Kemunculan buih atau busa-busa kecil pada urine ketika buang air kecil mungkin kerap terabaikan. Padahal, urin yang berbusa dapat menjadi pertanda adanya masalah kesehatan di dalam tubuh yang memerlukan perhatian lebih serius.
Apa yang harus diwaspadai jika mengalami air seni berbusa? Jika urin Anda berbusa, maka Anda juga harus mencari gejala lainnya. Gejala tambahan bisa menjadi petunjuk bahwa ada penyakit serius yang menyebabkannya. Jadi perhatikan gejala seperti Pembengkakan pada tangan, kaki, wajah, dan perut, yang bisa menjadi tanda dari penumpukan cairan dari ginjal yang rusak, Kelelahan, Kehilangan nafsu makan, Mual, Muntah, Kesulitan tidur, Perubahan jumlah urin yang dihasilkan, Urin keruh, Urin berwarna gelap.
Dibawah ini adalah 5 faktor air urine bisa berbusa :
-
Buang air kecil dalam kecepatan yang cukup tinggi
Buang air kecil dalam kecepatan yang cukup tinggi merupakan penyebab air seni berbusa, namun tidak berkaitan dengan adanya penyakit. Terkadang, sejumlah busa berkembang bergantung dengan kecepatan Anda mengeluarkan urine tersebut. Saat urine mengumpul begitu banyak di kandung kemih, misalnya pasca menahan keinginan untuk buang air kecil, maka hal ini akan berakibat pada pengeluaran urine yang lebih kuat.
Pengosongan kandung kemih yang terjadi secara cepat, dan aliran urine yang membentur toilet secara cepat menghasilkan urine yang berbusa. Bila kemungkinan besar penyebab urine berbusa yang dialami adalah akibat hal ini, maka kesimpulannya jangan tunda keinginan Anda untuk buang air kecil.
-
Dehidrasi
Saat Anda kekurangan cairan, maka urine yang terbentuk juga akan lebih pekat dan terkonsentrasi. Air seni yang lebih terkonsentrasi ini cenderung untuk membentuk busa. Oleh karena itu, penuhi kebutuhan cairan Anda setiap harinya dengan mengonsumsi 7-8 gelas air per hari guna menghindari kondisi dehidrasi dan urine berbusa akibat kekurangan cairan.
-
Infeksi saluran kemih
Infeksi pada saluran kemih yang disebabkan oleh bakteri juga dapat berujung pada urine yang kelabu dan berbusa. Biasanya gejala ini juga disertai kondisi buang air kecil yang terasa nyeri, anyang-anyangan, urine kemerahan, urine terasa tidak tuntas, dan gejala-gejala lain. Apabila kondisi ini terjadi, Anda membutuhkan tatalaksana dengan antibiotik yang dianjurkan oleh dokter Anda. Selain itu, Anda juga sangat disarankan untuk mengonsumsi banyak cairan.
-
Terdapat protein dalam urine
Saat terjadi urine berbusa secara terus menerus, bahkan saat Anda tidak menahan buang air kecil atau telah mengonsumsi cairan yang cukup, dan busa tampak begitu signifikan, maka kemungkinan besar telah terdapat kandungan protein pada urine tersebut. Bila jumlah protein pada urine tersebut terlalu besar, maka telah terjadi kondisi abnormal yang disebut proteinuria. Kondisi yang dapat menyebabkan terjadinya proteinuria dan terjadinya urine berbusa yang sangat signifikan adalah karena adanya gangguan pada ginjal, baik itu kerusakan maupun infeksi pada ginjal tersebut.
Penyebab tersering proteinuria berat adalah kondisi gagal ginjal. Gagal ginjal merupakan kondisi terminal penyakit ginjal yang salah satunya dapat disebabkan oleh penyakit hipertensi dan diabetes yang tidak terkontrol. Untuk memastikan apakah kondisi proteinuria tersebut benar-benar terjadi, Anda dapat melakukan pemeriksaan urine (urinealisis).
-
Terdapatnya semen (hasil ejakulasi) dalam urine
Setelah berejakulasi, sedikit semen mungkin masih tertinggal dalam saluran kencing (uretra) pria. Bila hanya berjumlah sedikit, maka semen ini umumnya tidak berujung pada terjadinya urine berbusa. Namun bila telah terjadi kondisi yang disebut ejakulasi retrograd, atau keadaan ejakulasi mundur ke kandung kemih, bukannya dikeluarkan, maka semen dalam jumlah yang cukup banyak akan masuk ke saluran kencing. Hal ini dapat terjadi biasanya karena melemahnya otot area saluran ejakulasi.
Apabila terjadi kondisi seperti ini, biasanya urine yang terbentuk akan menimbulkan busa. Oleh karena itu, konsultasi langsung terhadap dokter spesialis urologi sangatlah dibutuhkan.
Sumber :
- mediskus
- hellosehat
- republika