Skip to main content

Secara logika, kekurangan Vitamin D seharusnya tidak terjadi di negara yang disinari matahari sepanjang tahun seperti Indonesia. Berada di garis khatulistiwa membuat kita akrab dengan sinar matahari setiap hari. Namun fakta kesehatan justru berkata sebaliknya: banyak masyarakat Indonesia mengalami defisiensi Vitamin D.

Mengapa hal tersebut bisa terjadi? Jawabannya tidak hanya ada di faktor lingkungan, tetapi juga pada cara hidup kita. Mengetahui alasannya bukan sekadar menambah wawasan, tetapi dapat membantu kita menangani berbagai gangguan kesehatan yang sering muncul tanpa penyebab yang jelas.


Vitamin D: Lebih dari Sekadar Vitamin

Salah satu kesalahpahaman terbesar mengenai Vitamin D adalah kita menganggapnya hanya sebagai vitamin biasa. Padahal, saat masuk ke tubuh, Vitamin D bertindak layaknya hormon (tepatnya pro-hormon). Bedanya dengan vitamin lain, reseptor Vitamin D ditemukan hampir di seluruh sel dan jaringan tubuh—mulai dari otot, jantung, hingga sel otak.

Itulah sebabnya ketika tubuh kekurangan Vitamin D, dampaknya terasa menyeluruh, bukan hanya pada tulang. Tubuh seperti dipaksa bekerja keras tanpa bahan bakar yang cukup, sehingga banyak fungsi normal yang tidak berjalan maksimal.


Hubungan Vitamin D dengan Imunitas dan Suasana Hati

Selama ini, Vitamin D sering dikaitkan hanya dengan kalsium dan tulang. Tetapi penelitian terbaru menemukan hubungannya yang kuat dengan dua hal yang sangat sering keluhan sehari-hari:

1. Penguatan Sistem Imun

Vitamin D membantu mengaktifkan sel T, sel imun yang bertugas menyerang virus dan bakteri. Tanpa kadar yang cukup, sistem imun menjadi lemah dan kurang responsif. Itu sebabnya, penderita defisiensi Vitamin D cenderung lebih mudah tertular penyakit infeksi seperti flu, bronkitis, atau batuk pilek yang berkepanjangan.

2. Pengaruh pada Mood dan Kesehatan Mental

Vitamin D berperan dalam proses pembentukan serotonin, neurotransmitter yang mengatur suasana hati. Rendahnya serotonin dapat memicu mudah stres, cemas, hingga depresi. Tak heran jika seseorang merasa lebih murung ketika jarang mendapat cahaya matahari.


Lalu, Mengapa Orang Indonesia Justru Kekurangan Vitamin D?

Ada beberapa penyebab utamanya, dan semuanya terkait gaya hidup modern:

  • Lebih Banyak Beraktivitas di Dalam Ruangan
    Bekerja atau belajar seharian di ruang ber-AC membuat kulit jarang terpapar sinar matahari.
  • Penggunaan Pakaian Tertutup dan Tabir Surya
    Krim tabir surya dan pakaian panjang memang penting untuk melindungi kulit, tetapi juga menghalangi sinar UVB yang diperlukan untuk memproduksi Vitamin D.
  • Polusi Udara
    Polusi di kota besar dapat mengurangi intensitas sinar UVB yang mencapai kulit.
  • Pigmentasi Kulit
    Kulit yang lebih gelap memiliki lebih banyak melanin, sehingga waktu paparan yang dibutuhkan untuk produksi Vitamin D lebih lama dibandingkan kulit lebih terang.

Cara Aman Memenuhi Kebutuhan Vitamin D

Tidak perlu berlama-lama berjemur di bawah terik matahari. Cukup ikuti langkah sederhana berikut:

  • Pilih Waktu yang Tepat
    Ketika bayangan tubuh lebih pendek dari tinggi badan, biasanya antara pukul 10.00 sampai 14.00. Pada waktu ini, UVB cukup kuat untuk membantu produksi Vitamin D.
  • Durasi Singkat Sudah Cukup
    Sekitar 10–15 menit, 3 kali seminggu. Bagian yang paling efektif untuk terpapar adalah lengan dan kaki. Wajah tetap bisa dilindungi karena lebih rentan kerusakan kulit.
  • Jangan Mengandalkan Makanan Saja
    Ikan berlemak, hati, dan telur memang mengandung Vitamin D, tetapi jumlahnya kecil. Sebagian besar kebutuhan tubuh tetap berasal dari sinar matahari.
  • Cek Kadar Vitamin D Bila Perlu
    Jika Anda jarang keluar ruangan atau memiliki gejala tertentu (mudah lelah, nyeri tulang, mood rendah), pemeriksaan darah bisa membantu mengetahui status Vitamin D secara akurat.

Kesimpulan

Matahari bukan hanya sumber cahaya, melainkan sumber nutrisi yang bekerja layaknya hormon penting di tubuh. Kekurangan Vitamin D dapat memengaruhi imunitas, stabilitas emosi, hingga kesehatan tulang. Di negara tropis sekalipun, gaya hidup modern membuat kita rentan kekurangan.

Karena itu, jangan takut pada matahari—bijaklah memanfaatkannya. Jadikan sinar matahari sebagai bagian dari gaya hidup sehat, cukup beberapa menit setiap minggu, untuk membantu tubuh bekerja lebih optimal.