Skip to main content
kembung atau sakit perut

Masalah pencernaan—entah itu perut kembung, begah, mulas, atau buang air besar tidak teratur—adalah keluhan yang sangat umum. Saat mengalaminya, hal pertama yang biasanya kita lakukan adalah menyalahkan makanan. Kita mulai mengingat-ingat: “Tadi saya salah makan apa, ya?”

Menghindari makanan tertentu memang bisa membantu. Namun, ada satu pemicu besar yang sering kali luput dari perhatian kita: yaitu pikiran kita.

Anda mungkin terkejut mengetahui betapa eratnya kaitan antara apa yang Anda rasakan di kepala dengan apa yang Anda rasakan di perut. Koneksi ini begitu kuat sehingga para ilmuwan menjuluki usus kita sebagai “otak kedua”.

Di Perut Anda Ada “Otak Kedua”

Ini bukan kiasan. Usus kita dilapisi oleh jaringan saraf yang sangat kompleks (disebut sistem saraf enterik) yang berisi ratusan juta neuron—lebih banyak dari yang ada di sumsum tulang belakang kita.

“Otak” di perut ini terus-menerus berkomunikasi dengan otak di kepala Anda melalui jalur yang disebut Poros Otak-Usus (Gut-Brain Axis).

Pernah merasa “mulas” atau “ada kupu-kupu” di perut saat sedang gugup? Itulah bukti paling sederhana dari koneksi ini. Itu adalah otak Anda yang mengirim sinyal “stres” langsung ke perut Anda, dan Anda merasakannya secara fisik.

Bagaimana Tepatnya Stres Mengacaukan Pencernaan?

Tubuh kita memiliki sistem “gas” dan “rem” (sistem saraf simpatik dan parasimpatik).

Saat kita rileks, tubuh berada dalam mode “Rem” (rest and digest / istirahat dan cerna). Ini adalah kondisi ideal di mana aliran darah terfokus ke perut, produksi enzim pencernaan optimal, dan usus bergerak dengan ritme yang sehat.

Sebaliknya, saat kita stres, tubuh mengaktifkan mode “Gas” (fight or flight / lawan atau lari). Tubuh berpikir kita sedang dalam bahaya. Saat dalam bahaya, mencerna makan siang bukanlah prioritas.

Akibatnya, tubuh Anda:

  1. Mengalihkan Aliran Darah: Darah dialihkan menjauh dari usus, dipindahkan ke otot-otot besar untuk bersiap lari.
  2. Menghentikan Gerakan: Gerakan normal usus (peristaltik) bisa melambat drastis (menyebabkan kembung dan sembelit) atau justru bekerja terlalu cepat (menyebabkan diare).
  3. Mengubah Produksi Asam: Stres dapat memicu produksi asam lambung berlebih, menyebabkan rasa panas (heartburn) atau mual.

Siklus Setan yang Terus Berputar

Inilah bagian yang paling menyulitkan. Hubungan ini berjalan dua arah.

  • Panah 1: Pikiran yang stres -> Menyebabkan perut bermasalah.
  • Panah 2: Perut yang bermasalah (nyeri, kembung) -> Mengirim sinyal “ada yang tidak beres” kembali ke otak -> Membuat Anda semakin cemas dan stres.

Ini menciptakan siklus setan yang sulit diputus. Para peneliti di bidang gastroenterologi telah lama menemukan bahwa pasien dengan kondisi seperti Irritable Bowel Syndrome (IBS) seringkali memiliki “jalur” komunikasi otak-usus yang jauh lebih sensitif. Sinyal stres yang normal bagi orang lain, bisa diterjemahkan sebagai sinyal nyeri yang hebat oleh usus mereka.

Cara Praktis Memutus Siklusnya (Menangani Keduanya)

Karena masalahnya ada di dua tempat, solusinya juga harus menyentuh keduanya.

  1. “Cegat” Sinyal Stres dari Atas: Sebelum stres itu “sampai” ke perut Anda, kelola di sumbernya. Latihan pernapasan diafragma (pernapasan perut) terbukti secara ilmiah dapat secara instan mengaktifkan mode “Rem” (parasimpatik) di tubuh Anda. Meditasi dan olahraga teratur juga merupakan pereda stres yang sangat ampuh.
  2. Makan dengan Tenang (Mindful Eating): Ini sangat penting. Jangan pernah makan sambil bekerja, menyetir, atau bertengkar. Saat Anda makan dalam kondisi stres, Anda memaksa makanan masuk ke sistem pencernaan yang sedang “tidak aktif”.
    • Caranya: Duduklah. Letakkan gawai Anda. Ambil satu suapan. Kunyah perlahan. Nikmati rasanya. Ini memberi sinyal pada otak Anda bahwa “semuanya aman” dan inilah waktunya untuk mencerna.
  3. Beri Makan Bakteri Baik Anda: Jaga kesehatan “otak kedua” Anda. Bakteri baik di usus (mikrobioma) ikut memproduksi zat kimia penenang (seperti serotonin). Beri mereka makan dengan makanan kaya serat (sayur, buah, biji-bijian) dan makanan fermentasi (seperti yogurt atau tempe).

Kesimpulan Jika Anda terus-menerus berjuang dengan masalah pencernaan yang tidak kunjung selesai meskipun sudah mengubah pola makan, mungkin ini saatnya untuk melihat ke atas—ke kepala Anda. Perut Anda mungkin hanya “menyuarakan” stres yang sedang Anda rasakan. Mengelola stres Anda bukan lagi “bonus” kesehatan, tapi bisa jadi kunci utama untuk menenangkan perut Anda.