : PCV4
Kapan sebaiknya anak menunda imunisasi?
Penundaan imunisasi anak di saat pandemi corona sebenarnya memang tidak dianjurkan. Namun jika Anda ragu, sebaiknya konsultasikan terlebih dulu dengan dokter dan petugas kesehatan. Batas waktu penundaan imunisasi yang masih ditoleransi oleh IDAI adalah 2 minggu.
Sementara jika Anda tinggal atau berada dalam wilayah penyebaran COVID-19 yang luas, imunisasi saat pandemi bisa ditunda hingga 1 bulan.
Namun, Anda diharapkan untuk segera membawa anak untuk melakukan imunisasi saat kondisi telah memungkinkan.
Akan tetapi, penundaan atau pelarangan imunisasi saat pandemi corona diberlakukan untuk kelompok anak dalam kondisi kesehatan tertentu.
Jika anak memiliki riwayat kontak dengan penderita COVID-19 dan dalam kondisi sakit, maka anak termasuk pasien dalam pengawasan (PDP).
Anak yang berstatus PDP harus menjalani karantina atau isolasi sesuai dengan prosedur yang ditetapkan Kementrian Kesehatan dan otomatis menunda waktu imunisasi.
Apabila anak menunjukkan gejala lemas, napas cepat, sesak, dan demam tinggi (38 derajat Celsius atau lebih) yang berlangsung sampai 3 hari, segera bawa anak ke rumah sakit terdekat. Terlebih jika ia mengalami gejala COVID-19 yang lebih parah seperti mengalami kejang dan muntah-muntah.
Sebaliknya, apabila anak pernah berkontak dengan orang yang terinfeksi dan masih dalam keadaan sehat, ia perlu melakukan karantina secara mandiri dan imunisasi saat pandemi corona ditunda sampai 14 hari.
Sumber : hellosehat.com